Seulgi meneguk anggur merah dari gelas kecil lalu memandang Joohyuk dengan kedua bola mata sayunya, "Sehun sudah benar-benar melupakanku ya?" tanyanya, yang justru membuat Joohyuk menautkan alisnya dan entah mengapa enggan untuk menyahuti kalimat gadis tersebut.
Jongin dan Soojung saling melempar pandangan satu sama lain sesaat, sebelum Soojung mendelik pada Seulgi menggunakan mata tajam yang sedari tadi memandang kesal pada model tersebut. Bukan tanpa alasan Soojung tidak menyukai Seulgi, hanya saja gadis itu terlalu banyak menunjukkan muka duanya dan hal itu membuat Soojung jengkel setengah mati. Seperti saat ini contohnya, Seulgi berpura-pura terlihat kuat padahal Soojung tau Seulgi hendak mengumpati Sehun didepan mereka–sahabat-sahabat dari pria tersebut.
Bahkan Seulgi masih berusaha mendapatkan belas kasihan dari Joohyuk karena tau Jongin dan dirinya tak akan peduli pada gadis tersebut. Dan Soojung boleh tertawa keras saat Joohyuk hanya berfokus meneguk anggur merahnya tanpa berniat menenangkan Seulgi yang terdengar begitu frustasi karena hubungannya dan Sehun yang kandas itu. Benar-benar memalukan sekaligus menjijikan.
"Aku tidak menyangka dia secepat itu melupakanku," Seulgi tersenyum, memandang gelasnya kosong. Seharusnya senyum itu terlihat manis, tapi justru memuakkan bagi Soojung.
"Kurasa Sehun memang pantas melupakanmu, gadis rubah," Soojung bersuara, tak tahan hanya mendiamkan Seulgi disana.
Jongin menyenggol pergelangan gadisnya, meminta Soojung untuk menutup mulutnya. Ia tak mau kedua gadis itu lagi-lagi berdebat–suatu hal yang selalu dilakukan oleh Seulgi dan Soojung saat bertemu.
Seulgi memandang Soojung, sendu, "Benarkah? Kenapa menurutmu?"
"Menurutku? Heum," Soojung melipat tangan didepan dada, balas menatap Seulgi yang berada disamping Joohyuk angkuh, "Karena kau memuakkan, kau berwajah dua. Kau tidak pernah bisa mengerti Sehun dan kau memang tidak pantas untuk Sehun."
"Jung Soojung," Jongin menahan Soojung, kembali memberi isyarat agar Soojung diam atau Seulgi akan merasa tersinggung karenanya.
"Aku seperti itu ya?" Seulgi masih berusaha tersenyum.
"Lihat, bahkan senyumanmu saja menjijikan."
"Kita bahkan tidak dekat Jung Soojung, bagaimana bisa kau menilaiku hanya dengan sebuah senyuman?"
Soojung mendesis tajam, "Cih, yang mau dekat denganmu juga siapa?"
"Seharusnya kita dekat bukan? Jongin dan Sehun adalah sahabat."
"Tapi itu tidak berarti aku mau berteman juga denganmu. Lagipula kau sudah tidak berarti bagi Sehun. "
"Seulgi, Soojung, kalian ini seperti anak kecil saja. Bisa tidak sekali saja kalian tidak bertengkar ketika bertemu? Mungkin ini alasan mengapa Sehun dan Jongin malas membawa kalian jika sedang berkumpul," Joohyuk menengahi dengan suara yang menggebu, penuh emosi. Muak dengan kalimat pedas yang diucapkan gadis-gadis ini.
Soojung mendelik sesaat pada Seulgi dan menghampaskan punggungnya pada kepala sofa dengan raut tak bersahabat. Kekasihnya jelas langsung merangkul gadis tersebut dan mencoba menenangkan Soojung agar keadaan kembali seperti semula, meski Jongin tau akan sulit. Kehadiran Seulgi disini memang berpengaruh besar pada suasana hati Soojung yang berdampak pada atmosfer disekitar mereka.
Beda lagi dengan Seulgi yang hanya tersenyum simpul dan memilih kembali meneguk anggur merah yang dipesannya. Tidak ada niat sedikitpun untuk beranjak walau tau kehadirannya tak diinginkan.
Suara derap langkah yang menuju mereka memecahkan keadaan yang sempat hening beberapa saat. Joohyuk dan Jongin adalah orang yang lebih dulu peka dan menoleh pada suara sol sepatu tersebut. Melihat siapa yang datang, kedua pria itu tersenyum miring dan menyeru tanpa suara. Mengira-ngira apa yang akan terjadi bila sang pemilik sepatu duduk diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...