Seungwan memandang Mino yang duduk disofa apartement-nya dengan bersilang kaki, mata wanita tersebut menyipit. Ia meletakkan gelas kopi yang Mino minta diatas meja kemudian berdiri jauh dari pria itu masih dengan mata yang mengawasi. Cukup terkejut karena Mino tau kamar apartement-nya padahal selama ini ia hanya mengantar Seungwan dibawah saja, tak pernah benar-benar samapai diruangnya.
Lengan Seungwan terlipat didepan dada, memandang Mino penuh intimidasi, "Jadi, bagaimana kau bisa tau kamarku?" Tanya Seungwan setelah hanya ditemani keheningan dengan Mino selama beberapa saat.
"Aku bertanya, apa gunanya menjadi orang kaya jika tidak bisa menyuap resepsionis bodoh itu?" Mino terkekeh sendiri mengingat betapa konyolnya penampilan perempuan yang menjabat sebagai resepsionis apartement ini.
"Lalu, apa tujuanmu kesini?"
Alis Mino menarik sebelah, "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja atau tidak, Seungwan. Kenapa hanya berdiri disana?"
Seungwan mengendikkan bahu, tak tertarik membahas alasan mengapa ia tetap berdiri disini. Bukannya duduk disamping Mino agar bicara lebih sopan juga baik, "Aku tidak mau orang lain melihatmu disini. Jadi jika kau tak punya urusan yang benar-benar penting, lebih baik kau pergi sekarang."
"Seungwan, bukankah aku lebih pintar daripada Sehun-mu itu?"
Tertegun, diam-diam Seungwan meremat kausnya mendengar Mino mendesiskan nama Sehun. Entah mengapa terdengar begitu sinis juga benci. Membuat pertanyaan yang berusaha Seungwan untuk tak cari tau dan penasaran akhirnya muncul kembali dalam benaknya. Sehun tak pernah memberinya jawaban, bahkan pemuda itu memilih untuk menghindar. Hanya bisa melarang dan menghalangi Seungwan untuk berhubungan dengan Mino.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Sehun dan Mino sangat membenci satu sama lain?
Mata Seungwan menerawang air wajah Mino yang kini jauh lebih tenang daripada sebelumnya. Ironisnya ia tak menemukan jawaban apapun karena Mino benar-benar hebat menutupinya lewat raut tak terbacanya yang memanipulasi.
"Ada apa sebenarnya antara kau dan Sehun?" Tanya Seungwan kemudian, rasa penasarannya kembali memuncak. Mendadak suasana diruangan ini memanas begitu saja.
Mino tersenyum remeh, menggeleng dengan tawanya yang begitu rendah, "Hanya sedikit kesalahpahaman."
"Kenapa Sehun begitu membencimu, Song Mino?"
"Dia? Sehun? Membenciku?" Ulang Mino, nampak sekali pura-pura terkejut menghiasa wajah tampannya, "Kurasa kami memang saling membenci."
"Apa alasannya?" Seungwan tak sengaja meninggikan nada bicaranya sebelum kembali menurunkannya. Mino merendahkan ia, terlihat sekali.
"Well, well, well!"
Seungwan dan Mino terinterupsi oleh tepukan tangan dan nada lantang dari seseorang yang suaranya bahkan baru Seungwan dengar kali ini. Keduanya menoleh terkejut, Mino reflek menegakkan tubuhnya. Dari jarak seperti ini, pemuda tampan berpenampilan tak formal, hanya sebuah kaos oblong hitam bertuliskan Levi's yang sepaket dengan celana bermerek sama yang membaluti tubuh tingginya, melangkah kearah mereka. Mata nyalangnya terarah kepada Song Mino yang meski terkejut masih tetap tenang ditempatnya berdiri. Saling berpandangan penuh benci meski tak terucap sebagai kata.
Jongin masuk tanpa mengucapkan sapaan, Mino tengah menerobos pintu untuk mengungkap masa lalu kelam Sehun dan dirinya didepan gadis Son yang sebenarnya tak Jongin kenal tersebut. Ia melirik Seungwan yang kebingungan karena baru pertama kali melihatnya, Jongin memainkan alisnya pada Seungaan yang tak mengerti maksud dari tingkahnya.
"Song Mino, sepertinya lama sekali kita tak bertemu ya?" Jongin membuka suara terlebih dahulu, memasukkan jemarinya dalam kantung dan bersikap seolah mereka adalah teman lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
أدب الهواةFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...