Happy Reading:)
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian semua suka dengan part ini.~~~
36. Shubadrangi
Semenjak kepergian Dharma dari istana, Bindusara terlihat sering melamun. Seolah-olah hanya ada raga saja tetapi jiwanya telah pergi. Itulah yang di inginkan Helena, melihat Bindusara menderita dan seperti mayat hidup. Berhari-hari sikap Bindusara semakin murung. Tak ada lagi senyuman yang mengukir wajahnya. Meski di sana masih ada Charumitra dan bayinya, tetap saja bagi dia rasanya tidak lengkap. Setiap menit, setiap detik hanya memikirkan keadaan Dharma.
Charumitra sedikit merasa bersalah karena telah memisahkan Dharma dari Bindusara. Bukan hanya laki-laki itu saja yang merasa tersiksa, tetapi Charumitra pun dapat merasakannya juga.
Sikap Bindusara yang semakin hari semakin murung, itu membuat penobatan dirinya selalu gagal. Helena pun sering membujuk agar putranya lah yang menjadi raja untuk sementara sampai Bindusara mendapatkan kembali kebahagiaannya. Tetapi Chandragupta selalu menolak dan percaya bahwa Bindusara perlahan bisa terbiasa tanpa Dharma. Penolakan Chandragupta membuat Helena kesal dan harus membuat rencana untuk menghabisi nyawa Bindusara.
Berbagai rencana sudah ia lakukan, namun selalu saja gagal. Meskipun Bindusara terlihat murung, tetapi saat melawan para musuhnya ia tetap kuat. Bahkan melebihi di luar dugaan. Kegagalan yang selalu terjadi membuat Helena bingung, bagaimana agar ia bisa menyingkirkan Bindusara?
Berbulan-bulan Chandragupta, Nandini maupun yang lainnya selalu memberikan arahan yang benar untuk Bindusara. Kemurungan tidak akan menghasilkan apa-apa. Jika diri kita mulai goyah dan jatuh dalam keterpurukan, sebisa mungkin kita harus kembali bangkit. Lupakan sedikit saja masalah dan kesedihan. Itu yang sering di katakan Chandragupta.
Bindusara sedikit berpikir. Apa yang di katakan ayahnya benar. Ia memutuskan untuk siap menerima dan melakukan acara penobatan diri nya sebagai raja. Saat acara penobatan itu akan di mulai memang ada sedikit kendala yang harus di lewati Bindusara. Tentu saja kendala itu sengaja di buat Helena agar penobatan itu kembali gagal seperti sebelumnya. Namun lagi-lagi rencananya gagal dan membuat Bindusara sah menjadi raja yang baru.
Tentu saja semua rakyat begitu setuju dan mendukung jika Bindusara yang akan menjadi pemimpin baru mereka. Semua rakyat menyorakinya penuh kebanggaan.
"HIDUP MAHARAJA BINDUSARA!"
"HIDUP!"
Suara sorakan itu terdengar keras memenuhi halaman utama istana. Bindusara sebisa mungkin akan melakukan tugasnya dengan baik. Namun, untuk melupakan Dharma? Tentu saja tidak bisa ia lakukan meski sedetik saja. Penobatan raja baru Magadha membuat Justin menjadi uring-uringan. Seharusnya dialah yang menjadi raja bukan Bindusara. Pikirnya. Helena berusaha menenangkan Justin dan berjanji bahwa ia akan membuat putranya itu menjadi raja dan menyingkirkan Bindusara. Itulah janji Helena yang tidak akan pernah di lupakan Justin.
12 tahun kemudian...
Waktu ternyata bergulir begitu cepat. Tak terasa sudah 12 tahun Dharma meninggalkan istana, meninggalkan Bindusara dan orang-orang yang gadis itu sayangi. Meskipun waktu telah berganti dengan cepat, hal itu belum bisa menghapus rasa sedih yang di rasakan Bindusara. Sikapnya menjadi sangat dingin seperti tak punya semangat untuk hidup. Tetapi ia tidak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang raja. Sikap dingin yang di miliki Bindusara membuat Charumitra sering kesal karena tak ada sedikitpun perubahan pada Bindusara. Laki-laki itu selalu saja memikirkan Dharma dan membiarkan dirinya mengurus sendirian putranya, seolah-olah tak punya rasa peduli sedikit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINDUSARADHARMA [Completed✓]
RomanceKisah cinta Dharma dan Bindusara yang di penuhi konflik keluarga, cinta dan juga memperebutkan tahta kekuasaan istana Magadha sampai lahirnya seorang pangeran yang akan menjadi pemimpin besar keturunan dinasti Maurya. ~ Cerita ini terinspirasi dari...