16. Tragedi

2.9K 95 0
                                    

Happy Reading✧
Semoga suka dengan part ini;)
Jangan lupa vote dan coment!

~~~

16. Tragedi

Setelah mengingat kejadian malam tadi, Dharma menjadi sering tersenyum-senyum sendiri. Begitupun dengan saat ini. Dharma tengah duduk di depan meja riasnya sambil memasang dua anting indah pada kedua telinganya. Sedari tadi ia hanya tersenyum-senyum sendiri.

"Kenapa kau tersenyum-senyum, Dharma?" Senyuman Dharma menghilang sesaat ketika Bindusara tiba-tiba datang ke kamarnya. Sedari tadi ia sudah berada disana, namun ia sengaja tak memanggil langsung Dharma karena ia senang melihat gadis itu senyum dan membuatnya terpesona.

Dharma menoleh pada asal suara itu. "Pangeran?"

"Kau mau kemana? Cepat duduk kembali!" Bindusara menghentikan Dharma ketika gadis itu beranjak berdiri dan ingin menghampirinya.

"Kenapa?"

"Cepat duduk saja!"

Dharma akhirnya kembali duduk kembali di kursi depan meja riasnya. Sementara, Bindusara mulai berjalan menghampiri gadis itu lalu berdiri tepat di belakang punggungnya. Dharma menatap Bindusara secara malu-malu melalui cermin yang ada di hadapannya, begitupun dengan Bindusara.

"Untuk hari ini aku sendiri yang akan menghiasi dirimu. Aku akan membuatmu terlihat sangat cantik dan juga sedikit berbeda," ucap Bindusara. Dharma hanya terdiam dan membiarkan Bindusara melakukan apapun yang dia inginkan.

Pertama-tama, Bindusara menyisir rambut Dharma yang sudah terurai panjang. Dia begitu hati-hati menyisir rambut gadis itu karena ia tidak ingin sampai melukainya. Dharma kembali tersenyum dan menatap Bindusara dari cermin. Baru pertama kali baginya melihat Bindusara bersikap manis seperti ini pada wanita. Jika di bandingkan, sikap Bindusara begitu berbeda dengan sikap yang dulu.

Setelah menyisirkan rambutnya, Bindusara mengambil perhiasan berupa kalung yang tergeletak di atas meja. Kemudian, dia memasangkan beberapa kalung itu di leher jenjang Dharma.

Bindusara meraih perhiasan yang akan ia pasangkan pada rambut Dharma sebagai hiasannya agar dia terlihat benar-benar seperti seorang putri kerajaan dan juga istri pangeran Mahkota Magadha. Setelah itu, Bindusara juga memasangkan beberapa gelang pada pergelangan tangan Dharma dengan penuh cinta.

Menyisir rambut, memasangkan kalung, hiasan rambut dan juga gelang-gelang, Bindusara juga tak lupa memasangkan perhiasan lainnya seperti cincin dan juga anting hidung sebagai pemanis untuk semuanya. Setelah melakukan semua itu, yang terakhir Bindusara mengangkat kerudung dan memasangkannya ke atas kepala Dharma. Saat ini gadis itu terlihat sangat cantik.

"Sudah aku katakan, aku akan membuatmu terlihat sangat cantik. Dan lihat, kau sangat cantik. Kau terlihat seperti seorang ratu," ucap Bindusara sedikit membungkukkan badannya agar wajahnya berada disisi kepala Dharma.

"Terimakasih, Pangeran. Tetapi kenapa kau menguraikan rambutku seperti ini?"

"Karena aku melihat sisi lain darimu, Dharma. Aku dengar dari Ibu Nandini, jika Ibuku Dhurdara semasa hidupnya suka sekali mengurai rambutnya. Dan itu membuat ibuku terlihat sangat cantik. Kau jangan salah paham dengan ucapan ku, Dharma. Aku sama sekali tidak ingin menyamakan mu dengan ibuku, tetapi aku hanya ingin melihat ibuku pada dirimu, itu saja. Jika aku tidak bisa melihat ibuku secara langsung, setidaknya aku masih bisa melihat jiwa ibuku ada pada dirimu," ucap Bindusara membuat Dharma merasa terenyuh.

"Kau selalu melihat jiwa ibumu, Pangeran. Tetapi kau melihatnya pada diri ibu Nandini. Ibu Nandini juga pernah menceritakan kepadaku jika dulu ibu Dhurdara meminta Ibu Nandini agar menggantikan dirinya dan menyayangi dirimu seperti anaknya sendiri. Tetapi jika kau menginginkan aku seperti, baiklah. Mulai sekarang aku akan sering menguraikan rambutku karena aku melihat jika kau lebih menyukai ku seperti ini," balas Dharma.

BINDUSARADHARMA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang