Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian semua suka dengan part ini.~~~
41. Suka Duka
Helena dan Justin telah kembali ke istana Magadha. Tetapi ada sebuah kain bercampur darah yang di genggam oleh Justin. Apa mungkin itu kain bekas Bindusara? Raut wajah mereka terlihat sedih. Bahkan langkah kakinya terlihat lemah dan begitu pelan. Baru saja sampai di lorong istana, langkah kaki mereka harus terhenti saat Charumitra datang bersama putranya, Sushima.
"Ibu Helena, Justin, kalian sudah kembali? Bagaimana apa kalian dapat hewan buruannya? Dan dimana Yang Mulia Bindusara?" Begitu banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Charumitra kepada ibu dan anak itu.
Helena dan Justin hanya diam tanpa mengatakan ataupun menjawab pertanyaan Charumitra. Kebungkaman mereka tentu saja membuat Charumitra dan Sushima menjadi bingung.
"Nenek Helena, Paman Justin, kenapa kalian diam? Dimana ayahku? Apa beliau ada di luar?" tanya Sushima. Ketika dia ingin beranjak pergi untuk mengecek apakah Bindusara ada di luar atau tidak, Justin langsung mencegahnya.
"Keponakan ku yang tersayang, kau ingin pergi kemana?" tanya Justin.
"Tentu saja aku ingin melihat apa ayahku ada di luar atau tidak. Lagipula paman dan nenek tidak ada yang menjawab pertanyaan ibuku," jawab Sushima.
"Cucuku yang tampan, tolong maafkan nenek dan paman mu ini. Kami tidak dapat satupun hewan buruan dari hutan," timpal Helena.
"Untuk apa nenek meminta maaf hanya karena kalian tidak dapat hewan buruan? Sekarang aku ingin menemui ayahku. Ada hal yang ingin aku ceritakan padanya," balas Sushima. Lagi-lagi saat ia ingin beranjak pergi, Justin kembali mencegahnya.
"Tunggu, Keponakan ku. Nenekmu belum selesai bicara. Tolong dengarkan kami dulu," ucap Justin secara baik-baik.
"Justin, katakan saja ada apa? Dimana suamiku raja Bindusara? Ibu Helena tolong jawab pertanyaan ku, dimana suamiku? Apa dia ada di luar atau tidak?!" Dengan tegasnya, Charumitra kembali bertanya pada Helena dan juga Justin.
Sebelum menjawab, Helena dan Justin saling memandang satu sama lain dengan rasa ragu. Bagaimana mereka menjelaskan dan menjawab mengenai keberadaan Bindusara yang sudah dinyatakan telah tiada?
"Sekali lagi aku tanya, dimana yang mulia raja Bindusara?" tanya Charumitra.
"Dengarkan kami, Nak. Kami memang berangkat bersama Bindusara untuk berburu. Tetapi saat di tengah-tengah hutan, tiba-tiba Bindusara menyarankan untuk kami saling berpencar menemukan hewan buruan. Aku sudah melarangnya, tetapi Bindusara tetap ingin agar kami berpencar dan yang lebih membuat ku tidak senang, dia ingin pergi berburu sendirian saja. Apa daya ku? Bindusara adalah raja Magadha, mau tidak mau kami harus menuruti perintah darinya. Aku dan Justin pergi berdua dengan di temani oleh prajurit, sedangkan Bindusara hanya pergi sendiri. Aku tidak tau apa yang terjadi dengan Bindusara selama perjalanannya. Lalu tak lama kemudian, kami mendengar suara teriakan Bindusara dan juga suara auman hewan buas. Lalu...," tutur Helena. Namun, dia tidak meneruskan ucapannya. Dia hanya menangis tersedu-sedu seolah-olah benar-benar sedih bila mengingat Bindusara.
"Lalu apa, Ibu? Apa yang terjadi pada Bindusara? Cepat katakan! Apa yang terjadi pada Bindusara?!" tanya Charumitra yang berubah menjadi cemas.
"Charu, Bindusara dia... Dia sudah tiada," jawab Justin begitu saja.
Charumitra dan Sushima begitu terkejut mendengar jawaban Justin. Seperti sebuah sambaran petir yang begitu besar. Tak ada angin, tak ada hutan, tiba-tiba kabar yang tidak di inginkan datang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINDUSARADHARMA [Completed✓]
RomanceKisah cinta Dharma dan Bindusara yang di penuhi konflik keluarga, cinta dan juga memperebutkan tahta kekuasaan istana Magadha sampai lahirnya seorang pangeran yang akan menjadi pemimpin besar keturunan dinasti Maurya. ~ Cerita ini terinspirasi dari...