04 : Is It Real?

2.5K 319 23
                                    

"Ya! Son Seungwan! Keluar kau!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya! Son Seungwan! Keluar kau!"

Melenguh sebelum akhirnya kedua bola matanya membuka. Gendang telinganya langsung disambut sebuah ketukan pintu dari arah luar rumah. Seungwan berusaha mengembalikan seluruh nyawanya terlebih dahulu sebelum benar-benar bangkit untuk membuka pintu utama rumah kecilnya. Ia tidak lebih dulu membersihkan diri, sekedar cuci muka mungkin karena sang tamu sepertinya sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya.

Pintu terbuka dan Seungwan terkesiap. Didapatinya tiga orang pria bertubuh gempal dengan dandanan seperti seorang preman. Tidak perlu ia tanyakan lagi apa maksud pria-pria ini datang ke rumahnya karena ia tau–

"Bayar semua hutangmu hari ini!" Papar pria yang ditengah. Matanya menatap tajam wajah takut Seungwan.

"Aku..." Seungwan takut, kepalanya langsung menunduk dan jemarinya menaut jadi satu. Saling meremat–kebiasaannya ketika gelisah dan ketakutan.

Pakkk!

Dinding disamping Seungwan dipukul kuat, gadis itu memejamkan mata.

"Kau ingin beralasan apalagi, hah?! Hutangmu sudah menjadi ratusan juta karena kau terus menunda untuk membayarnya!" Bentak si plontos disebelah kiri tak sabaran.

"Tapi aku tidak punya uang," rintih Seungwan, kecil dan sangat pelan.

"Kau selalu saja tidak punya uang!" Sahut yang ditengah lagi, jengah dengan alasan yang sama yang selalu Seungwan berikan. Ia memutar mata malas dan menaruh kedua jemari dalam kantung celana jeans yang di sekitar lututnya sengaja dirobek,  "Ya! Jangan mentang-mentang kau perempuan. Kami tidak segan-segan memukulmu, kalau kami tak tahan lagi."

"Kau selalu saja menyusahkan kami," pria yang berada disisi kanan akhirnya ikut membuka suara, "Kau yang tidak bayar hutang, tapi kami yang kena akibatnya dari atasan kami! Aku tidak mau tau, kau harus membayarnya hari ini atau rumah ini beserta isi-isinya akan kami bawa!"

Seungwan lantas mendongak, melemparkan tatapan memohon pada ketiganya, "Tidak, jangan. Aku harus tinggal dimana kalau–"

"ITU BUKAN URUSAN KAMI!" Teriak si plontos.

"Aku mohon jangan. Aku akan membayarnya sesegera mungkin," Seungwan berlutut sembari terisak, berusaha membujuk ketiganya agar rumah yang menjadi saksi kenangan terakhirnya bersama sang ibu dulu tak diambil oleh ketiga preman ini.

"Heol, kau selalu menjanjikan kami seperti itu, bodoh!" Yang ditengah menendang tubuh mungil Seungwan, membuat Seungwan terdorong kuat ke lantai.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Lirih Seungwan dalam hati. Dirinya benar-benar tak tau harus melakukan apa untuk menyelamatkan rumah dan seisinya sekarang.

"Masuk!" Pria yang dikanan memerintah, kemudian melangkah masuk bersama kedua temannya. Mengabaikan Seungwan yang berteriak-teriak meminta ampun.

"Tidak, jangan!"

121Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang