44 : Home

1K 131 34
                                    

vote dan komen dulu hayuuukkk

🖤

"Ayah darimana saja?"

Sujeong menghambur ke pelukan ayahnya, bahkan ketika Sehun dan Sungkyung masih tertegun di tempat mereka berdiri tanpa pergerakan apapun. Kehampaan serta perasaan marah yang sempat menghinggapi Sehun singkat dahulu kembali ke permukaan saat dia berpandangan tepat dengan pria paruh baya tersebut. Kerinduan juga kekaguman lamanya sudah tertutup rapat oleh rasa kesal dan sakit hatinya hingga dia tak berniat sedikitpun untuk merengkuh tubuh ayah kandungnya sendiri, menghambur rindu yang sudah dia tahan sejak lama.

Yeonseok terlihat begitu lemah, tubuhnya masih tinggi seperti sedia kala namun begitu rapuh. Wajahnya yang penuh keriput semakin menua, rambut putihnya sudah tumbuh mulai membanyak. Matanya yang kelam tak ayal terus lurus pada putra dan putrinya, dengan bibir yang menciumi puncak kepala Sujeong.

"Sungkyung-ah... Sehun-ah..." Suara Yeonseok, ayah mereka, yang tak lama bersua di telinga membuat hati Sungkyung tergerak untuk maju, namun lengan Sehun lebih cepat menahannya.

Setitik air mata Sujeong kembali jatuh di dalam pelukan Yeonseok, dia jauh lebih tak bisa menahan kerinduannya yang membuncah pada ayahnya. Bagaimanapun dia putri paling kecil, Yeonseok sangat memanjakannya dulu. Dia ingin sekali mengadu pada ayahnya apa yang terjadi ketika dia pergi dan bagaimana dirinya ditinggalkan oleh sang ibu -Sujeong ingin menghabiskan banyak waktu yang hilang dengan ayahnya.

"Maafkan ayah... Maafkan ayah," berulang-ulang kali Yeonseok mengulang kalimat yang sama, berharap kedua anaknya itu mau mendengarnya.

Namun Sehun masih enggan melangkah, bahkan kini dia melepaskan Sungkyung untuk menghambur pelukan erat pada tubuh pria paruh baya tersebut. Raut penyesalannya seolah tak berguna sama sekali pada Sehun, tak sedikitpun menggoyahkan pertahanan Sehun yang justru semakin mundur.

Entah apa yang membawa ayah mereka kembali lagi.

Dia berbalik lagi, ke arah kumpulan inkubator bayi-bayi di dalam sana. Memandang lurus pada bayi kecilnya yang baru terlahir, kedua matanya mendadak panas dan Sehun pada akhirnya juga tak sanggup menahan setitik air yang keluar dari matanya.

"Sehun-ah..."

Pria tersebut mengambil jalan lain untuk mencapai ruangan inap Seungwan, mengabaikan sepasang mata yang terus memperhatikan setiap pergerakannya dengan cemas dan bersalah.

Pasti sakit hati Sehun tak akan diobati dengan mudah, putranya yang dingin itu tak akan mau memaafkannya semudah yang dia pikir. Yeonseok sadar diri, kehadirannya mungkin tak akan diterima begitu saja oleh Sehun.

"A-ayah," Sungkyung melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang masih menggenangi pelupuk matanya. Lensa cokelatnya lurus pada wajah Yeonseok yang begitu keriput, membuat perasaan tak tega meliputinya, "Hari ini kekasih Sehun melahirkan bayi mereka."

Sungkyung tak yakin ini adalah kabar gembira untuk Yeonseok, namun dia mencoba menyampaikan maksud kedatangan mereka disini.

Dia juga tidak tau apakah ini hal yang pantas mereka bicarakan di hari pertama mereka bertemu setelah bertahun-tahun, Sungkyung hanya tak suka dengan kecanggungan yang semula terjadi.

Yeonseok mengangkat jemarinya dan mengelus pipi Sungkyung yang putih, jemarinya yang kasar meluaskan perasaan cemas Sungkyung akan pria yang semakin menua tersebut, "Benarkah?"

"Ayah ingin melihatnya? Dia lucu sekali dan mirip sekali dengan oppa!" Girang Sujeong, menarik tubuh ayahnya mendekat kepada kaca bening dihadapan mereka.

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang