45 : New Life -Or Not

993 130 58
                                    

komen dan votenya duluu yaa

🖤


"Daehan-ah..."

Seungwan menoleh ketika mendengar suara pria paruh baya yang nanti akan menjadi ayah mertuanya tersebut, kegiatannya menidurkan Daehan berhenti untuk menaruh perhatian pada Yeonseok yang sekarang baru saja duduk di sampingnya.

"Apa dia tidur?" Tanya Yeonseok sambil tetap memandang pada wajah damai Daehan yang meski matanya terbuka terlihat sayu dan menggeliat dalam gendongan Seungwan.

"Baru akan tidur," jawab Seungwan dengan senyum lebar, "Apa ayah mau menggendongnya?"

Seungwan juga memanggil Yeonseok dengan sebutan ayah atas permintaan pria tersebut, dan dia dengan senang hati memenuhinya. Bagaimanapun Seungwan tak pernah memiliki seorang ayah, kehadiran Yeonseok sedikit membuat kekosongannya terisi.

"Boleh," Yeonseok mengambil tisu basah dan mengelap tangannya dengan benda tersebut, memastikan kebersihannya terjaga sebelum mengambil Daehan dari gendongan Seungwan untuk berada dalam pelukannya, "Hush..."

Seungwan dengan hati-hati memberikannya kesempatan, tanpa menghilangkan senyum hangatnya.

"Daehan-ah, cucuku yang tampan," Yeonseok berbisik sambil menimang-nimang Daehan, "Kau harus menjadi anak yang hebat untuk kedua orang tuamu, nak."

Alis Seungwan mengerut sebentar, namun dia tak ayal kembali mengulum lengkungan senyum manis di bibirnya.

"Dia luar biasa, Seungwan," puji Yeonseok, memandang Seungwan bangga, "Benar-benar meyakinkan seperti Sehun ketika dia masih bayi."

"Benarkah?" Seungwan tak begitu terkejut, Yeonseok sering mengatakan hal yang sama dan Seungwan merasa pujian itu sangat tulus dia dengar. Jadi Seungwan selalu menyukainya, hal yang bagus bila Daehan akan tumbuh seperti Sehun yang cerdas dan penyayang untuk orang-orang terdekatnya.

"Sehun dulu suka sekali menghitung, bahkan ketika usianya tiga tahun. Kau pernah tau tidak dia sering ikut olimpiade matematika?"

"Aku melihat piala dalam lemari di sana dan medalinya, Sehun benar-benar tak bisa dibayangkan," Seungwan tertawa kecil, "Aku harap Daehan tidak tumbuh sepertiku saja, aku terlalu naif dan bodoh."

Yeonseok tertawa, membenamkan ciuman di puncak kepala Daehan singkat sebelum menoleh kembali pada Seungwan, "Kau wanita yang baik Seungwan, tidak penting lagi kau bodoh atau bagaimana. Di masa sekarang, karakter itu sangat diperlukan."

Wanita tersebut mengangguk pelan, "Terima kasih."

"Aku terkejut Sehun dan Sungkyung tidak menggunakan koneksi untuk meraih impian mereka," komentar Yeonseok, sedikit membuat Seungwan kebingungan, "Mereka murni mengusahakan semuanya sendiri, enggan menggunakan namaku –bukannya aku sombong, tapi aku cukup terkenal di kalangan bisnis."

Seungwan tertawa kembali, "Aku tau. Sungkyung eonni menceritakannya. Orang-orang selalu bertanya mengapa mereka bersembunyi dari kenyataan mereka adalah keturunanmu."

"Aku pikir mereka pasti malu dan sakit hati sekali," gumam Yeonseok dengan suaranya yang semakin pelan saja, "Sehun tidak akan mudah menerimaku lagi setelah apa yang dilaluinya sendirian."

Bukan hal yang baru untuk Seungwan mendengar kelesuan itu.

Seungwan menghela nafas, sedikit tidak enak mendengarnya. Yeonseok tak salah, Sehun memang masih belum memandangnya seperti dahulu kala. Dia masih dingin hanya jika di sekitar ayah kandungnya itu, dia masih pendiam dan batu jika bertemu dengan Yeonseok. Tak pernah sekalipun dirinya melihat Sehun berusaha bicara dengan Yeonseok yang saat-saat tertentu sudah berusaha menarik perhatian Sehun untuk mengobrol. Di meja makan, di ruang keluarga, bahkan ketika Yeonseok datang ke kamar mereka untuk melihat Daehan.

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang