Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian suka dengan part ini.~~~
44. Peraturan
"RAJA JUSTIN MEMASUKI RUANGAN!" Teriakan itu terdengar jelas yang pertanda bahwa Justin yang kini sudah resmi menjadi seorang raja Magadha. Dengan begitu senang dan penuh bangga, pria itu berjalan memasuki ruangan aula. Beberapa orang yang ada di sana langsung beranjak bangun saat raja mereka memasuki ruangan. Di sana juga ada Helena yang terlihat begitu senang melihat sang putra.
Justin berjalan menaiki tangga untuk mendekati singgasana itu yang sudah menjadi miliknya. Lalu pria itu duduk di singgasana Magadha yang begitu terhormat.
Charumitra dan Sushima hanya berdiri di ambang pintu aula. Lelaki itu menatap wajah sang ibu yang begitu terlihat sedih. Lalu menatap ke arah Helena dan juga Justin. Kenapa kedua orang itu terlihat bahagia disaat ibunya tengah bersedih seperti ini?
"Ini tidak benar, Ibu. Nenek Helena dan Paman Justin sudah melakukan kesalahan besar. Seharusnya paman Justin tidak menggantikan posisi ayahku. Magadha sedang berduka tapi mereka terlihat begitu senang," gumam Sushima begitu kesal. Lalu menoleh menatap sang ibu. "Kenapa ibu diam saja? Kenapa ibu tidak melakukan sesuatu? Ibu ini ratu Magadha dan aku adalah putramu. Ibu yang seharusnya menggantikan posisi ayah bukan paman Justin!"
"Lalu apa yang harus ibu lakukan Nak? Ibu harus menghentikan penobatan itu sedangkan hati ibu sendiri begitu hancur. Ibu memang seorang ratu dan tugas ratu adalah mematuhi apa yang dikatakan rajanya," jawab Charumitra. Lalu menghapus air matanya dan memegang kedua bahu Sushima. "Kau adalah putraku bukan? Maka buktikan lah jika kau bisa seperti ayahmu. Renggut kembali apa yang sudah mereka renggut dari ayahmu," ucapnya.
Sushima terdiam menatap sang ibu. Sementara disana, Justin menerima sebuah lembaran kain berwarna merah yang tergulung rapih. Terlihatnya itu seperti sebuah surat kerajaan. Raja baru itu kemudian membuka lembaran kain tersebut. Dia kembali bangun dan berjalan dua langkah ke depan.
"Ini adalah sebuah peraturan Magadha dimana saat itu di buat oleh Bindusara saat dia masih hidup dan memerintah istana Magadha ini. Karena raja Magadha yang sebelumnya yaitu kakak ku Bindusara sudah tiada dan aku telah menggantikan posisinya sebagai raja. Maka peraturan yang telah di buat sebelumnya sudah tidak berlaku," tutur Justin lalu membuat lembaran surat itu. Membuat beberapa orang yang ada di sana terlihat terkejut.
Justin menoleh pada salah satu pelayan yang memegang gulungan kain merah lainnya dan meminta agar pelayan itu memberikan yang dia pegang kepadanya. Justin menerima kain itu dan menunjukkannya pada semua orang. "Dan untuk yang ini. Aku sendiri yang membuatnya. Jika pemimpinnya baru maka peraturannya pun harus baru. Maka dari itu aku membuat peraturan yang sudah aku tulis di dalam surat ini. Baiklah, aku akan membacakan peraturan baru itu," ucapnya.
Justin membuka surat kain itu dan mulai membacanya. Namun, sesaat ia terdiam dan kembali menurut surat itu. "Aku lupa, aku ini seorang raja. Kenapa aku harus repot-repot membaca peraturan yang ku buat sendiri?"
"Panglima, bacakan peraturan ini!" titah pertama Justin ia berikan pada panglima kerajaan sembari menyodorkan surat berisi peraturan baru yang sudah ia buat.
"Baik, Raja." Panglima itu menerima surat peraturan lalu membukanya. "Untuk menghormati atas penobatan raja baru Magadha, aku, Maharaja Justin membuat peraturan baru mengenai Magadha. Peraturan itu menyertakan: satu, Siapapun yang tidak menuruti perintah rajanya, orang itu akan terkena hukuman. Dua, Siapapun yang tidak membayar pajak, dia juga akan terkena hukuman. Tiga, pajak akan di naikkan dua kali lipat. Empat...," Panglima itu terus menyebutkan satu per satu peraturan baru yang di buat oleh Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINDUSARADHARMA [Completed✓]
RomanceKisah cinta Dharma dan Bindusara yang di penuhi konflik keluarga, cinta dan juga memperebutkan tahta kekuasaan istana Magadha sampai lahirnya seorang pangeran yang akan menjadi pemimpin besar keturunan dinasti Maurya. ~ Cerita ini terinspirasi dari...