Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian suka dengan part ini♡~~~
50. EGOIS
"Keluarkan aku dan putraku dari sini! Cepat keluarkan kami!" Suara teriakan Helena terus terdengar mengisi ruangan penjara yang cukup gelap. Hanya lilin-lilin yang menjadi cahaya satu-satunya yang tertempel di dinding dengan berbaris panjang. Kedua prajurit yang menjadi penjaga di depan jejeran jeruji besi itu hanya diam, menghiraukan setiap permintaan dan teriakan dari Helena.
"Hei, kau prajurit! Cepat keluarkan aku dan ibuku dari dalam sini. Jika tidak, aku memecat mu sebagai prajurit Magadha!" ujar Justin yang sama-sama meminta pada prajurit itu untuk mengeluarkan dirinya bersama Helena dari ruangan jeruji besi.
"Maafkan kami. Mungkin kau pernah menjadi seorang raja tetapi saat ini kau kembali menjadi seorang pangeran dan tugas kami sebagai prajurit adalah mematuhi perintah dari raja. Karena raja Magadha kembali di ambil oleh Maharaja Bindusara, maka kami tidak bisa mengeluarkan mu dan ibumu, pangeran. Maafkan kami," jawab salah satu prajurit itu.
"Berani sekali kau mengatakan itu pada putraku! Sekarang kau begitu lancang prajurit! Ingatlah satu hal, meski putraku bukan lagi sebagai raja Magadha, tetapi dia masih tetap menjadi bagian dari keluarga kerajaan!" gertak Helena yang tak terima atas ucapan prajurit itu.
Justin tertawa lalu berbalik badan untuk duduk di atas kursi panjang yang ada di dalam jeruji besi itu. Sikapnya tentu saja membuat Helena menjadi heran, kenapa putranya malah tertawa dan bukan marah? pikirnya.
Helena menghampiri Justin. "Apa kau sudah tidak waras? Prajurit itu berani menjawab mu tapi kau malah tertawa seperti ini!" ujarnya.
Justin berubah menjadi sedih. Bahkan dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan ibunya.
"Justin, aku bicara padamu! Tadi kau tertawa dan sekarang kau malah sedih. Apa kau memang benar-benar sudah tidak waras?!" ujar Helena pada Justin.
"Sudahlah ibu biarkan saja. Mungkin nasib ku tidak bagus. Hari ini aku di penjara tapi itu tidak apa-apa. Setidaknya aku pernah merasakan menjadi seorang raja Magadha," ucap Justin yang kini berubah dengan meratapi nasibnya.
"Kau memang bodoh, Justin. Kenapa aku di takdirkan memiliki putra seperti dirimu? Di saat seperti ini otak mu menjadi tidak waras. Kau harus memikirkan bagaimana caranya kita keluar dari sini!" ujar Helena yang kesal dengan tingkah putranya.
"Tapi apa yang bisa kita lakukan ibu? Aku harap ibu tidak memikirkan hal jahat lagi. Karena rencana ibu aku jadi seperti ini," balas Justin.
"Oh, jadi sekarang kau mengalahkan ibu mu ini?" tanya Helena. "Ini semua salah mu. Sudah ibu katakan jangan memberikan tantangan seperti itu pada Bindusara. Kau tau kan jika Bindusara memiliki keahlian dalam bermain pedang. Sedangkan kau? Kau sangat payah. Dari kecil kau tidak pernah berusaha untuk seperti Bindusara! Bahkan saat menjadi raja saja, ibu mu inilah yang melakukan semuanya. Kau hanya menikmati hasil dari rencana ibu mu! Kau tidak melakukan apapun sama sekali!" ujarnya.
Justin merasa kesal dengan ucapan Helena padanya. Saking kesalnya, dia langsung beranjak bangun dan menatap wajah sang ibu. "Hentikan ibu! Ibu selalu membandingkan diriku dengan Bindusara. Bagaimana bisa aku seperti Bindusara jika ibu saja selalu peduli pada dia? Apapun yang terjadi ibu selalu mementingkan Bindusara lebih dulu ketimbang diriku. Dan sekarang saat kita kehilangan semuanya, ibu malah menyalahkan diriku! Sebenarnya apa yang ibu inginkan dari ku?!" ujarnya pada Helena.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINDUSARADHARMA [Completed✓]
RomanceKisah cinta Dharma dan Bindusara yang di penuhi konflik keluarga, cinta dan juga memperebutkan tahta kekuasaan istana Magadha sampai lahirnya seorang pangeran yang akan menjadi pemimpin besar keturunan dinasti Maurya. ~ Cerita ini terinspirasi dari...