17. Kesempatan

2.4K 76 1
                                    

Happy Reading:)
Jangan lupa buat vote dan coment sebagai tanda apresiasi kalian terhadap cerita ini.
Semoga kalian makin suka dengan alurnya♡

~~~

17.  Kesempatan

Saat ini semua orang sudah berada di ruangan aula istana. Ada 40 orang lebih pelayan istana yang sudah berkumpul dan berbaris menjajar di sana. Bindusara, Dharma dan yang lainnya akan memeriksa setiap pelayan itu dan siapapun pelayan yang di lihat Dharma akan menjadi tersangka atas kecelakaan Chandragupta.

"Apa kalian sudah memastikan jika tidak ada lagi pelayan yang belum berkumpul di sini?" tanya Bindusara pada prajurit untuk memastikan jika semua pelayan sudah berkumpul di sana.

"Sudah, Pangeran. Tidak ada lagi pelayan yang belum berkumpul di sini."

Bindusara menoleh pada Dharma yang berdiri di sampingnya. "Semua pelayan sudah ada disini, Dharma. Sekarang kita melihat apa ada pelayan yang kau maksud itu atau tidak. Kau harus berkata jujur, Dharma. Katakan iya jika itu pelayan yang kau lihat dan katakan bukan jika itu bukan pelayan yang kau lihat."

Dharma menatap Bindusara. Berharap Bindusara dapat mendapatkan kejujuran dari lewat matanya. Namun Bindusara langsung memalingkan wajahnya.

"Dharma, apa kau yakin jika ada pelayan yang berusaha menghabisi Chandra? Atau apakah kau sendiri yang mencobanya?" tanya Nandini meski ia tidak tega mempertanyakan hal itu. Seolah-olah ia meragukan ucapan Dharma tadi.

"Benar ibu. Aku akan buktikan jika ada orang lain yang ingin menghabisi ayahanda Maharaja," jawab Dharma.

"Ayo, Dharma!" ajak Bindusara. Keduanya beranjak berjalan menyusuri setiap satu per satu pelayan. Langkah mereka berhenti saat berhadapan dengan pelayan yang pertama.

Dharma menatap pelayan itu. Bukan, itu bukanlah pelayan yang ia lihat tadi. "Bukan dia, Bindu."

Bindusara dan Dharma berjalan ke pelayan yang kedua. Tetapi Dharma tetap berkata bukan yang berarti bukan pelayan itu yang di lihat Dharma. Kini sudah 30 lebih pelayan yang di lihat oleh Dharma dan juga Bindusara. Namun lagi-lagi Dharma berkata bukan, ia tidak mungkin berbohong dan menuduh salah satu pelayan hanya demi menyelamatkan dirinya sendiri.

Kali ini hampir semua pelayan sudah di lihat oleh Dharma dan Bindusara. Tetapi di antara mereka tidak ada pelayan yang di maksud oleh Dharma. Kesempatan dan juga keyakinan Bindusara pupus saat itu juga.

Bindusara menatap tajam pada Dharma. Kali ini ia yakin dan percaya dengan apa yang di katakan Acharya. "Kau mengatakan jika ada salah satu pelayan yang mencoba menghabisi ayahku, tapi mana?! Siapa?! Dari sekian banyaknya pelayan tidak ada satupun orang yang kau lihat! Kau mencoba mempermainkan aku, Dharma? Kau mencoba mempermainkan kami semua?! Sekarang aku percaya dengan apa yang dikatakan Acharya. Kau yang telah mendorong ayahku dan berusaha menghabisinya!"

"Tidak, Bindu. Percayalah padaku. Memang benar ada wanita berpakaian pelayan tadi yang mencoba melukai ayahanda Maharaja. Tetapi saat aku ingin menjelaskannya pada Acharya, pelayan itu sudah tidak ada disana. Jika pelayan itu bukanlah pelayan Magadha, kemungkinan itu wanita suruhan dari Ibu Helena. Aku mohon percayalah. Aku tidak berbohong, Bindu. Aku tidak berbohong," ucap Dharma begitu memohon pada Bindusara.

"Drama apa lagi ini yang kau buat sekarang, Dharma? Tadi kau mengatakan jika ada pelayan yang mencoba menghabisi ayahku dan sekarang kau mengatakan jika pelayan itu suruhan dari Ibu Helena!" ujar Bindusara.

BINDUSARADHARMA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang