RONALD 51

2.1K 160 30
                                    


Setelah mengetahui apa yang di inginan Ronald, bahkan itu sebuah kehancuran yang dengar oleh Leana, Leana masih tetap bersikap biasa. Malamnya Nald datang ke kamar Leana, sedikit ada ke khawatiran besar dalam diri Leana,namun Leana bertekad dalam dirinya.

Jika aku harus mati di tangan orang yang aku cintai,bahkan kematianku akan membuatnya bahagia,aku akan ikhlas memberikan nyawaku... bahkan seluruh nyawaku untuk pria yang kini jadi suamiku,,
Leana memejamkan matanya. Ia memunggungi Ronald. Ronald menatap tubuh Leana yang sedang terbaring. Tidak biasanya Leana tidur lebih awal,biasanya dia menunggu Ronald dan tidur dalam pelukannya.

Ronald kembali ke luar kamarnya, ia lebih memilih tidur di kamar lain, rasanya ia tak mau memperdalam perasaannya pada Leana.
Ronald membaringkan tubuhnya di kamar yang pernah di tempati Melisa. Ia perlahan memikirkan apa yang tadi Ayyara katakan.

"Leana tak bersalah Nald, dia tidak tahu apa-apa, yang dia tahu hanya cintamu tulus padanya,sebagaimana yang kau rasakan padanya!"

Ucapan Ayyara mengalir di pikirannya,
Sekuat tenaga Ronald menyangkal dan menyelimuti rasa cinta itu dengan dendam tetap saja Leana melekat dalam hatinya.

Leana memejamkan matanya, namun suara teriakan Ronald ketika mengatakan ia akan melenyapkan Leana.

"Leana akan lenyap di tanganku mom,dan jangan pernah campuri urusanku ini!! Kau tak merasakan apa yang aku rasakan, kehilangan seseorang itu menyakitkan mom, sakit!"

Ucapan itu kini memutar di kepalanya.
Yang kini ada dalam pikiran Leana adalah, mengapa Ronald menginginkan Leana lenyap, dan mengapa Ronald berpura-pura selama ini, memperdalam perasaan Leana untuknya namun ia jatuhkan dengan sebuah pernyataan yang begitu keji.

Apa salahku hingga kau berpura-pura mencintaiku,kau menjerat ku Ronald, mengapa? Kau tak menampakan kebencian selama ini,namun apa yang aku dengar itu sungguh mengejutkanku Ronald,sungguh membuatku hidup terasa mati...
Leana menitihkan air matanya,ia tak menyangka suaminya menginginkan dirinya pergi selama-lamanya.
Leana menangis hingga tak terasa kantuknya datang dan terpejam karena kelelahan menangis.

PAGI HARI....

Leana membantu Imelda menyiapkan sarapan,Ayyara berlari pagi di sekitar halaman depan,dan ronald,ia belum terbangun. Mata Leana terlihat sembab, Imelda tahu jelas,Leana menangis semalaman...

"Mengapa kau menangis?" Tanya Imelda. Leana menatap ke arah Imelda dengan sorot mata yang sayu.

"Aku hanya ingin pulang, Imelda."
Ucap Leana. Imelda tersenyum dan mengusap wajah leana.

"Ka-" ucapan Imelda terputus Ronald datang dan membalas ucapan Leana.

"Kau tak akan pulang Leana," Ronald datang dan begitu mengejutkan Leana. Leana mencoba bersikap biasa,ia hanya tersenyum menyambut suaminya yang bergabung di meja makan untuk sarapan.

"Kau sudah bangun sayang," ucap Leana menyambut Ronald. Ronald menatap Leana dingin. Namun Leana tetap memberi senyuman hangat.

"Imelda,di pemakaman sudah banyak rumput yang tumbuh tinggi,kau harus memotongnya agar tetap terlihat rapi dan indah" ucap Ronald. Leana menatap ke arah Imelda.

"Boleh aku bantu?" Tanya Leana memancing menolakan dari Ronald.

"Tidak perlu, biar Imelda sendiri saja" ucap Ronald menolak usul dari Leana. Leana tahu jelas Ronald tak akan membiarkannya pergi, mungkin inilah saat yang tepat untuk Leana mengatakan sesuatu pada Ronald,mengenai perbincangan antara Ayyara dan ronald kemudian mengenai hubungannya dengan suaminya itu.

Ayyara Tiba dengan keringat yang bercucuran.
"Pagi, hai sayang?" Sapa Ayyara pada Leana. Leana hanya tersenyum tipis.

Ayyara melihat ke arah Imelda yang tengah bersiap. Ronald sedang menikmati susu segarnya.
"Kau mau kemana Imelda?" Tanya Ayyara.

RONALD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang