Jemarinya mengerat hingga buku-bukunya memutih, serta merta ia menggertak gigi dalam diam. Meski berlapis oleh riasan tebal, wajah memerah padamnya tak luput pandangan mata. Berusaha sekuat tenaga menahan emosi yang sudah sampai diubun-ubun.
Doyoung melirik Seulgi sebentar kemudian menggigur bibir bawah, "Noona, aku benar-benar tidak tau hyung berada dimana," kata Doyoung lagi. Entah sudah berapa kali ia mengulang kalimat yang sama namun gadis dihadapannya tetap tak mengerti dan tak mau mendengarnya.
Yang gadis itu inginkan hanya informasi atau kalau bisa, orang yang ia cari langsung berada dihadapannya sekarang juga. Menjelaskan kemana perginya ia di pagi buta seperti ini hingga meninggalkan gadis bermarga Kang di kamar seorang diri.
Para bawahan Sehun tertunduk, tak ada yang berani memandang wajah seram Seulgi yang sangat jarang nampak. Semua orang hanya tau sosok Seulgi yang rendah hati dan ceria. Hingga diwaktu tertentu, ketika gadis itu lepas kendali dan tak bisa menahan emosinya, barulah sosok Seulgi yang menyeramkan terlihat.
Pagi ini, Seulgi berwajah masam datang ke kantor Sehun karena mengira pria itu ada disana. Sapaan-sapaan para karyawan yang ia lewati tak ada yang ia hiraukan satupun. Namun yang ia dapati hanya Doyoung yang duduk diruangan Sehun–sedang mengerjakan suatu hal yang entah apa itu.
Tidak ada batang hidung tunangannya itu disana.
"Ada apa ini?"
Sumber suara itu langsung menarik perhatian seluruh manusia yang berada di tempat itu. Pria yang menjadi penyebab keributan pagi ini melangkah dengan santai, menyembunyikan jemari-jemarinya didalam kantung dan memandangi satu persatu orang disana seolah meminta jawaban. Berakhir pada Doyoung yang menggeleng-geleng kecil hingga lensanya jatuh pada gadis berkemeja ungu muda dihadapannya.
Sehun memandang Seulgi datar, membuang tatapan dan menghembuskan nafas jengah, "Kalian semua bisa pergi," merajuk untuk seluruh karyawannya.
Dan tanpa kata lagi, mereka membungkuk sesaat pada Sehun sebelum pergi keluar. Meninggalkan Doyoung, Sehun dan Seulgi yang masih terbakar amarah.
Doyoung mengambil langkah mendekat pada Sehun, berdiri disamping pria tegap itu dan berbisik, "Ya! Kau darimana saja?! Dia memarahiku habis-habisan, kau tau?!"
Sehun hanya melirik Doyoung sebentar, tak berniat menyahutinya sama sekali. Kalimat tersebut memang terkesan tak sopan untuk seorang bawahan pada atasannya, namun Sehun sudah menganggap Doyoung lebih dari adiknya, jadi tak ada lagi masalah untuk Doyoung berbicara informal padanya.
Kepala Sehun terangkat, "Apa yang membawamu pagi sekali kesini?"
Seulgi membulatkan matanya yang sipit. Kentara sekali api marah dikedua lensa cokelatnya, "Aku tak salah dengar?" Hanya kalimat itu yang mampu Seulgi keluarkan. Ia benar-benar terkejut dengan pertanyaan Sehun.
"Aku perlu mengulangnya?" Setelah ucapan itu, Doyoung menyenggol lengan Sehun. Hyung-nya benar-benar tidak biasanya seperti ini.
Seulgi melangkah berat, mendekat pada Sehun masih dengan pandangan tak menyangka. Baru tadi malam Sehun memeluknya, menenangkannya yang menangis karena perubahan sikap pria itu dan pagi ini Sehun mengulang kejadian yang sama? Apa yang sebenarnya pria tersebut pikirkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...