37. Kebencian Pertama

2.6K 71 7
                                    

Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian semua suka dengan part ini.

~~~

37. Kebencian Pertama

Shubadrangi duduk di tepi ranjang yang terbuat dari kayu itu. Air matanya kembali turun saat mengingat Ashoka selalu mempertanyakan mengenai ayahnya. Tentu saja membuat Shubadrangi bingung sekaligus ragu memberitahu akan tentang ayahnya.

"Bagaimana aku mampu memberitahu mu, Nak? Kalau ayah mu adalah seorang raja. Kau keturunan dinasti Maurya. Kau cucu dari Maharaja Chandragupta Maurya. Aku masih mengingat saat aku pergi dari istana itu dan sampai di desa ini. Aku berjanji bahwa aku tidak akan membicarakan soal Bindusara pada Ashoka," gumam Shubadrangi sembari menangis.

Flashback

Saat Dharma telah mengatakan kalimat terakhirnya pada Bindusara, gadis itu langsung bergegas pergi. Ia tidak ingin melihat Bindusara yang benar-benar terlihat tidak rela kehilangannya. Itu juga yang akan membuatnya menjadi lemah. Saat kepergiannya mulai menjauh dan berhasil keluar dari gerbang istana, ia mendengar sebuah teriakan dari Bindusara yang menyebut namanya.

"DHARMA!!"

"DHARMAA!!"

Teriakan itu terdengar jelas di telinga Dharma. Namun, ia tetap terus melanjutkan langkah kakinya. Berusaha mengabaikan suara teriakan itu.

Dharma berjalan menyusuri hutan. Untung saja ia berjalan pada sore hari karena jika ia sampai di hutan itu pada malam, suasana mencekam akan menyelimuti dirinya. Gadis yang tengah mengandung itu sudah sampai di sebuah desa kecil, wilayah Pataliputra.

Dharma melihat seorang pria paru baya tengah berlari dengan membawa sesuatu di tangannya. Pria itu terlihat panik lalu masuk ke dalam gubuk yang menjadi tempat tinggalnya.

"Apa yang terjadi? Pria itu kenapa?" gumam Dharma. Lalu memutuskan untuk beranjak pergi mendekati tempat tinggal pria tadi. Dharma berdiri dan melihat ke dalam gubuk itu melalui jendela.

Ia melihat seorang wanita tengah menangis. Ada seorang gadis kecil juga yang berbaring dengan wajah begitu pucat. Apa dia tengah sakit? Dan pria tadi dan wanita itu kemungkinan adalah orangtuanya.

"Aku sudah menemukan obatnya. Cepat minum kan." Pria itu menuangkan sebuah air ke dalam gelas lalu memberikannya pada putrinya. Namun, tidak ada tanda-tanda reaksi apapun pada gadis itu. Yang ada gadis itu terbatuk-batuk dan nafasnya menjadi sesak.

"Apa yang kau berikan? Kenapa Putri kita seperti ini?" Wanita itu menjadi semakin cemas akan keadaan sang putri.

"Aku tidak tau. Aku meminta ramuan itu kepada tabib yang ada di desa sebelah."

Dharma yang melihat itu beranjak pergi dari sana. Sementara, sepasang suami istri semakin merasa cemas dan sedih melihat keadaan putrinya yang semakin memburuk.

"Bagaimana ini, suamiku? Apa yang terjadi pada anak kita?" tanya sang istri yang terlihat begitu panik.

"Apa aku boleh membantu kalian?" Suara itu tiba-tiba muncul dari arah belakang sepasang suami istri itu. Membuat keduanya langsung menoleh. Mereka melihat seorang gadis yang tengah mengandung membawakan sesuatu semacam ramuan. Siapa lagi jika bukan Dharma.

"Siapa kau?"

"Jangan tanyakan itu dulu. Keadaan putrimu semakin memburuk. Aku sedikit tau mengenai penyakit yang putri kalian alami dan aku juga tau ramuan seperti apa yang bisa menyembuhkannya," ucap Dharma.

BINDUSARADHARMA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang