Sehun memberhentikan mobil mewahnya tepat didepan sebuah rumah kecil kumuh. Beberapa pasang mata para ibu rumah tangga yang kebetulan melintas didepan sana langsung mencuri perhatian padanya. Mereka saling berbisik, membicarakan pemilik mobil tersebut apalagi seorang gadis yang duduk didalam sana. Sehun mengerutkan kening, merasa sedikit asing dengan suasana ini ketika ia melihat keluar jendela. Ia sudah biasa menjadi pusat perhatian tapi tak biasa dipandang sinis juga remeh seperti itu.
Meski begitu, pria tersebut sadar bagaimana kawasan tempat ia berada sekarang–dimana adat bertetangga yang tentram juga saling perhatian masih menjadi kebiasaan. Jadi, Sehun tidak begitu heran mengapa dirinya bisa dipandang 'kurang' pantas seperti itu.
Diam, Sehun menoleh pada gadis yang masih duduk dikursi penumpang tepat disebelahnya. Jemari gadis itu tergenggam erat, kepalanya menunduk dan pandangan matanya lurus kebawah. Entah apa yang ada dipikirannya dan entah apa yang tengah dirasakannya.
Bagaimana mereka bisa berakhir di kamar yang sama, Sehun tidak benar-benar lupa sebenarnya. Ialah yang terlebih dahulu tertarik pada gadis lugu yang memeluk nampan didekat pantry, ialah yang terlebih dahulu ingin merasakan bagaimana menyentuh gadis polos tersebut. Hanya saja, sedikit pengaruh alkohol sudah memangkas sebagian pikirannya, membuat ia lupa apa yang terjadi kemudian didalam kamar hotel hingga mereka berakhir tanpa busana diatas ranjang yang sama.
Sehun nyatanya masih tau diri hingga tak berani meninggalkan gadis itu sendiri disana dan mengantarnya kembali ke rumah dengan selamat meski dirinya tau masih banyak bawahannya yang bisa melakukan tugas tersebut. Ada hal yang mendorong hati kecilnya untuk melihat dengan mata kepala sendiri gadis lugu itu pulang dengan selamat.
"Kau tidak ingin turun?" Sahut Sehun, meninggalkan suasana hening yang tadi begitu kental menguasai mobilnya. Mengundang Son Seungwan, gadis itu, menoleh padanya dan memandang wajah tampannya sendu.
Seungwan mengangguk pelan, "Terima kasih sudah mengantarku pulang," balasnya sembari membungkuk kecil sebelum akhirnya mulai bergerak melepas seat-beld mobil Sehun.
"Sebentar."
Gerakan Seungwan berhenti, ia menoleh lagi pada Sehun yang sibuk berusaha meraih jas hitamnya dikursi belakang. Kemudian jemarinya merogoh sesuatu dari dalam sana dan meletakkan kembali benda tersebut dibelakang. Secarik kertas ia sodorkan pada Seungwan yang kebingungan.
"Atas rasa takutmu, hubungi aku kalau terjadi sesuatu padamu."
Seungwan terdiam beberapa detik sembari memandangi kartu nama tersebut. Ragu-ragu, ia meraihnya pelan, "Terima kasih," gumamnya. Gadis itu keluar dari mobil Sehun dan Sehun setia menjadi mata-matanya, hendak memastikan Seungwan masuk ke dalam rumahnya.
"Ya! Son Seungwan!"
Belum ada kaki-kaki mungil Seungwan sempat melangkah ke dalam rumah, wanita-wanita paruh baya yang merupakan tentangganya menyerukan namanya lantang. Mereka hendak melintas didepan rumah Seungwan namun berhenti ketika mendapati Seungwan keluar dari sebuah mobil mewah. Bukan hanya Seungwan yang tertarik perhatiannya, Sehun yang masih berada didalam mobil ikut memandang sekumpulan wanita tersebut heran. Dibukanya kaca mobilnya, hendak mendengar apa yang mereka bicarakan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...