30. Janji

1.8K 71 20
                                    

Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian suka dengan part ini.

~~~

30. Janji

Saat ini Dharma tengah duduk di ayunan tadi yang berada di taman istana. Sebelumnya Bindusara menyuruh dia agar berdiam di sana sebentar. Sementara, Bindusara sendiri pergi ke dalam istana. Ada sesuatu yang harus ia ambilkan untuk Dharma.

Sudah setengah jam lebih gadis itu duduk di sana menunggu. Tetapi belum ada tanda-tanda Bindusara datang kembali membuat Dharma sedikit merasa bosan.

"Sebenarnya Bindusara pergi kemana? Dia meninggalkan ku di sini sendirian. Dia memintaku untuk menunggu dan mengatakan jika dia pergi akan sebentar, tetapi nyatanya sudah setengah jam lebih dia belum juga kembali," dumel Dharma merasa kesal.

Tak lama kemudian, orang yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dharma sedikit merasa terkejut saat ada sekeranjang buah-buahan yang berbagai macam dan pastinya ada seseorang berdiri di belakangnya. Gadis itu menoleh dan ternyata itu adalah Bindusara.

"Kau menunggu lama?"

"Ya, kau dari mana saja? Dan apa ini?" ujar Dharma.

Bindusara beranjak duduk di sebelah Dharma. "Tentu saja aku mencari semua ini hanya untukmu."

"Untukku?"

"Ya, untuk mu. Aku dengar ibu hamil harus sering memakan buah-buahan agar sang bayi tumbuh dengan sehat. Makanlah," ucap Bindusara.

Dharma menerima sekeranjang buah-buahan itu dengan senang hati. "Terimakasih."

Gadis itu mulai memakan sebuah apel merah. Karena Bindusara yang memintanya untuk memakan buah itu, dia langsung menurutinya. Bindusara menatap Dharma dan tersenyum ketika melihatnya.

"Kau suka?"

"Hm, ini sangat manis. Aku suka." Dharma menatap Bindusara. Seketika ia teringat akan sesuatu. "Em.. apa kau sudah baik-baik saja? Bagaimana dengan lukanya? Apa tidak sakit lagi?"

"Kenapa kau harus memikirkan luka ku? Ini bukanlah masalah besar. Lihat, aku sudah baik-baik saja," jawab Bindusara.

Dharma tersenyum lalu menaruh kepalanya di atas bahu Bindusara. "Aku senang mendengarnya. Aku benar-benar merasa ini semua seperti mimpi. Semua ini tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran ku. Seorang gadis biasa mampu mendapatkan seorang pangeran tampan seperti dirimu."

"Takdir memang aneh, Dharma. Terkadang apa kita impikan selalu jauh berbeda dengan kenyataan. Tidak ada hal terlintas dalam pikiran ku untuk bisa mengenal dan jatuh cinta pada gadis sebaik dirimu. Awalnya aku berpikir jika benci akan tetap menjadi benci. Tetapi setelah aku menyadari bahwa ternyata benci mampu merubah semuanya menjadi cinta," ucap Bindusara.

Dharma menatap Bindusara dengan penuh bahagia. "Perbedaan antara benci dan cinta itu sangatlah tipis. Aku merasa beruntung terlahir menjadi seorang gadis meskipun berasal dari kalangan biasa. Aku harap semuanya tetap seperti ini."

Bindusara langsung menghapus air mata yang lolos keluar dari sepasang mata Dharma. "Hei, kenapa kau menangis? Jika membicarakan hal ini membuat mu menangis, baiklah kita lupakan saja."

BINDUSARADHARMA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang