Luka, katanya membuat seseorang lebih kuat.
Air mata, katanya membuat seseorang lebih tangguh.
Bahagia, katanya membuat seseorang lebih bersyukur.
Dulu sekali, Sehun menutup hatinya untuk percaya pada kebahagiaan sebuah keluarga. Sehun menutup hatinya untuk percaya pada Tuhan. Sehun menutup hatinya untuk mengerti keadaan orang lain. Sehun menutup hatinya untuk bersimpati pada siapapun.
Dulu sekali, Seungwan mencoba untuk berdiri sendiri saat dunia menjatuhkannya. Seungwan mencoba berbagai cara untuk yakin bahwa ada titik terang kehidupan bahagianya. Seungwan mencoba untuk bertahan meski kesulitan terus menerpanya.
Dalam keadaan yang berbeda, mereka ditakdirkan untuk bertemu melalui ketertarikan Sehun pada gadis mungil di pinggir bar yang menunggu pesanan. Memandang sayu ke dalam matanya yang membuat iblis dalam hatinya berkoar meminta gadis itu. Menjatuhkan Seungwan pada dunia kelam yang sangat dia hindari meski harus menghidupi dirinya di tempat yang bertepatan dengan dunia itu.
Gadis itu buta, dia tak mengerti ketika dia harus duduk di atas pangkuan Sehun di dalam sebuah kamar hotel yang begitu dia takuti. Seungwan menangis, meronta-ronta untuk dilepaskan pada pria yang menguasainya itu. Namun Sehun tidak menghiraukannya hingga dia sadar bahwa mungkin kehidupannya akan bergantung pada pria itu.
Seungwan-lah yang terlalu lugu, dia yang bersedia menjadi milik Oh Sehun karena tergiur pada kebaikannya. Tak tau bahwa sikap pria itu yang labil akan membuatnya menahan sedih sepanjang hari.
Tak tau bahwa akhirnya dia akan terseret habis ke dalam kehidupan Sehun yang kelam, yang penuh luka juga dosa serta dendam dan kebencian. Membuatnya nyaris kehilangan akal sehatnya dan mati bila menghadapi semuanya sendirian.
Namun saat Seungwan menutup mata, mencoba tidur di malam-malam yang kelam, bayangan kehidupan indahnya menghantuinya.
Meyakinkannya bahwa pria itu adalah yang tepat, Oh Sehun yang akan menjadi akhirnya.
Dan Sehun, melihat wanita itu yang berdarah dan menangis bersamanya. Yang mati-matian mempertahankan darah dagingnya yang sempat begitu dia benci. Yang bertahan di segala situasi bersamanya, meneguhkan hati Sehun.
Seungwan-lah hidupnya, dimana dia tak bisa bernafas tanpa wanita itu.
🖤
"Sayang?"
Seungwan kenal betul siapa pemilik bibir yang hinggap di bahu kiri serta sepasang lengan yang melingkari pinggang kecilnya itu, maka dia tak dapat menahan senyum saat terpaan angin berhembus dan menerbangkan helaian rambutnya.
"Sudah pukul tiga," pria itu berucap, bibirnya masih menciumi seduktif tubuh wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya tersebut, "Kau tidak lelah sayang?"
Mengerti, senyuman geli juga semburat muncul di kedua pipi Seungwan. Kegiatan panas mereka baru berakhir satu jam yang lalu, Sehun menyebutnya malam pertama sebagai pengantin meski itu tak berjalan seperti pasangan lainnya.
Jemari kiri Seungwan menyapa helaian rambut legam suaminya yang tak henti-hentinya menanamkan bibir seksinya di sana, mengusapnya lembut penuh kasih sayang, "Aku masih tak percaya."
"Hm?" Suara dari dalam dada Sehun itu terdengar tak begitu jelas.
"Apa pria di belakangku ini benar Oh Sehun yang dulu memarahiku?"
Seketika kegiatan Sehun berhenti, perasaan bersalahnya itu masih menghantuinya sampai sekarang. Penyesalannya yang terlambat, yang membuatnya nyaris kehilangan Seungwan. Sehun merutuki keterlambatan dirinya menyadari perasaannya sendiri dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...