Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian semua suka dengan part ini.~~~
35. Berpisah
“Perpisahan memang suatu hal yang sulit untuk di terima oleh siapapun, apalagi harus terjadi dalam suatu hubungan. Tetapi tanpa adanya perpisahan, ujian cinta tidak akan pernah membuktikan mana yang benar-benar ditakdirkan untuk bersama dan mana yang tidak. Meski perpisahan terjadi, orang yang di takdirkan untuk bersama akan tetap kembali bersatu.”
Pandangan Dharma begitu kosong ketika ia duduk di depan meja riasnya dan menatap dirinya di pantulan cermin. Semua ucapan pelayan itu, Helena dan juga Charumitra terus saja terngiang-ngiang di kepalanya. Apalagi perkataan Bindusara saat ia ingin menampar pelayan itu.
"Jika kau sama sekali tidak merasa melakukan semua itu, kau tidak perlu takut ataupun marah, Dharma. Kau selalu mengatakan padaku keyakinan harus tertanam pada diri seseorang. Jika keyakinan sudah tumbuh di hatiku, bagaimana bisa kau merasa takut ataupun marah? Jangan lakukan kesalahan hanya demi menyelamatkan dirimu sendiri."
Semuanya terus terdengar keras bagi Dharma. Dan sekarang ucapan Charumitra lah yang terus terdengar keras. Demi mewujudkan janji Bindusara pada gadis itu, Dharma harus rela mengasingkan diri dan pergi dari istana Magadha.
Dharma mulai melepaskan satu per satu perhiasan yang ia pakai. Mulai dari anting, perhiasan kalung, lalu perhiasan yang ada di atas rambutnya. Saat dirinya melepaskan semua itu, bayangan ketika Bindusara memasangkan perhiasan padanya kini kembali teringat oleh Dharma. Tak terasa air mata kembali berlinang keluar dari sepasang matanya.
Kini Dharma melepaskan beberapa gelang dan juga anting hidung yang ia pakai. Gadis itu melihat dirinya yang sudah terlihat polos, tanpa ada sedikitpun perhiasan yang ia pakai. Hanya ada sindoor yang terpakai indah di belahan rambutnya. Itu membuat Dharma terdiam lalu perlahan menyentuhnya. Senyuman kecil mendarat di bibirnya ketika mengingat saat Bindusara sendiri yang mengoleskannya sindoor.
"Jika itu yang kau inginkan, baiklah. Aku akan menuruti apapun yang kau inginkan, Charu."
"Apapun itu?"
"Apapun itu."
"Aku ingin Dharma mengasingkan diri dan pergi dari istana ini untuk selamanya."
Senyuman itu seketika memudar saat mengingat permintaan dari Charumitra. Ia harus ingat bahwa beberapa menit lagi dia harus pergi dari istana Magadha. Hal itu membuat Dharma merasa sedih kembali dan nyaris menghapus sindoor itu. Namun, seseorang langsung memegang tangannya. Mencegah agar Dharma tidak sampai menghapus sindoor itu.
Dharma menatap ke arah orang itu melalui cermin. Bindusara. Ya, orang itu adalah Bindusara. Ia harus melihat kepergian sang istri yang paling dia cintai.
Bindusara menggelengkan kepalanya yang menandakan bahwa ia meminta agar Dharma tidak menghapus sindoor itu. "Jika kau menghapus sindoor ini, itu berarti kau menghapus diriku dalam hidup mu."
Dharma langsung beranjak bangun dan membekap mulut laki-laki itu saat mendengar perkataan yang baru saja keluar. "Kenapa kau mengatakan itu?"
Sepasang mata Bindusara berkaca-kaca menatap Dharma. "Jangan hapus simbol cinta kita, Dharma. Jangan menghilangkan diriku dalam hidup mu," ucap Bindusara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINDUSARADHARMA [Completed✓]
RomansaKisah cinta Dharma dan Bindusara yang di penuhi konflik keluarga, cinta dan juga memperebutkan tahta kekuasaan istana Magadha sampai lahirnya seorang pangeran yang akan menjadi pemimpin besar keturunan dinasti Maurya. ~ Cerita ini terinspirasi dari...