"Kkamjong!"
Soojung menghambur dalam pelukan Jongin sesaat setelah batang hidung pemuda itu muncul di pintu. Jongin menyambutnya tak kalah senang, mendekap tubuh mungil itu seerat yang dirinya bisa.
Seungwan tersenyum kecil melihat interaksi manis itu, ikut melangkah mendekati pintu yang tadi membawa Jongin masuk. Bermaksud mencari sosok lain yang Seungwan ingin lihat setelah dua hari tak bertemu. Namun ia harus menelan kecewa karena nyatanya hanya Jongin yang datang untuk Soojung.
"Sudah siap untuk pulang, sayang?" Tanya Jongin dari jarak yang begitu dekat dengan Soojung. Jika saja ia memajukan sedikit wajahnya, sudah pasti bibir mereka bersentuhan.
Soojung mengangguk manja, "Aku rindu tidur di ranjang yang sama denganmu," matanya memicing pada Seungwan yang berdiri didekat sana, "Tidur dengan Seungwan tidak hangat sama sekali."
Jongin dan Seungwan hanya melempar tawa, "Lagipula aku tak memaksamu untuk tidur bersamaku," balas wanita tersebut.
"Kurasa kau menempati tempatku, Soojung?" Sosok yang Seungwan nantikan baru muncul beberapa saat kemudian, membuat ketiganya menoleh serempak. Sehun tersenyum remeh melihat reaksi mereka yang dianggapnya berlebihan.
"Seharusnya tidak, tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak mau merelakan tubuhku sakit karena tidur di sofa," jawab Soojung sembari menjulurkan lidah pada Sehun.
"Kau tidak akan tidur di sofa jika bersamaku, tuan putri," Jongin mengacak rambut Soojung dan merangkulnya. Mereka saling mengecup bibir dengan senyum merekah, "Kami harus pulang sekarang, aku tidak sabar menghabiskan waktu bersamamu nyonya Kim."
"Ya, pergilah, kalian hanya mengganggu disini," Sehun mendorong tubuh Jongin dan Soojung paksa. Tubuhnya terlalu lelah untuk mendengar gombalan buaya Jongin dan cerewetnya Soojung.
"Ya! Setidaknya ucapkan terima kasih!" Tegur Soojung tak terima.
"Terima kasih dan silahkan pulang."
Soojung mendengus kasar dan disambut kecupan gemas Jongin dipipinya, "Kami pulang Seungwan. Jika dia melakukan hal kurang ajar padamu, tendang saja selangkangannya!" Ia menarik Jongin dan tertawa keras melihat reaksi terakhir Sehun yang melotot padanya.
"Ya, hati-hati," pesan Seungwan canggung mendengar Soojung yang seolah menyindirnya.
Pintu tertutup rapat, Sehun meletakkan sepatunya di rak dan masuk ke dalam apartement. Diikuti Seungwan yang tersenyum kecil dibelakangnya, entah mengapa mendapati Sehun pulang malam ini membuat sebagian hatinya lega dan bahagia.
"Bagaimana dengan Sungkyung sajangnim?" Seungwan menyambut mantel yang diberikan Sehun sembari bertanya untuk menghilangkan suasana hening di seantero ruangan.
Sehun meneguk soda yang diambilnya dari dalan kulkas, sedikit menghela nafas ketika dahaga ditenggorokan hilang, "Semuanya berjalan baik."
"Adikmu sudah berada disini?" Seungwan menebak-nebak dari raut wajah Sehun yang tak pasti.
"Ya, tentu saja," jawab Sehun singkat, "Apa yang Soojung tanyakan padamu?"
"Maksudmu?"
"Aku tak yakin dia hanya membiarkan dirinya menjagamu karena kusuruh tanpa mencari tau apapun," pria tersebut bersender pada pinggir pantry, melipat tangannya didepan dada dengan pandangan tajam kearah Seungwan. Ia benar-benar tak ingin berbasa basi apalagi jika nanti harus berdebat lagi dengan Seungwan seperti kemarin.
"Apa yang ditanyakannya padamu?" Tanya Sehun sekali lagi.
Jemari Seungwan pada mantel mengerat. Jelas jika ia jujur tentang apa yang diceritakannya pada Soojung, dirinya akan berada dalam masalah lagi. Ragu-ragu Seungwan menjawab, "Tidak terlalu banyak. Dia hanya bertanya bagaimana kita bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...