Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian semua suka dengan part ini.~~~
29. Kebersamaan
Saat ini Charumitra tengah menangis di dalam ruangan kamarnya sendirian. Kemungkinan besar semua orang masih berada di aula. Gadis itu membayangkan saat dia bersama Bindusara sebelum pernikahan itu terjadi. Semuanya terasa sangat membahagiakan baginya. Tetapi kenapa setelah menikah, semua kebahagiaan itu seolah-olah hanyut begitu saja?
"Kau pernah mengatakan kepadaku, jika kau akan selalu adil pada ku. Tetapi hal itu hanya omong kosong. Kau tidak pernah adil padaku. Jangankan untuk adil, mencintaiku saja kemungkinan besar kau tidak pernah," ucap Charumitra sembari menangis. "Siapa aku ini? Istri? Sahabat? Atau orang asing yang bermimpi mendapatkan sejuta kebahagiaan?"
Charumitra memegang perutnya dan mengelusnya begitu lembut. "Kau tau nak? Saat ini ibumu benar-benar kesepian. Andai saja kau sudah lahir, ibu mu ini tidak akan merasa sedih. Ibu mu akan merasa senang karena masih ada orang yang membuat ibumu semangat untuk menjalani hidup."
Air mata terus saja membasahi wajah cantiknya itu. Namun, dengan cepat ia mengusap pipinya saat ia menyadari jika Bindusara datang ke ruangan kamarnya. Laki-laki itu tidak boleh melihat jika dirinya tengah menangis.
"Charumitra kau disini? Semua orang ada di luar, kenapa kau ada disini?" tanya Bindusara.
"Kepalaku sedikit pusing, makanya aku sedikit menjauh dari kerumunan. Jika aku terus berada di sana, rasa pusing ku akan bertambah parah nanti," jawab Charumitra berbohong.
"Kau tidak apa-apa? Apa perlu aku panggilkan tabib?" Bindusara berubah cemas saat mendengar bahwa istri pertamanya saat ini sedang merasa pusing.
"Tidak perlu, Bindu. Kehamilan ku masih terlalu muda. Hal seperti ini sering terjadi pada ibu hamil. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi," balas Charumitra.
"Baiklah. Kau tetap di sini saja. Jika terjadi sesuatu langsung saja panggil aku. Aku akan segera kembali," ucap Bindusara beranjak bangun. Charumitra hanya tersenyum tipis sebagai balasannya. Laki-laki itu mengusap puncak kepala Charumitra lalu beranjak pergi dari sana.
Charumitra kembali menangis mengingat akan bahwa Bindusara lebih mementingkan hal lain ketimbang dirinya saat ini. Namun rasa tangisannya membuat langkah kaki Bindusara henti saat laki-laki itu baru sampai depan depan pintu keluar kamar.
Bindusara berbalik badan dan melihat gadis itu memang benar tengah menangis. Tetapi ia tidak tau kenapa dia menangis dan menutupi kesedihan darinya? Tanpa berpikir panjang, perlahan Bindusara kembali masuk untuk menghampiri Charumitra. "Charu kau—"
Langkah kaki Bindusara terhenti saat Charumitra mengatakan sesuatu.
"Kau peduli padaku, tapi rasa peduli itu bukan atas dasar rasa cintamu untuk ku. Kau peduli karena saat ini aku sedang mengandung. Kau hanya mencintai sekaligus peduli pada Dharma. Apa yang Dharma miliki dan tidak aku miliki?" ucap Charumitra di sela-sela tangisannya.
Bindusara kembali mendekati Charumitra. Kali ini ia duduk di samping gadis itu dan menghapus air matanya. Membuat Charumitra langsung menoleh menyadari jika Bindusara mengetahui bahwa dirinya tengah menangis.
"Kau di sini? Bukannya kau harus menemani Dharma di luar?" tanya Charumitra.
"Bagaimana bisa aku meninggalkan mu disaat kau menangis seperti ini," jawab Bindusara.
"Menangis? Aku tidak menangis."
"Sejak kapan kau pandai berbohong dan menutupi kesedihan mu?" Bindusara bertanya. Meskipun ia tau bahwa Charumitra sering berbohong demi menyembunyikan kejahatannya tetapi ia baru melihat jika kali ini gadis itu berbohong demi menyembunyikan kesedihannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINDUSARADHARMA [Completed✓]
RomanceKisah cinta Dharma dan Bindusara yang di penuhi konflik keluarga, cinta dan juga memperebutkan tahta kekuasaan istana Magadha sampai lahirnya seorang pangeran yang akan menjadi pemimpin besar keturunan dinasti Maurya. ~ Cerita ini terinspirasi dari...