26. Permintaan

2.4K 79 1
                                    

Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian suka dengan part ini.

~~~

26. Permintaan

Setelah sekian lama ia meninggalkan istana Magadha, kini akhirnya Helena dapat kembali. Nuansa ruangan kamarnya tidak ada perubahan sama sekali. Itu membuat Helena cukup senang ketika ia memasuki ruangan kamarnya bersama Selesi.

"Wah, wah, wah. Aku kira setelah aku pergi, kamar ku ini akan di renovasi. Ternyata tidak sama sekali. Tidak ada sedikitpun yang berubah di dalam ruangan ini. Aku sangat suka," seru Helena berjalan melihat-lihat seisi ruangan kamarnya.

"Aku senang jika kau senang, Putriku."

"Tentu saja, ayah. Aku merindukan istana ini. Andai saja ibu mau ikut dalam hal ini, pasti dia juga akan sangat senang. Tetapi itu tidak mungkin. Jika ibu datang bersama ku, resiko nya aku akan kembali di suruh pulang kembali oleh Chandra untuk meninggalkan istana ini," ucap Helena. Jika berbicara tentang hal itu, tiba-tiba ia teringat akan kondisi suaminya. "Oh iya, Ayah. Kondisi Chandra bagaimana? Aku tidak ingin kehilangan dia. Chandra tidak boleh tiada sebelum dia melihat ku datang kembali."

"Biarkan saja dia tiada," kata Selesi begitu enteng.

"Apa yang ayah katakan? Ayah ingin Chandra tiada begitu? Sebelum ayah mengatakan itu seharusnya ayah berpikir jika Chandra masih menjadi suami ku. Dia yang harus menobatkan diriku menjadi ratu dan menobatkan Justin sebagai Raja Magadha yang baru. Jadi sekarang berikan ramuan penawar racun itu padaku. Aku ingin Chandra kembali sembuh, ayah. Dia harus melihat kedatangan kita," ujar Helena lalu meminta agar ayahnya memberikan ramuan penawar racun.

"Aku tidak akan memberikannya pada mu atau pun orang lain," balas Selesi. Membuat Helena cukup terkejut. Kenapa ayahnya mengatakan hal itu?

"Apa? Kenapa ayah mengatakan itu? Berikan ramuan itu padaku, ayah. Aku harus membuat Chandragupta sembuh. Dia adalah suamiku dan aku tidak akan membiarkan dia sampai tiada," ujar Helena penuh penekanan.

"Sudah ayah katakan, ayah tidak akan memberikan ramuan itu pada mu, Helena. Biarkan keluarga Chandra sendiri yang meminta nya pada ku," balas Selesi.

"Kau harus memberikannya, Selesi!" Suara itu tiba-tiba terdengar. Suara lantang milik pangeran mahkota Bindusara.  Selesi langsung berbalik badan dan melihat Bindusara berdiri tak jauh darinya.

Bindusara berjalan menghampiri Selesi dan juga Helena. Dia menatap kedua bangsa asing itu dengan tatapan penuh kebencian. "Berikan ramuan penawar racun itu pada ku, Selesi."

"Kau kemari hanya untuk meminta itu pada ku? Kau pikir kau bisa mengambil ramuan itu dengan begitu saja? Tidak. Aku tidak akan memberikannya padamu," ujar Selesi.

Dengan terpaksa, Bindusara merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada seraya memohon agar Selesi mau memberikan ramuan itu padanya. "Aku mohon berikan itu pada ku, Selesi. Aku memintanya dengan penuh hormat pada mu. Jadi berikan ramuan itu pada ku."

"Ternyata kau melupakan setengah dari ucapan ku di Medan perang tadi. Kau ingat apa saja yang aku katakan pada mu saat itu?"

Tentu saja Bindusara masih mengingatnya. Bahkan semua ucapan Selesi masih terngiang-ngiang dalam ingatannya.

"Sebentar lagi ayah mu akan tiada. Dan saat kau pulang ke istana, kau tidak akan bisa melihat wajah terakhir ayahmu."

"Kau akan menyesali jika kau menghabisi ku."

"Jika kau ingin ayah mu kembali membaik, kau harus melakukan suatu hal. Mengaku kalah di hadapanku saat ini juga, barulah aku akan memberikanmu ramuan obat penyembuh racun dari ku."

BINDUSARADHARMA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang