19 : Lil' Sister

2.3K 250 19
                                    

Malam adalah waktu terbaik untuk merenungkan segala hal yang terjadi dan memulai hari yang lebih baik esoknya. Ditemani hening dan rembulan yang menyinari dibalik jendela-jendela kamar, seolah memberi secercik cahaya untuk berjalan mencari cara keluar. Kota masih nampak sibuk, mengingat waktu belum begitu larut. Dan Sungkyung masih setia mengetikkan sesuatu di laptop, berusaha menyelesaikan pekerjaan yang menyita waktu.

Namun ditengah konsentrasi tingginya, terdengar sebuah suara. Ponselnya bergetar, tanpa dering namun cukup mengalihkan perhatian Sungkyung. Alis wanita rupawan tersebut menyatu, nomor yang nampak tak ia kenali. Awalnya ia mengabaikan panggilan tersebut sampai sang penelepon mematikannya, waspada apabila pemanggil disana adalah orang yang berbahaya. Dan nomor tersebut bukan dari nomor kartu operator, dan nampak seperti nomor rumah. Namun panggilan itu kembali beberapa saat kemudian. Dari nomor yang sama pula.

Karena penasaran, akhirnya Sungkyung meraih benda itu dan menekan warna hijau yang otomatis menyambungkannya dengan sang penelepon.

"Hallo, selamat malam. Dengan Oh Sungkyung disini," sapa Sungkyung, ramah dan sopan. Etikat yang baik bak seorang pebisnis handal.

Tapi tak ada jawaban disana.

"Maaf?"

"Hiks."

Sungkyung membatu, sebuah isak tangis memenuhi pendengarannya. Apakah ada orang yang iseng menakutinya?

"Maaf, Anda siapa?"

"Eonni..."

Raut wajah Sungkyung yang tadi kesal karena merasa dipermainkan berubah drastis, terkejut dan tak menyangka sekaligus. Bibirnya mendadak kelu dan jantungnya berdebar begitu kencangnya. Perasaan bersalah kembali menyerang, luka lama melebar setelah terobati selama beberapa saat.

Lima tahun berlalu, adik kecilnya yang tak pernah ia dengar kabarnya akhirnya menghubunginya. Terisak disana dan menyebut namanya penuh kegelisahan. Sungkyung rindu suara ini, gadis kecilnya yang selalu merengek padanya saat menginginkan sesuatu. Gadis kecilnya yang selalu berusaha menghibur dirinya dengan berbagai cara untuk mengembalikan senyumnya. Dan gadis kecilnya yang berhati lembut, pemalu dan polos yang selalu tak tega membuat orang lain menangis karenanya.

"Sujeong-ah... I-ini kau?" bibir Sungkyung bergetar hebat, terbata-bata saat hendak melanjutkan kalimatnya.

"Eonni dimana? Hiks-aku ingin bersama eonni."

Air mata Sungkyung menetes, suara adiknya begitu parau. Seperti sedang menahan beban berat disana dan Sungkyung tak pernah mendengar nada ini sebelumnya. Sujeong-nya yang tak pernah rapuh dan selalu bahagia telah pergi.

"Kau dimana, Sujeong? Eonni akan menjemputmu," Sungkyung berusaha untuk tidak terisak, meski air matanya sudah berderai deras. Percampuran antara haru dan sedih sekaligus. Ia bergegas meraih tas selempangnya, mengabaikan pekerjaan yang tertunda dan berniat untuk membawa pulang adiknya saat ini pula.

"Tidak."

Gerakan Sungkyung terhenti saat dengan pelan Sujeong menolak. Sungkyung tak terpikir selain ingin benar-benar melihat adik kecilnya sekarang juga.

"Aku yang akan pergi ke sana, tapi aku tak punya uang," suara Sujeong semakin memelas.

Tanpa pikir panjang, Sungkyung menyahut, "Eonni akan transferkan uang untukmu kembali ke Seoul. Disini kau akan dengan mudah menemukan eonni dan Sehun oppa, Sujeong-ah. Jadi, eonni harap kau benar-benar kembali, ya?"

 Jadi, eonni harap kau benar-benar kembali, ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang