Pertemuan awal

23 2 0
                                    

Matahari mulai turun ke persembunyiannya meninggalkan semburat jingga di langit. Seorang gadis berjalan dengan beberapa teman lelakinya sambil asyik tertawa tanpa tahu ada yang memperhatikan. Rambut panjang sebahu yang di ikat asal membuat gadis itu nampak manis.

“Yora” Panggil seorang lelaki sambil melambaikan tangan.

Beberapa detik pertama sang gadis mencari sumber suara yang memanggil namanya dan ia menemukan, dengan gerakan kepala ia bertanya.

“Sini deh sebentar” Ujar lelaki muda itu setengah berteriak.

Tak lagi bertanya Yora berjalan melewati lapangan basket yang sudah kosong hendak menghampiri Willem.

“Kenapa?” Tanya Yora tanpa basa basi.

“Ini ada yang mau kenalan sama kamu”

Yora menatap Willem sejenak dengan rasa ragu.

“Yee beneran, ini nih yang mau kenalan sama kamu” Tunjuk Willem ke salah satu temannya “Ini Lexon, kenalin dong”

Yora menerima uluran tangan dari Lexon sambil memperkenalkan namanya.

“Nama yang unik” Ujar Lexon dengan senyum “Kamu main basket juga?”

“Ahh gak kok, cuma bosen di rumah jadi iseng ikut temen nonton sparing”

Lexon mengangguk-angguk. “Temen-temen kamu mana?”

Yora berbalik lalu menunjuk ke seberang lapangan tempat sekumpulan cowok sedang bercanda. Lexon memiringkan kepalanya mengikuti arah yang ditunjuk oleh Yora. Senyum tersungging di ujung bibirnya sambil menatap Yora.

“Kenapa?” Tanya Yora bingung “Ada yang salah?”

Lexon tersenyum lagi sebelum menjawab “Temen yang kamu maksud cowok semua?”

“Iya” Jawab Yora tambah bingung “Kenapa memangnya?”

“Gak cuma nama yah, tapi karakter kamu juga unik”

“Ehmm” Willem berdeham “Kok kayaknya aku gak dianggap ada di sini yah” Ujar Willem mencoba menengahi.

Lexon tertawa kecil namun Yora masih memasang wajah polos tak mengerti. Willem kemudian berdiri mengambil posisi di samping Yora sambil merangkul gadis itu. Kini giliran Lexon yang terkejut dengan kedekatan tersebut, Yora pun tak menghindar saat tangan Willem mendarat di bahunya.

“Kamu jangan heran kalau lihat Yora begini, Yora gak terlalu punya temen cewek karena dia gak suka yang berbau salon, belanja, atau kosmetik. Yang Yora tahu gimana caranya ganti lampu yang putus, ada apa saja di hutan, kenapa laut air nya asin” Ujar Willem menjelaskan dengan senyum.

Wajah Lexon berubah bingung mendengar penjelasan Willem yang mengejutkan.

“Ngomong apa sih kamu Will?” Protes Yora datar.

Willem tertawa terpingkal-pingkal menatap Yora dan Lexon bergantian. “Sorry…sorry” Ujarnya sambil menahan tawa “Intinya Yora ini gak terlalu suka sama apa yang disuka kaum hawa, tapi dia tetep cewek loh”

Tampak Lexon mulai menangkap apa yang dimaksudkan oleh Willem.

“Lex mau balik sekarang gak?” Tanya seseorang dari belakang Yora berdiri.

Mendengar suara lain Yora memutar tubuhnya dan terkejut ketika mendapatkan seorang cowok bertubuh tinggi berdiri terlalu dekat dengannya. Yora terdiam tak bergerak.

“Halllooooo” Sapa sang cowok sambil menggerakan tangan ke kiri kanan tepat di samping wajahnya yang innocent.

“Kamu namanya siapa?” Tanya cowok itu dengan wajah ceria.

“Yora. Namanya Yora” Jawab Willem.

“Yora? Hai Yora, kenalin aku Rion” Ujarnya sambil menarik tangan Yora untuk bersalaman sambil tersenyum lebar.

Apa yang dilihat membuat Yora mematung, hingga Willem mulai menyadari apa yang membuat Yora bingung tak tahu harus berbuat apa. Dengan lembut Willem menarik tubuh Yora menjauh dari Rion yang sikapnya selalu ceria dan terkesan kekanak-kanakan.

“Kayaknya wajah dia gak asing?” Ujar Yora lebih kepada dirinya sendiri.

“Kamu kayaknya masih bingung yah?” Tanya Willem, ia memegang kedua bahu Yora sambil memutar tubuhnya perlahan “Ini Lexon” Willem memutarnya kembali “Ini Rion”

“Mereka kembar?” Ujar Yora.

“Bingo” Jawab Rion sambil tepuk tangan kecil “Seratus buat Yora”

Yora masih sibuk dengan pikirannya sendiri namun ia mulai kembali pada kesadarannya dan mulai tersenyum kecil menemukan ada sepasang cowok kembar yang sudah dewasa. Biasanya ia sering kali menemukan anak kembar dengan pakaian yang sama tapi melihat cowok kembar yang usianya lebih tua dua tahun darinya merupakan suatu kelangkaan baginya. Dengan senyum polos Yora menatap Lexon detik berikutnya ia menatap Rion, senyumnya semakin lebar.

“Kalian kembar identik yah?” Tanya Yora “Bedanya apa?” Tanyanya lagi.

“Kamu penasaran sama mereka? Tukeran nomor handphone dong” Ujar Willem.

“Jangan senyum-senyum gitu ah jadi malu nih” Tukas Rion “Nih ketik nomor kamu” Rion memberikan handphonenya, setelah itu ia melakukan panggilan ke nomor yang sudah ada di layar handphonenya “Mana handphone kamu?”

“Gak bawa, tadi buru-buru jadi ketinggalan di rumah” Jawab Yora santai.

“Oke deh kalau gitu keep contact yah” Ujar Rion “Lex ayo pulang”

Lexon bangkit dari duduknya “Oke Yora, sampai ketemu lagi” Ujar Lexon sambil berlalu.

“Daaaah Yora” Tukas Rion sambil melambaikan tangan tanda perpisahan.

“Mereka tinggal di mana?” Tanya Yora kepada Willem.

“Mereka gak tinggal daerah sini Ra, kurang lebih sekitar satu setengah jam lah kalau dari sini”

Yora mengangguk-angguk, kemudian ia mengikuti langkah Willem ke arah pelataran parkir.


***


Minggu pagi itu Willem baru selesai mandi lalu menyantap roti berisikan selai coklat, ia meraih handphonenya lalu menghubungi Yora.

“Yora. Hari ini ada acara apa kamu?” Tanya Wilem setelah sambungan telponnya dijawab oleh Yora.

Yora menggeleng meski tak terlihat “Gak ada, kenapa?”

“Hmmm kalau gitu ikut aku yuk” Ajak Willem “Siap-siap yah lima belas menit lagi aku jemput”

“Waaa ngajak apa maksa nih pak?” Balas Yora.

Terdengar tawa Willem dari seberang sana “Ya udah ditunggu yah bapak kesana” Balas Willem lalu memutuskan hubungan telpon mereka.
Setelah kurang lebih lima belas menit kemudian Willem sudah berada di depan rumah Yora. Mereka berdua memiliki hubungan yang amat dekat, bagi Willem sangat menyenangkan mengajak Yora pegi kemanapun karena ia selalu keluar tanpa riasan maka tak membutuhkan waktu banyak untuk bersiap-siap jadi ia pun tak perlu menunggu lama ketika menjemput Yora. Tak hanya itu Yora adalah teman yang asyik, ia selalu dapat menempatkan diri, saat Willem kesal, sedih, marah, bosan, ataupun senang Yora selalu saja menjadi teman berbagi.

“Mau kemana sih kita?” Tanya Yora sambil mengenakan safety belt.

“Ketemuan sama anak sparing kemarin”

“Haaa?” Yora terkejut “Kalau cowok semua kenapa ajak aku?”

“Ahh kayak gak biasa deh, kan biasanya juga kamu cewek sendiri”

“Tapi biasa kan kenal, kali ini mana kenal” Protes Yora.

“Gak rame kok cuma janjian sama Lexon, kan kamu kenal”

“Dia saja? Yakin? Gak ada yang lain lagi” Tanya Yora curiga.

Willem berpikir sejenak “Gak yakin sih” Baru saja Yora membuka mulut “Tapi mungkin sama Rion juga. Mereka saja kok, tenang deh”

Yora mencibir “Lagian kalau mau ketemu mereka kenapa gak sendiri saja sih Will? Manja deh kamu”

“Kalau jalannya cuma lima belas menit iya juga, ini aku sendirian satu jam di jalan nanti kalau ngantuk gimana?”

Haduhhh alasannya banyak, udah ahh berisik. Lagian aku juga udah di sini”

“Yeaaaay” Teriak Willem senang karena telah menang dari Yora.

Sepanjang perjalanan tak henti keduanya mengobrol juga tertawa, selalu ada bahasan ketika keduanya berkumpul. Entah memang mereka cocok atau memang Yora selalu saja mendapat ide dalam kepalanya untuk mendapatkan bahan obrolan yang menarik lawan bicaranya. Hingga tak terasa mereka telah sampai.

“Asyik nih tempatnya” Ujar Yora saat melihat pemandangan dari atas.

“Kafe ini memang asyik, kamu belum pernah yah?”

Yora menggeleng, ia menatap pemandangan yang begitu memanjakan matanya. Willem memilih tempat duduk di luar ruangan agar Yora dapat terus menikmati pemandangan kota dari ketinggian.

“Itu mereka” Ujar Willem sambil menunjuk.

“Hai..hai… sorry telat. Lama nunggu yah?” Tukas Rion yang selalu ceria.

“Gak juga kok, belum lama di sini. Mau pesen apa kalian?” Tanya Willem.

Rion mengambil tempat duduk di samping Yora, tanpa merasa asing Rion bertanya banyak hal kepada Yora dan mereka menikmati waktu hingga hampir melupakan bahwa mereka tak hanya berdua namun ada Willem dan Lexon yang lebih banyak memperhatikan kedua orang di depan mereka.

“Seru banget sih kalian?” Protes Willem.

Tawa Rion pecah “Sorry… Yora nih asyik sih diajak ngobrol, seru” Ujar Rion.

“Kalau itu mah memang jagonya Yora tuh, gak pernah habis bahan”

“Iya… iya bener. Eh kapan-kapan jalan lagi yuk” Ajak Rion antusias.

Yora mengangguk setuju, sedangkan Lexon hanya tersenyum melihat tingkah adik kembarnya. Selama ini Rion selalu ceria namun karena pernah merasakan patah hati oleh cinta pertamanya membuat Rion tak lagi memiliki keinginan untuk menjalin hubungan serius dengan gadis manapun. Berbeda dengan Yora, kali ini Rion tampak begitu menyukai sosok gadis itu. Memang Lexon mengakui bahwa Yora berbeda dengan gadis lain yang pada usianya terlalu sibuk hanya dengan dunia wanita, Yora berpenampilan apa adanya, tanpa riasan di wajahnya, ia juga tampak ramah kepada siapa pun. Lexon mulai memiliki rasa tertarik dengan Yora namun ia segera mengenyahkan pikiran itu. Ia tak ingin pikiran itu terus berkembang karena dari awal Lexon ingin Yora bersama dengan Rion. Sesungguhnya Lexon begitu menyayangi adiknya dan tentunya ia ingin yang terbaik untuk Rion.

“Lexon....” Panggil Rion, beberapa kali Rion memanggil Lexon masih tetap menunduk menatap gelas pada tangannya, tak merespon.

Willem yang duduk tepat di sebelah Lexon menyenggol pelan sahabatnya dengan siku “Lex, kenapa kamu?” Tanya Willem ikut penasaran.

“Ahhh kenapa?” Lexon balik bertanya.

“Kamu kenapa Lex kok diam aja?” Tanya Rion mulai cemas “Ada masalah?”

Lexon menggeleng cepat lalu tersenyum kecut “Gak kok, cuma kalian asyik ngobrol sendiri aku jadi ngantuk”

Willem tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Lexon “Aku juga bosen dicuekin mereka tapi gak sampai ngantuk kayak kamu”

Senyum tersipu muncul di wajah Lexon, ia mencuri pandang ke arah Yora yang ikutan menertawai dirinya.

“Waaa udah sore nih gak kerasa” Ujar Yora “Will balik yuk nanti kemaleman”

“Ahh masa balik sih? Gak seru ah” Balas Rion.

“Mau kemana lagi memangnya?” Tanya Willem.

“Makan aja yuk mau gak, ada sate tenda gitu” Saran Lexon.

Semuanya terdiam sejenak sambil berpikir “Boleh, sate menggiurkan tuh kayaknya” Balas Willem.

M

ereka berjalan keluar kafe, mobil yang dikendarai Willem mengikuti arah mobil depan yang dikemudikan oleh Lexon. Setelah sampai mereka duduk menunggu pesanan, lagi-lagi Rion tak henti mengobrol dengan Yora. Lexon tersenyum menatap Rion. Seperti biasa memang Rion adalah tipe orang yang selalu ceria juga ekspresif, berbeda dengan kakaknya yang cenderung tidak terlalu banyak bicara.

“Kalian kembar tapi beda banget yah” Ujar Yora.

Rion tersenyum lebar “Iya, aku lebih lincah dibanding Lexon kata mama, aku juga lebih imut kata kakak perempuan aku kalau Lexon mukanya galak”

Alhasil Lexon terbelalak mendengar celotehan Rion yang membandingkan diri mereka, meskipun memang yang dikatakan Rion sebagian besar benar adanya. Ia menyadari bahwa ia lebih tertutup dibanding dengan Rion.

“Ahh kalian pada ribut, udah makan dulu. Yora makan aja biarin mereka berantem” Ujar Willem sambil menyodorkan sepiring berisi sate ayam dengan bumbu kacang yang terlihat nikmat apalagi kala perut mereka lapar. Yora hanya tertawa melihat tingkah kakak beradik yang saling membuka sifat satu sama lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kalau kalian suka pertemuan mereka, yuk di voted and comment yah..  kritik sarannya ditunggu. Thanks...

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang