Tidak, aku mohon.
Tubuh Seungwan terhimpit pada dinding kamar mandi dibelakang, sementara Sehun berada dihadapannya. Jemari panjang pria itu melingkar posesif pada pinggang Seungwan, matanya memandang wajah cantik Seungwan dari jarak yang begitu dekat. Hanya dua sentimeter saja maka bibir mereka akan bertemu. Dan Seungwan hendak menahannya sebelum–
"Kau milikku."
bibir Sehun melumat permukaan bibir ranum Seungwan dengan rakus. Bercampur antara nafsu dan entah mengapa Seungwan merasa Sehun tengah memendam amarah dalam hati yang akhirnya ia salurkan lewat ciuman pertama mereka semenjak dua hari yang lalu.
Jemari Seungwan tertaut takut dibawah sana. Lensanya tetap terbuka, memandangi wajah hikmat Sehun menikmati detik demi detik yang berlalu. Gadis itu memekik dalam diam merasakan jari Sehun meremas sisi pinggang kecilnya saat benda kenyal berusaha menerobos ke dalam rongga mulut Seungwan dan ia menolaknya. Bibir Seungwan tetap terkatup rapat, tak memberi akses apapun untuk Sehun yang dibutakan oleh nafsu.
Ck.
Pria jangkung tersebut menarik diri penuh keterpaksaan. Mendapat penolakan Seungwan membuatnya merasa tak patut untuk melanjutkan kegiatan tersebut meski bibir Seungwan begitu manis ia rasakan dan sangat enggan untuk ia lepaskan. Sehun benar-benar menginginkan lebih daripada ini. Apalagi pemandangan kedua bola sendu Seungwan yang terengah untuk meraup oksigen memenuhi penglihatannya.
Sehun membutuhkan gadis itu. Sungguh.
"Pergi," sayang, hati dan bibir tak memberi jalan yang selaras. Ketika hati Sehun menginginkan Seungwan lebih dari sekedar ciuman, nyatanya lisannya mengusir keberadaan gadis tersebut dengan nada datar.
Seungwan tak langsung mengindahkan perintah itu. Dalam beberapa saat, ia hanya memandangi wajah Sehun penuh tanya. Apa pria itu baik-baik saja sekarang? Meski semuanya baik-baik saja semula, nyatanya wajah Sehun menyembunyikan seribu cerita dibaliknya.
Sehun yang merasa dipandangi, menoleh pada Seungwan. Alisnya menaut, "Apa yang sedang kau lihat? Kau tidak dengar aku menyuruhmu pergi?"
Gadis lugu itu tersentak kemudian menggeleng pelan. Masih memandangi dengan berani wajah Sehun khawatir.
"Apa maksud gelenganmu? Kau tidak mau pergi?" rahang Sehun mulai menampakkan wujudnya, keberadaan Seungwan disini semakin membuat tubuhnya benar-benar terasa panas dan Sehun emosi karena Seungwan tak membiarkan Sehun melepaskan hasratnya sekarang juga.
"Hah?" Seungwan gelagapan.
"Kau ingin aku menerkammu?"
Dua malam berlalu dan mengapa Sehun selalu berubah? Di siang hari ia akan menjadi pria dermawan yang lembut dan selalu menuruti setiap kemauan Seungwan. Pria yang tak akan membiarkan ia jatuh ke dalam jurang kesedihan lagi dan berniat memberi jalan bahagia untuk gadis lugu itu lalui. Namun jika siang berganti malam, Seungwan hanya dapat melihat sosok seram yang selalu menusukkan lensa tajamnya kepada retina sendu Seungwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...