Tepat satu minggu setelah makan malam menyakitkan bagi Seungwan itu, Sehun tak pernah kembali. Mengantarnya didepan gedung apartement adalah saat terakhir kali ia memandang jelas wajah Sehun. Sekedar datang untuk menanyakan apakah Seungwan baik-baik saja disana atau tidak bahkan tak pernah ia lakukan. Ponselnya hidup, namun panggilan dari Seungwan tak pernah ia hiraukan. Di kantornya, Sehun juga menolak kehadiran Seungwan-bahkan ia hanya menyampaikan lewat resepsionisnya.
Tidak tau bahwa Seungwan begitu mengcemaskannya. Seungwan masih menunggunya.
Didalam apartement sebesar itu, Seungwan hanya sendiri. Menikmati setiap detik yang berlalu diluputi keresahan yang begitu mendalam. Ia takut sesuatu terjadi pada Sehun dan kadang ia menyalahkan dirinya yang membuat hubungan mereka menjadi renggang seperti ini. Padahal ia tau bahwa ia tidak punya hak apapun untuk mencampuri kehidupan Sehun-meski pria itu meminta Seungwan menjadi miliknya.
Seungwan yang salah, Seungwan yang terlalu lugu.
"Hey."
Bola mata Seungwan berputar, memandang terkejut pada seorang gadis yang sedang duduk dihadapannya sembari sibuk mengunyah makanan didalam mulut. Namanya Jung Yerin, satu-satunya teman Seungwan yang dekat dengannya setelah bekerja disini. Dan sekarang, mereka yang harusnya menikmati istirahat makan siang hikmat ini harus terganggu karena Seungwan terus melamun tanpa berniat untuk menyicipi sedikitpun hidangan diatas piringnya yang sebenarnya begitu menggoda untuk Yerin.
"Ya?" hanya itu respon Seungwan.
"Kau tidak suka makanannya? Kau bisa memberikannya padaku."
Seungwan tanpa membalas kalimat Yerin langsung menyodorkan piring donkatsu-nya. Membuat Yerin melebarkan kedua bola mata terkejut. Lalu jemarinya bergerak untuk mengembalikan piring itu dihadapan Seungwan.
"Aku hanya bercanda Seungwan," Yerin menyengir.
"Kalau kau mau, kau bisa memakannya."
"Tidak, ya Tuhan. Aku benar-benar hanya bercanda," elak Yerin. Setelah itu Seungwan hanya meliriknya sekali dan mengalihkan pandangan pada kolam ikan yang ada didalam restoran itu, berguna sebagai hiasan untuk mencuci mata para pelanggan mereka.
Seungwan terenyuh memandangnya. Meski berada dalam kolam yang sama dengan jenis yang berbeda, nyatanya ikan-ikan itu dapat hidup dengan damai dan tenang. Menyisihkan perbedaan mereka dan membagi segala hal yang dapat mereka nikmati bersama.
Seandainya yang duduk dihadapannya saat ini adalah Sehun, apakah ia akan berpikir hal yang sama seperti Seungwan? Menganggap mereka adalah satu dan saling membagi apapun yang dimiliki untuk dinikmati bersama?
Jangan berpikir terlalu jauh Seungwan, tegur Seungwan pada dirinya sendiri. Bagaimanapun mereka berbeda, dan tak akan pernah menjadi satu.
Satu hal yang menjadi dugaan Seungwan meski tak pasti; mungkin Sehun sudah kembali pada tunangannya setelah malam itu. Kembali menyatukan Cinta mereka yang sempat renggang karena kehadiran Seungwan dan akhirnya Sehun memilih untuk tidak lagi berhubungan dengan gadis bernama Son Seungwan ini. Membuat lembaran baru bersama kekasihnya dan memutuskan mengukir cerita indah mereka berdua saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...