09 : Who I Am?

2.3K 289 54
                                    

Setelah menimang berkali-kali, Seungwan memutuskan untuk menumpang pada Mino yang tiba-tiba sekali berada di halte tempatnya berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menimang berkali-kali, Seungwan memutuskan untuk menumpang pada Mino yang tiba-tiba sekali berada di halte tempatnya berada. Entah dunia yang memang sangat sempit atau Tuhan yang memang sengaja membuat mereka bertemu kembali. Tidak tau, tapi Seungwan bersyukur karena ia tak perlu memanggil taksi lagi.

"Apa yang kau lakukan di halte pukul segini, bodoh? Tak akan ada bus yang datang sesiang ini untuk mengantar satu orang saja."

"Aku telat bangun," ketus Seungwan atas ocehan Mino yang meledeknya.

"Cih, kau pasti bermain semalaman sampai tak ingat besok akan bekerja bukan?"

"Bukan urusanmu."

"Okey, baiklah baiklah," Mino menyudahi perdebatan mereka, "Kau mau kemana?" tanyanya sembari tetap fokus menyetir.

"Hm, kantorku," balas Seungwan sekenanya.

Mino melirik bingung gadis tersebut, alisnya bertaut, "Kau kira didunia ini hanya ada kantormu saja?"

Seungwan berbalik memandang Mino dengan menggigit bibir bawah, kenapa harus sarkas begitu sih? Gumam Seungwan dalam hati, "Eum...  Mk Glraces."

Tidak ada balasan apapun dari Mino. Dan kediaman pria tersebut justru membuat Seungwan heran.

"Kenapa?" tanya Seungwan, masih dengan pandangan yang jatuh pada Mino.

"Kau bekerja disana?" hanya Seungwan yang terlalu merasa saja atau bagaimana, tapi suara Mino berubah menjadi lebih datar daripada sebelumnya. Air wajahnya juga tak sedamai tadi.

"Ya."

Mino lagi-lagi tak menyahut. Hanya fokus mengendarai mobil mahalnya tanpa berniat membalas ucapan Son Seungwan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Seungwan, lagi.

"Jelas," Mino tersenyum paksa, "Aku tidak punya alasan untuk terlihat khawatir."

Bohong. Seungwan memang lugu tapi tak bodoh untuk menyadari ada suatu hal yang sedang pria itu pendam. Namun bagaimanapun, ia tak punya hak untuk mencampuri urusan Mino karena mereka bahkan bukan teman.

Selama perjalanan yang panjang itu, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Seungwan maupun Mino. Tak ada yang menarik untuk dibahas jika mood Mino saja mendadak jelek begitu. Apalagi Seungwan yang tak tau apa-apa tentang Mino dan tak pintar berbicara semakin membuat semuanya terasa suram.

Mereka sampai dalam jangka waktu yang cukup cepat. Kemudian Seungwan membuka seat-beltnya. Menatap Mino dan senyum tipis, "Terima kasih tumpangannya dan hati-hati."

"Tunggu," Mino menahan Seungwan saat gadis itu hendak membuka pintu mobil, "Bisa berikan aku nomor ponselmu? Barangkali kau membutuhkanku untuk mengantarmu lagi?"

"Eh?"

"Jika aku tidak sibuk, aku akan melakukannya untukmu."

Tiba-tiba sekali jantung Seungwan berdebar tak karuan. Bagaimana tidak jika ada seorang pria yang kau kira sangat menyebalkan bisa bersikap semanis itu?

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang