ingat! Vote dan komen kalian berharga untuk kelanjutan jalan cerita
🖤
Sehun membuka matanya ketika suara teriakan keras menyapa indera pendengarannya. Dia yang semula tidur di atas sofa di kamarnya sendiri langsung reflek berlari ke arah ranjang dimana Seungwan berada. Wanita itu menangis kencang sambil memukul-mukulkan kepalanya.
Ini sudah ketiga kalinya Seungwan terbangun malam ini dan tiga kali pula Sehun harus loncat dari tempatnya mengistirahatkan diri.
"Seungwan, Seungwan tenang sayang, tenang," Sehun berusaha untuk menahan tangan-tangan mungil itu, memaksanya untuk berhenti, "Tenang, hushhh."
Rasanya perih sekali melihat wanita yang dicintainya menangis dan berteriak hingga nafasnya seperti akan habis. Dia kesulitan untuk menenangkan Seungwan, namun Sehun memilih untuk bertahan sambil memeluk erat tubuh itu. Meski Seungwan terus meronta-ronta dan menangis juga berteriak kesakitan, Sehun juga dengan tenang tetap memeluknya.
"Hush, aku disini sayang, aku disini," Sehun menepuk-nepuk pundak Seungwan, "Tidak akan ada yang menyakitimu, tidak ada selama aku yang berada disini."
Lima belas menit berlalu dan akhirnya Seungwan hanya terisak, sekali lagi menusuk ulu hati Sehun. Dia mulai tenang berkat pelukan Sehun yang pasti terasa memberikannya perlindungan. Wanita itu tidak membalas pelukannya, namun Sehun sudah cukup bangga dia berhasil membuat Seungwan berhenti menyakiti dirinya sendiri.
Belum sehari berlalu, namun nampaknya kilatan depresi Seungwan sudah terlihat. Sehun tak bisa memeluknya ketika Seungwan akan tidur tadi karena wanita itu menolak keras. Namun baru satu jam berlalu saat Sehun tengah berbicara serius dengan Joohyuk dan Jongin di ruang tamu membahas mengenai Song Mino, wanita itu berteriak keras dari arah kamarnya.
Ketika ketiganya menemuinya, Seungwan sudah terduduk di lantai dan menghantup-hantupkan kepalanya di dinding. Bekas keunguan bahkan masih nampak di keningnya. Kali kedua Seungwan berteriak, Sehun baru saja memejamkan mata dan ketika dia terbangun, Seungwan mengacak-acak kasar rambutnya dan kesakitan sendiri.
Sehun merubah posisi mereka, dia membawa tubuh Seungwan untuk kembali berbaring di atas kasurnya yang nyaman. Dia memeluk Seungwan seerat mungkin sambil masih mengelus lembut punggung kecil Seungwan yang terasa rapuh ditangannya. Sesekali ciuman hinggap di kepala Seungwan diiringi bisik-bisikan yang masih mengajak wanita itu untuk mempercayainya.
Pintu kamar mereka terbuka sedikit, Sehun tak menyadarinya. Sang pembuka pintu, Sungkyung menerawanf ke arah kedua muda-mudi yang berpelukan diatas ranjang itu ketika kepalanya mendadak terngiang sebuah kenangan. Sungkyung, kala itu mencoba untuk menggoreskan cutter ke pergelangan tangannya. Ketika Sehun yang menciduknya, kakaknya itu berteriak marah dan memaki-makinya. Keadaan Sungkyung saat itu sangat menyedihkan, rambutnya berantakan, wajahnya tak terawat dan warna hitam mengelilingi mata indahnya.
Meski Sehun berhasil menghentikannya, Sungkyung malah membencinya. Namun wanita itu bergantung pada Sehun sepenuhnya. Sehun yang ada untuknya ketika dia membutuhkan pelukan, Sehun yang ada untuknya ketika memori naas itu kembali berputar di kepalanya, dan Sehun juga yang ada untuknya ketika dia tak bisa melakukan apapun sendiri. Sehun bahkan harus berada di kamar Sungkyung semalaman untuk memastikan bahwa wanita itu tidur dengan tenang. Dia juga bahkan terima-terima saja ketika Sungkyung memakinya, menghinanya bahkan menamparnya dan memukulinya.
Ketika wanita itu keguguran dalam kondisi depresinya dan dokter menyatakan bahwa Sungkyung perlu di rawat di rumah sakit jiwa, Sehun tetap bersikeras untuk merawat sendiri sang kakak. Dia bersedia memiliki tanggung jawab penuh untuk Sungkyung. Dialah satu-satunya orang yang pergi mencari-cari dokter terbaik untuk kakaknya, merelakan seluruh tenaga dan harta untuk kesembuhan Sungkyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
121
FanfictionFour Seasons Hotel, Seoul, ruangan 121-adalah tempat yang mempertemukan dua manusia yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Membuat keduanya harus terikat kuat dan berakhir pada sebuah perjanjian konyol. Ya, setidaknya konyol bagi Oh Sehun, tap...