11 : Stay

2.3K 273 79
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Skip kalau geli ya ngehahahaha
18+

"Ahhnn... Seungwan-shhh."

Ranjang tersebut berdecit kencang, menghentak dinding dan lantai yang keras. Suhu udara yang dingin diluar dan air conditioning yang menyala tak dapat menembus hawa panas yang terlanjur memenuhi seisi kamar tersebut. Hujan turun deras dibalik jendela seolah berusaha meredam suara-suara aneh itu, juga menetlarisir gairah diantara dua anak manusia itu.

Bergumul hebat dan saling menarik satu sama lain.

Dua tubuh yang menyatu dan suara desahan yang beradu keluar erotis dari bibir Sehun maupun Seungwan yang tergulai lemas dibawahnya. Memeluk punggung lebar Sehun dan meremas rambut pria tersebut kasar ketika titiknya disentuh dalam oleh sang pemuda. Sesekali merintih sakit kemudian mendesah gila.

"Angh-Sehun, ak-aku akan-agh," Sehun meraup bibir Seungwan ketika kejantanannya yang masih berada dilingkar pusat gadis tersebut, terasa basah saat puncak kenikmatan hangat Seungwan menyembur keluar. Membasahi kedua kelamin yang kembali dipimpin Sehun untuk beradu dibawah sana.

Seungwan menggeleng, ia sudah terlalu lelah setelah berjam-jam melayani birahi Sehun yang tak ada hentinya. Semenjak pria itu datang tiba-tiba sampai sekarang, ketika waktu sudah menunjukkan pukul satu malam.

Sehun berhenti sejenak, mengangkat tubuhnya yang semula menciumi kasar kulit leher putih Seungwan dan memandangi wajah sayu gadis dibawahnya yang terengah lelah. Tanpa sepatah kata sampai Seungwan sendiri yang membuka suaranya;

"Kau baik-baik saja?" bodoh. Seungwan tau ada yang tidak beres, sorot mata kosong Sehun menjelaskan segalanya. Kosong, meski berkilat nafsu.

Sehun tak bergeming. Hanya mendengus kemudian menyatukan bibir keduanya, mengecup penuh gairah bibir Seungwan yang memerah dan penuh luka-ulah siapa lagi kalau bukan dirinya. Salah satu jemarinya menelusup ke dada Seungwan, meremas lembut salah satu buahnya dan sebelahnya lagi menahan punggung kecil Seungwan.

Sementara gadis tersebut menerima setengah hati perbuatan Sehun. Mengelus permukaan pipi Sehun dengan telapaknya dan menggantungkan lengan sebelahnya dileher pria tersebut. Bibir ranumnya membuka, menerima benda kenyal yang menerobos pertahanannya.

Setitik air jatuh dari pelupuk mata Seungwan, membasahi bantal putih yang menjadi tempat kepalanya bertumpu. Sakit, kecewa dan sedih sekaligus.

Mengira bahwa pria itu datang untuknya adalah sebuah kesalahan besar. Rasa bahagia yang sempat memenuhi seluruh ruang hatinya kemudian hampa, berganti hujaman yang sangat pedih. Saat Seungwan dengan tulus menunjukkan rindunya, Sehun malah menarik ia ke dalam sebuah ciuman panas dan terus memojokkannya hingga mereka sampai diatas ranjang tersebut. Menggagahinya tanpa ampun. Memberitahu dengan jelas alasannya datang meski tidak dalam bentuk kalimat-

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang