37 : Selfish

941 143 55
                                    

pengen lanjutin as long as you love me tapi semua ideku ke 121 hm.

ga ada komen, ga ada vote, ga ada up juga 🤘🏻😂

🖤


"Jongin," ketika Sehun menyebut namanya, Jongin menoleh. Dari raut mata kosongnya, dia menahan sedih yang mendalam atas kejadian yang menimpa sahabat mereka.

Pelukan saling menguatkan mereka lakukan, dihadapan kedua orang tua Joohyuk yang sekarang duduk dengan khawatir di depan ruang operasi. Dua pasang mata sedih itu terus-menerus menerawang ke dalam ruangan yang tertutup rapat di balik pintu buramnya, untaian doa meminta keselamatan putra mereka terus terlontar dari bibir-bibir yang bergetar.

Ibu Joohyuk masih terisak disana, suaminya kembali memeluk beliau dengan hangat. Ketika Isak tangis itu terdengar di telinganya, Sehun memutar kepala dengan berat kemudian berlutut dengan satu kaki di hadapan wanita paruh baya itu.

Bagaimanapun semenjak kepergian ibunya, ibu Nam adalah salah satu pengganti ibu baginya selain ibu Kim, ibu dari Kim Jongin, dan ibu Jung, ibu dari Jung Soojung. Ketiga wanita berusia itu yang datang membawakan Sungkyung dan Sehun makan ketika mereka tak bisa melakukannya, mereka yang merawat Sehun seperti putra mereka sendiri dari ketika dia masih seorang bocah kecil. Mereka sosok pengganti yang sempurna untuk hidupnya dan Sungkyung ketika mereka terpuruk.

Ibu Nam memandang sendu pada Sehun menggunakan matanya yang sudah memerah, jemari sahabat putranya itu tertaut dengan jemari keriputnya. Sehun mengelusnya pelan, membuat Ibu Joohyuk bahkan lebih tak bisa menahan tangisnya. Sebelah tangannya lagi mengelus rambut hitam legam Sehun, "Sehun-ah... Bagaimana jika Joohyuk pergi? Apa yang ibu harus lakukan tanpa putraku?"

Sehun menggeleng lemah, "Ibu pasti tau Joohyuk tak akan pergi jika ibu tidak bahagia, dia tidak akan kemanapun," jawabnya berusaha untuk tetap tenang.

"Tapi dia..."

Ketika ayah Joohyuk mengelus punggung istrinya, wanita itu tak kuasa melanjutkan kalimatnya dan menangis buyar.

Sehun mundur, dia juga sebenarnya berpikiran hal yang sama. Jadi untuk menguatkan ibu Nam, dia rasa dia juga kesulitan. Joohyuk mendapat luka parah, harapan hidupnya hanya bergantung dengan tangan-tangan ahli dokter di dalam. Sehun tau Tuhan baik, meski dia tidak begitu mempercayai-Nya, maka dia memberi kesempatan untuk dokter menyelamatkan hidup sahabatnya. Bahkan jika Tuhan memang jahat, dia yakin Joohyuk tidak pergi dengan cara seperti ini.

Sehun bersender pada dinding disamping Jongin yang dari tadi bahkan tak membuka suaranya, mereka melipat tangan di depan dada, "Darimana dia?"

"Tidak tau," Jongin menjawab sepelan suara Sehun agar tak terjangkau telinga kedua orang tua sahabat mereka, "Dia tidak memberitahu kami akan pergi kemana sebelumnya."

"Kalian sempat bertemu?" Kening Sehun berkerut-kerut.

Jongin mengangguk, "Aku, Soojung dan dia sedang ada di restaurant sebelumnya untuk makan malam. Dan dia pergi lebih dulu setelah menerima telepon, ada urusan katanya."

Sehun memandang Jongin penuh tanya, "Siapa yang ada di lokasi kejadian?"

"Tidak ada ketika kecelakaan itu terjadi, tapi sekarang Minseok hyung sedang berasa di sana. Dia sedang mencari ponselnya."

Jawaban Jongin cukup membungkam Sehun, dia tak bisa lagi berpikir dan sedikit lega Minseok sudah meng-handle duluan sebelum dia datang.

"Jam berapa ini?"

Sehun melirik Rolex yang melingkar di tangannya, "Hampir sebelas. Seungwan harusnya sudah tidur," gumamnya.

"Bukankah kau harus menemaninya malam ini? Dia tak akan bisa tidur jika kau tidak disana," Jongin juga ingat dengan kondisi Seungwan dan dia jadi cukup terkejut Sehun ada disana alih-alih menemani wanitanya, "Pulanglah, aku akan mengabarimu."

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang