Ketika matanya memilih untuk fokus menyetir mobil di jalan yang penuh dengan gumpalan salju, ponselnya berdering. Mino melirik benda itu dikursi penumpang sebelahnya. Awalnya tak ada rasa tertarik untuk meraihnya sebelum ia mendapati sebuah nama tertera dalam layar itu. Jemari panjangnya dengan cekatan meraih benda itu dan memandang sebentar nama tersebut.
Sakit.
Sehun, sahabatnya sendiri tidak merestui hubungannya dengan Sungkyung, gadis yang dicintainya yang sekaligus merupakan kakak tertua Sehun. Entah harus dengan apa ia menunjukkan bagaimana ia begitu menyukai Sungkyung namun ternyata Sehun tak pernah berpikir bahwa ia dan Sungkyung akan lebih dari sekarang ini. Hal tersebut membuat mood Mino hancur luar biasa. Bahkan sampai hari ini, seminggu yang telah berlalu, ia enggan untuk bertemu Sehun, Sungkyung, Sujeong, bahkan Joohyuk, Jongin dan Soojung-yang jelas tak ada hubungannya sama sekali.
Mino memilih untuk menyembunyikan diri dan meredam sendiri emosinya. Pikirnya hal ini lebih baik daripada ia harus berkoar menunjukkan rasa tak sukanya pada kalimat Sehun yang seolah sedang menyudutkannya. Kata-katanya memang mendeskripsikan tipikal type
"Akhirnya kau mengangkat panggilanku juga."
Mino menghela nafas, mendengar suara Sungkyung entah mengapa semakin melebarkan luka dibenaknya, "Ada apa?"
"Kau dimana? Kita bisa bertemu sebentar? Hanya kita berdua."
Pria tersebut mengangkat sebelah alisnya, tidak biasanya Sungkyung mengajaknya bertemu hanya berdua. Biasanya mereka akan beramai-ramai atau bertiga dengam Sehun.
"Berdua?"
"Ya," Sungkyung terdengar mendesah dalam diseberang sana, "Bisakan?"
Entah mengapa, keinginan Sungkyung itu tiba-tiba membuat sebuah pikiran muncul dalam kepala Mino. Dan ia tak bisa menahan senyum liciknya sebelum menjawab.
"Baiklah, aku akan kirimkan alamatnya."
"Sehun-ah... Aku hancur. Aku hancur Sehun."
Tepat setelah kalimat lirih itu, sambungan terputus. Dan terakhir, Sehun mendengar teriakan noona-nya yang kencang disana. Memekakkan telinga Sehun dan membuat jantungnya nyaris berhenti untuk berdetak.
Pegangan Sehun ada stir mobil mengerat, pikirannya luar biasa kacau dan tak bisa jernih sedikitpun. Setelah melacak keberadaan Sungkyung GPS-nya, Sehun melaju membelah kota Seoul pada pukul tiga malam itu. Lumayan sepi dan hanya terdapat beberapa manusia yang masih sibuk beraktivitas di seperempat malam ini. Memudahkan Sehun untuk menekan gas dibawah sana, mengabaikan keselamatannya demi mencari keberadaan noona-nya sekarang.
Yang ia mau, semuanya dalam keadaan baik-baik saja.
Mobil itu berhenti disebuah hotel mewah. Sehun memakirkan mobilnya disembarang tempat dan berlari menuju ke dalamnya. Terlihat raut gelisah terus memenuhi langkah tukai panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanficFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...