06 : Am I Special?

2.5K 297 23
                                    

Alarm berbunyi–tanda bahwa pagi sudah datang dan pengaturan alarm pada pukul tujuh pagi sudah lebih dari batasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alarm berbunyi–tanda bahwa pagi sudah datang dan pengaturan alarm pada pukul tujuh pagi sudah lebih dari batasnya. Pukul delapan lewat lima.

Seungwan tak pernah bangun sesiang itu, namun kenyamanan yang entah darimana datangnya membuat ia enggan untuk membuka mata demi menikmati setiap detik yang ada. Nafas lembutnya masih berderu teratur dan ia malah semakin menenggelamkan tubuhnya pada selimut tebal yang ia gunakan. Meski sinar matahari mulai menerpa sebagian wajah cantiknya, Seungwan tak menunjukkan tanda bahwa ia akan bangun dalam waktu dekat. Sebuah benda yang berada dipingganggnya mengerat, membawa tubuh kecilnya semakin merapat dengan pemilik benda itu. Jemari Seungwan bergerak, mengelus permukaan benda tersebut. Sepasang tangan yang melingkar dipinggangnya dengan erat–tunggu, apa? Tangan?!

Tiba-tiba sekali mata Seungwan membola sempurna. Ia berkedip beberapa kali dan bangkit dari posisi ternyamannya. Hampir saja teriakan kejut keluar dari bibirnya, Seungwan langsung menutup mulut dengan jemari-jemari lentiknya.

Ingatan-ingatan pada suatu malam langsung berputar bak sebuah film dikepalanya. Kejadian ini hampir mirip dengan hari itu, hari naas yang Seungwan pikir sebagai titik balik hidupnya.

"Ini masih terlalu pagi untuk bangun."

Seungwan terkesiap, bahkan ia tak tau bahwa pria itu menyadari gerakannya meski Sehun tak membuka mata.

Gadis itu menelaah, berusaha mengingat bagaimana ia bisa berakhir diatas ranjang besar ini–dalam pelukan hangat Sehun yang luar biasa memberi pengaruh nyaman baginya hingga tak mau beranjak. Dan yang ia ingat hanya bagian ketika pria itu marah dan membentaknya, mengusirnya secara kasar agar tak berada didalam sana. Hati Seungwan kembali memilu.

Seungwan mengira ketika Sehun memintanya untuk menjadi milik pria itu, maka Sehun akan bersikap sama seperti kemarin-kemarin. Baik dan dermawan pada Seungwan. Namun untuk alasan yang tak ia ketahui, pria dermawan yang ia anggap sebagai penolongnya malah memarahinya dan berkata kasar padanya.

Jemari Seungwan meremas selimut itu dan ia menggigit bibir bawah. Berusaha sebaik mungkin menahan tangis karena hatinya yang terluka.

"Son Seungwan."

Panggilan itu menyadarkan Seungwan dari lamunannya. Ia menoleh pada Sehun dan pria itu masih nampak tak sadar.

"Siapkan sarapan. Aku lapar."

Seungwan ingat semalam Sehun menolak ajakan makan malamnya dan sekarang pria itu malah meminta makan padanya, "Ba... baik."

"Hm, satu lagi."

Baru saja Seungwan hendak beranjak dari tempat tidur ketika suara serak itu menimpali.

"Bersiaplah yang rapi hari ini. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat."

Meski bingung, Seungwan mengangguk dan pergi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang