Hawa pagi mulai terasa begitu kental ketika matahari perlahan muncul ke peredaran. Menggantikan bulan yang semalam bekerja keras menjaga pencahayaan sebagian bumi. Daun-daun menari, burung berkicau, dan suara riang anak-anak taman kanak-kanak yang berjalan kaki menuju Sekolah mendamaikan suasana Senin pagi yang membuka hari baru.
Begitu membahagiakan, juga tenang.
Son Seungwan mulai mengerjapkan kelopak mata ketika cahaya entah berantah menerpa sebagian wajah cantiknya. Penglihatannya kabur dan dingin mulai menusuk kulit putih sang gadis. Seungwan masih tidak mengerti, yang jelas ia langsung menarik selimut terdekat guna menghangatkan sedikit suhu tubuhnya. Ia meraba sekitar, mencoba meraih sesuatu yang bisa memperjelas dimana keberadaannya saat ini–ah tidak, Seungwan tau dirinya sedang berada diatas ranjang, tetapi milik siapa? Dan kenapa ia bisa berada disini?
Gadis tersebut mengerjapkan lagi matanya sembari mencoba untuk bangun dari posisi tidur. Dan pintu kaca yang menghubungkan jelas dengan keadaan luar ruangan karena tak terhalang gorden menjadi pemandangan pertama yang ia lihat ketika kesadarannya mulai kembali. Seungwan mengedarkan lensa ke sekitar, mendapati dirinya sedang berada didalam sebuah kamar mewah yang sudah pasti tidak mungkin bisa ia sewa.
Jantung Seungwan mulai berdegup ketika mendengar deru nafas lain yang berada tepat disebelahnya. Ia meneguk saliva, mencoba untuk menolehkan kepalanya yang mendadak terasa berat ke arah samping, tepat dimana deru nafas itu berada.
Sesaat ia terkesiap, mendapati wajah tampan seorang pria yang masih tenggelam dimimpi panjangnya. Tenang juga lembut. Dan Seungwan hampir mati rasanya saat ia menyadari satu fakta lagi–mereka dalam keadaan polos dan berada disatu selimut yang sama.
Ada apa ini?
<>
"Nuguya?"
Oh Sehun bertanya dengan nada berat, tanpa memandang gadis yang sekarang duduk diatas sofa. Ia menarik nafas panjang dan mengusap kasar wajahnya, menunjukkan seolah dirinya dilanda frustasi saat ini.
Bagaimana tidak jika baru saja kedua matanya terbuka, ia sudah mendapati seorang gadis yang tengah meringkuk disampingnya. Terisak juga ketakutan.
Sehun mencoba untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin, meminta gadis tersebut membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum mereka mulai membahas permasalahan yang ada. Tentang bagaimana mereka bisa berada di kamar yang sama, di ranjang yang sama, dan di selimut yang sama padahal keduanya yakin tak pernah bertemu sebelumnya. Namun nyatanya Sehun tak setenang yang ia bayangkan.
Gadis itu terus saja menangis dan enggan menjawab pertanyaannya, membuat emosi Sehun mulai naik ke peredaran. Baru saja Sehun hendak mengeluarkan lagi pertanyaannya, sebuah suara lemah lebih dulu menimpalinya. Membuat sebelah alisnya terangkat tak mengerti.
"Aku... Takut."
| 1 2 1 |
Started by :
| Oh Sehun |
| Son Seungwan |
| ... in this room, God started made a fate |
smooddark © 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...