03 : Ask For Something

2.6K 313 31
                                        

Seungwan memandang kosong pada luar jendela besar yang berada di ruangan Oh Sehun, pemimpin perusahaan besar ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seungwan memandang kosong pada luar jendela besar yang berada di ruangan Oh Sehun, pemimpin perusahaan besar ini. Ia duduk diatas sofa empuk berwarna abu-abu, beberapa kaki dari meja kerja Oh Sehun. Disalah satu sudut ruangan terdapat lemari besar berisi dokumen-dokumen yang tertata begitu rapi dan beraturan. Berbagai bingkai berisi gambar abstrak yang justru memukau terpasang begitu indah. Meski hanya dipadu dengan warna suram, abu-abu, putih dan hitam, Seungwan mengakui ruangan ini begitu nyaman.

Hebat, tidak sembarang orang bisa langsung masuk dengan mudah ke dalam ruangan itu–tak terkecuali Seungwan. Terlebih ia hanya gadis yang secara tidak sengaja bertemu Sehun karena sebuah kejadian yang tak pernah diinginkannya sama sekali.

Seungwan, tidak pintar, tapi ia punya pemikiran yang begitu luas dan matang. Ketika dirinya terbaring lemah diatas lantai larut dalam kesedihan akibat cobaan yang bertubi-tubi–mulai dari hilangnya mahkotanya hingga ibunya yang meninggal–, Seungwan pelan-pelan mulai berpikir bagaimana ia harus melanjutkan kehidupannya kemudian. Ia tidak mungkin kembali ke bar itu karena desas-desus ia bukan lagi sekedar pelayan pasti mulai menyeruak disana. Dan Seungwan memang tidak akan pernah mau kembali lagi kesana. Ia malu, ia malu pada semua orang terutama gadis-gadis malam yang pernah menawarkan padanya untuk mengikut jejak mereka dan dengan lantang Seungwan membalas; "Aku bukan kalian, aku bukan gadis yang tidak punya harga diri!"

Namun sekarang? Dirinya sendirilah yang mengiyakan untuk menjadi kupu-kupu malam kepada Jongdae.

Datang kepada Oh Sehun adalah pemikiran yang kemudian tercetus begitu saja saat Seungwan melirik seragam pelayannya. Otak kecilnya berputar, berpikir keras apa yang akan terjadi bila ia mengatakan pada Sehun bahwa ketakutan yang sempat ia rasakan kembali menghantuinya. Dan Seungwan kembali membayangkan diangannya bahwa Sehun tidak akan peduli jika ketakutan itu tak berarti apa-apa. Tapi, segenap keyakinannya memaksa ia untuk datang pada Oh Sehun, meminta suatu hal yang benar-benar ia pikirkan secara matang sebelum benar-benar berani menginjakkan kaki-kaki mungilnya disana.

Pintu terbuka ketika Seungwan masih sibuk dengan benaknya seorang diri. Tak ia sadari nampak seorang pria tinggi yang berdiri diambang pintu tampang datar, memandang gadis itu tanpa ekspresi apapun.

Oh Sehun, menghela nafas pelan. Kemudian ia melirik pada sekretaris Kim–Kim Minseok pria berusia beberapa tahun diatasnya, "Hyung," Sehun memang dekat dengan Minseok, jadi memanggilnya seperti itu adalah sebuah kebiasaan bila mereka tidak berada di acara yang begitu formal.

Minseok bergumam sebagai balasan. Perhatiannya ikut tertuju pada gadis lugu yang hanya diam ditengah ruangan.

"Batalkan semua rapatku selama dua jam ke depan," Sehun kembali memandang Seungwan dingin, "Ada sesuatu yang harus aku selesaikan."

Minseok menautkan alis sebentar. Tak biasanya Sehun membatalkan rapat yang amat begitu penting baginya hanya untuk seorang gadis yang bahkan tak pernah Minseok lihat sebelumnya. Bahkan Seulgi, kekasihnya, tidak pernah bisa menjadi alasan Sehun untuk membatalkan pertemuan yang menyangkut pekerjaannya. Namun meski heran, Minseok mengangguk paham.

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang