"Bisa kita bicara?"
Seungwan bahkan tak menjawabnya, dia berdiri dari sofa yang dia duduki. Langkah kaki itu membawanya untuk memeluk erat tubuh Sehun, meluapkan minggu-minggu bimbang yang dilaluinya dengan penuh kerinduan. Dia hanya ingin memeluk pria itu agar Sehun tau betapa Seungwan membutuhkan Sehun saat ini.
Tapi reaksi Sehun tak terduga, bahkan Sungkyung sampai cukup tercengang disana. Pria itu memeluk Seungwan tak kalah erat seolah dia tau maksud wanita tersebut. Sehun sangat hati-hati ketika lengan kekarnya melingkar ditubuh itu seakan Seungwan rapuh berada dalam rengkuhannya. Perasaan bersalah menyeruak lebar ke dalam dadanya, Seungwan lebih lemah daripada yang dia lihat dari ponsel Soojung. Dia kehilangan kekuatannya, dia sangat-sangat kehilangan segalanya. Dan Sehun adalah penyebabnya.
Seungwan tidak tau apakah ini penyebab bayinya yang membuatnya sangat sensitif atau memang karena dia sudah tak tahan menahan rindunya pada Sehun hingga dia sekarang menangis dalam pelukan Sehun. Seungwan begitu bahagia dengan kedatangan Sehun, pria tersebut bahkan harus menahan tubuh Seungwan dengan sigap karena kaki lemahnya tak tahan berjinjit lama untuk meraih leher Sehun yang jauh lebih tinggi daripada tubuh mungilnya.
"Maaf, maafkan aku," bisik Sehun, mengecup sisi kepala Seungwan yang masih menangis di bahunya.
Seungwan senang bukan main, itu sungguhan Sehun. Yang berbisik meminta maaf bukan mimpinya lagi, itu terlampau nyata untuk sebuah mimpi. Dia mengangguk-angguk, entah untuk apa.
Sehun melepas pelukannya, mengembalikan Seungwan dalam posisi berdirinya yang benar. Dia mempertemukan mata sendu itu dengan lensanya yang tak enak, Seungwan bahkan masih mengatakan bahwa dia sangat merindukan Sehun lewat tatapannya. Meski dia merasakan hal yang sama, Sehun yakin Seungwan tak akan mempercayainya. Ini semua salahnya juga karena terlalu lama menggantung wanita-nya.
Jemari panjang Sehun menyapu pipi putih Seungwan yang mengurus, bibir pucatnya yang dipolesi lip-gloss tipis, lalu belakang lehernya yang jenjang, "Maaf–" dia mencium wanita itu lembut.
Seungwan membatu, melebarkan matanya terkejut. Jantungnya kembali berdebar, lama sekali dia tidak merasakan hal ini semenjak Sehun menghilang. Namun perlahan dia menutup matanya, tangannya menahan kepala Sehun yang berusaha memperdalam ciuman rindu mereka.
Sungkyung mengalihkan pandangannya kearah lain, senyum tipisnya tak dapat dia tahan untuk tak mengembang. Dalam hati berharap ini adalah awal yang baik untuk keduanya. Soojung, yang baru saja mengintip dari kamar termangut-mangut bingung. Daritadi dia berusaha menguping namun sayangnya tak ada yang bisa dia dengar dan sekarang dia malah mendapati Sehun san Seungwan berciuman didepan Sungkyung.
"Mereka tak punya malu sama sekali," gumamnya.
Sehun melepaskannya ketika dia rasa Seungwan mulai kehabisan nafas, namun Seungwan menolaknya. Dia ingin Sehun menciumnya lagi, dia ingin Sehun lebih dari ini.
"Seungwan," bisik Sehun dengan lirikan mata ke samping dan Seungwan baru sadar Sungkyung duduk disana. Menunggu mereka berbicara tentang kerinduan tanpa kata. Tiba-tiba pipi Seungwan memerah padam, Sehun tersenyum tipis sekali.
Seungwan sedikit memberi jarak untuk tubuh mereka, Sehun juga melakukan hal yang sama.
Sehun meneguk salivanya pahit, dia kemudian memutar tubuhnya kearah Sungkyung, "Aku... Sudah memutuskannya," pria satu-satunya disana sudah membuka suaranya, mengundang tatapan Seungwan maupun kakaknya.
Sungkyung dan Seungwan jelas memiliki harapan yang sama, mereka tau Sehun akan memutuskan yang terbaik untuk mereka.
Sehun menggenggam jemari-jemari Seungwan dengan erat, meski dia tidak memandang Seungwan dan hanya lurus kepada Sungkyung, "Aku akan menjaga Seungwan apapun yang terjadi dan dalam keadaan bagaimanapun. Aku akan tetap bersamanya. Aku akan bertanggung jawab atas dia dan bayi itu–bayi kami. Jadi kumohon jika kau ingin membawanya jauh dariku, jangan lakukan itu. Aku akan mati jika tanpanya, karena aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...