× • ×"Wajahmu pucat, Seungwan."
Kalau saja Yerin tak menegurnya, Seungwan mungkin masih mengunyah tanpa rasa irisan ayam yang berada di dalam mulutnya. Ia tersadar lalu menelan makanannya, "Benarkah?" Tanya Seungwan sembari menaruh telapak tangan dipipi
Yerin menggigit bibir bawah sebentar, "Seungwan, apapun yang dikatakan Oh–maksudku adik sajangnim tadi, jangan kau pikirkan."
Seungwan hanya mengangguk pelan tanpa memandang Yerin, kembali fokus pada piring makan diatas meja. Memandang isinya tanpa selera sama sekali. Seungwan hanya makan agar energi untuk bekerjanya ada saja, bukan karena lapar.
"Kau ingin kutemani nanti?"
"Kemana?"
"Memperbaiki ponselmu mungkin," Yerin mengendikkan bahu.
"Ponselku..." Ah, Seungwan baru ingat. Ia meraih benda itu dari saku seragamnya kemudian meletakkannya diatas meja. Ketika Seungwan menekan tombol on cukup lama disana, tak ada reaksi apapun dari benda itu. Dengan kata lain, benda itu sudah mati total.
Yerin meringis, ponsel Seungwan itu bahkan sudah tak layak pakai karena dilempar tadi. Layar bahkan mungkin lcd-nya pecah hingga ke dalam, mengingat bagaimana kerasnya ia menghantam kaca yang sama hancurnya dengan ponsel tersebut.
Seungwan menghela nafas, "Kurasa aku harus menggantinya."
"Akan kutemani membeli ponsel baru," Yerin nampak bersemangat, "Apa kita akan pergi setelah bekerja?"
"Aku tidak tau, tapi mungkin besok," Seungwan teringat sesuatu, "Aku harus memastikan apa Sehun akan pulang atau tidak malam ini."
"Ingin meminjam ponselku?" Tawar Yerin.
Seungwan menggeleng, lagipula ia tak hapal nomor Sehun, "Terima kasih," tolaknya dengan senyum tipis.
"Tidak apa-apa, katakan saja kalau kau membutuhkan bantuanku," ujar Yerin sembari mengunyah.
Seungwan hanya tersenyum memandang Yerin yang begitu baik kepadanya. Satu-satunya teman perempuan yang ia miliki sekarang. Bukan berarti Seungwan tak berteman dengan teman sekantornya yang lain, hanya saja Yerin yang paling dekat dengannya. Seungwan juga merasa nyaman dengan sifat Yerin yang meski periang sama tertutupnya seperti dirinya.
"Seungwan, aku merencanakan–" Yerin tertahan ketika Seungwan menutup mulutnya, nampak menahan mual dari air wajahnya. Ia reflek bangkit untuk duduk disamping Seungwan, "Seungwan, kau baik-baik saja?"
Seungwan masih menahan telapak tangan didepan bibirnya, menggeleng pelan, "Aku akan ke kamar mandi."
"Biar aku bantu–"
"Tidak."
"Kau butuh–"
"Kubilang tidak usah," setelahnya ia meninggalkan Yerin yang membatu menerima penolakan kasar dari Seungwan.
Seungwan membuang semua isi perutnya tanpa sedikitpun terlewat ketika ia tiba di toilet. Sebelah jemarinya menahan rambut agar tak jatuh, sementara yang lain menghidupkan keran wastafel. Sebuah tangan mengusap punggung kecilnya, bermaksud membantu gadis itu. Seungwan memilih tak mempermasalahkannya karena masih berfokus pada sesuatu yang seolah mengoyak-oyak perutnya.
"Kau tidak apa-apa, nak?"
Seungwan tengah mencuci mulut ketika suara keibuan itu terdengar ditelinganya, ia menegapkan tubuh untuk memandang pada asal suara. Sebuah senyum Seungwan lebarkan lemah, kepalanya terasa sedikit pusing sekarang, "Ya, terima kasih, nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...