pasti tau dong aturannya?
vote dan komen dulu.🖤
"Aku tidak tau kau sudah pindah ke sini."
Suara Sehun bak pisau, menghujam dadanya dengan kejam meski tak begitu keras. Memanaskan mata indah itu untuk menahan genangan air yang menumpuk, meluluhkan es yang membeku setelah lama tak tersentuh. Jemari-jemari lentiknya mengerat hingga buku-bukunya kini memutih, retina itu mengarah pada pria yang berstatus mantan kekasihnya itu penuh kemarahan dan emosi, namun tak menutup kerinduan.
Sehun, pria itu, bahkan tak mengindahkan kedua matanya, dia malah acuh berdiri sambil memasukkan kedua tangan di kantong celana kainnya. Angkuh menatap Seulgi yang berapi-api di hadapannya.
Sudah sepuluh menit mereka hanya berdiri di depan rumah tersebut, dan ucapan Sehun tadi adalah kalimat pertama yang menjadi pembuka pembicaraan ini.
"Kebetulan yang bagus sekali," Sehun mengulum senyum penuh arti, "Terjadi sebuah kecelakaan sekitar satu atau dua Minggu lalu. Satu setengah kilometer dari... Sini."
Dia tak suka bertele-tele, Seulgi pantas tau maksud dan tujuannya datang. Bukan membahas tentang mereka, namun seluruh kecurigaannya atas keterlibatan gadis tersebut.
"Dan korbannya, sahabatku, bukankah menarik?" Hembusan nafasnya seolah mencengkram leher Seulgi hingga dia sulit mengeluarkan sepatah kata, "Bagaimana bisa mantan kekasihku tinggal di rumah ini yang tidak jauh dari kecelakaannya jika memang tidak ada yang sengaja di rekayasa."
Tertegun, tapi Seulgi mengangkat dagunya setinggi langit. Dia tidak akan kalah, dia akan menunjukkan pembelaannya.
"K–kau mencurigai aku yang melakukannya?" Meski suaranya bergetar, dia cukup yakin. Meski Sehun menyusun teka-teki, dia cukup tanggas dan cerdik, "Aku bukan satu-satunya yang tinggal di sekitar sini kalau saja kau pintar."
"Tidak," gelengan Sehun tak berarti apa-apa, "Aku hanya bertanya-tanya, bagaimana bisa sedekat itu?"
"Aku bebas tinggal dimanapun, kau tidak berhak mengaturku."
"Aku?" Sehun menoleh ke kanan dan kiri, mencari sesosok lain namun tak menemukan siapapun, "Kau bilang aku-mengaturmu?"
Seulgi tersinggung bukan main ketika Sehun tertawa licik padanya.
"Memang kau siapa?"
Kali ini gadis itu tak bisa menahan rasa sakit hatinya, linangan air mata sudah mengalir di pipi putihnya. Bahkan ketika kenangan lama dengan Sehun yang tiba-tiba berputar di kepalanya, dia malah semakin terisak tak tahan. Bahkan ketika lensa pria tanpa belas kasihan itu menghujamnya, Seulgi semakin jatuh ke dalam lubang kesesakan di dadanya.
Sehun tak tau bagaimana harus bereaksi terhadap tangisan gadis tersebut yang terngiang-ngiang di telinganya. Merasa kasihan, tapi dia bahkan lebih kejam daripada Sehun. Merasa lucu, tapi dia tidak sampai hati melihat seorang gadis menangis dihadapannya.
"Cukup," Sehun berusaha menghalau tangisan Seulgi, "Aku ingin tau, apa Joohyuk pernah singgah disini sebelum kecelakaan itu terjadi?" Dia mengabaikan mata-mata Seulgi yang terluka dan meminta sedikit iba darinya. Sehun tak ingin membuang waktunya, dia ingin segera pergi dari sini dan menemukan bukti.
Gadis itu menyeka air matanya dengan kasar, sudah tak berguna untuk mengemis kasihan dari pria berhati sedingin es ini, "Tidak."
"Aku minta rekaman CCTV mengingat kau punya banyak sekali kamera disini."
"Silahkan saja–aku tidak akan bertanggung jawab kalau kau tak menemukan apapun," dia terlihat tegar meski dalam hati dia rapuh serapuh-rapuhnya. Di sisi lain, ada iblis yang tertawa keras karena mungkin dia akan berhasil memperdaya Sehun. Seulgi satu langkah lebih cepat, rekam CCTV itu sudah hangus. Tak ada yang perlu dia khawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...