Kepercayaan - 4

4 1 0
                                    

Seperti yang sudah menjadi rencana sejak awal, kedua kakak beradik itu akan melanjutkan kuliahnya di Melbourne. Rion yang selalu saja ceria hanya bermalasan sejenak namun ia cukup semangat karena tak ada yang memberatkan kepergiannya. Saat itu Lexon dan Rion berada di kota Semarang tepatnya di rumah sepupu papanya yang biasa dipanggil om Aiden. Beliau sudah resmi menjadi warga negara di Melbourne dan Semarang menjadi kota kelahirannya. Beliau sengaja pulang untuk menengok mamanya seraya mengurus untuk kepergian dua keponakannya.

“Lexon, Rion, kalian mau ambil jurusan apa?” Tanya Aiden.

“Hukum” Jawab Lexon singkat.

“Rion mau ambil Desain Arsitektur om” Ucap Rion senang.

“Oke, kalian sudah siapkan semua berkas yang om minta kan?”

Rion mengeluarkan dua amplop cokelat yang berisi berkasnya juga berkas milik Lexon. Kemudian Aiden membawa kedua keponakannya untuk menemaninya makan siang. Setelah memilih satu meja yang cukup luas untuk mereka bertiga, dengan diselingi tawa mereka bertukar cerita.

“Aiden” Terdengar sebuah suara yang memanggil dari arah belakang.

“Ah Sander, apa kabar kamu?” Balas Aiden saat tahu teman lamanya yang memanggil dirinya.
Beberapa saat keduanya saling menyapa hingga melupakan orang-orang yang ada bersama dengan mereka.

“Ngomong-ngomong ini siapa? Pasti anak kamu yah?” Tanya Sander sambil melirik si kembar.

“Bukan, keponakan” Jawab Aiden “Kenalkan ini Lexon, dan ini Rion”

“Nah ini anakku, Angelica” Sander memperkenalkan anaknya yang memiliki wajah oriental serta tampak anggun dengan rambut panjang yang diurai.

“Kita makan sama-sama saja, kamu gak keberatan kan?” Ujar Sander.

Aiden sejenak menatap kedua pemuda yang bersamanya seakan meminta persetujuan, Lexon hanya mengangkat kedua bahu sedangkan Rion tersenyum.

“Mana mamanya Angel?” Tanya Aiden sambil menunggu pesanan mereka.

“Mama gak ikut om, soalnya lagi ada urusan sama tante” Jawab Angelica sopan.

Tak sadar Rion menatap gadis yang duduk tepat di hadapannya sambil tersenyum
“Kamu suka dia?” Bisik Lexon.

Rion mengangguk pelan “Sepertinya begitu”

“Apa yang kali ini serius?”

“Entahlah Lex, tapi dia terlihat lucu” Ujar Rion tanpa melepaskan pandangannya dari Angelica.

Sedang sibuk kakak beradik berbisik-bisik, Sander menceritakan sebuah cerita tentang anaknya yang membuat tawa pecah antara mereka.

“Papa jangan cerita itu dong, kan Angel malu” Protes Angelica sambil merengut.

Lexon dan Rion ikut tertawa melihat tingkah Angelica.

“Ada lagi” Ucap Sander “Waktu itu kami sekeluarga pernah makan di warung tenda, memang Angel belum pernah aku bawa kesana. Nah setelah lihat menu Angel bilang mau pesan pecel lele” Sander mulai bercerita “Tiba-tiba Angel panggil orang yang baru selesai mencatat pesanan kami saat itu”

“Trus.. trus... gimana om?” Rion bertanya penasaran, sedangkan Angelica menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Angel bilang, mas pesanan pecel lele saya gak usah pake pecel yah. Lelenya saja di goreng kering” Sander bercerita lengkap dengan gaya bicara Angelica.

“Maklum lah dia mungkin belum tahu yang namanya pecel lele” Sander membela.
Meledaklah tawa antara mereka, Rion terus saja menatap Angelica.

Setelah berpamitan kepada Sander kedua pemuda itu menuju parkir meninggalkan Aiden yang masih mengobrol sesaat. Rion mensejajarkan langkahnya dengan Lexon yang santai.

“Lex, menurut kamu gimana Lica?”

“Lica? Siapa itu?” Tanya Lexon menoleh sesaat.

“Anak om Sander tadi” Jelas Rion.

“Angel? Kok kamu panggil dia Lica?”

“Dia lebih cocok dipanggil Lica, lebih sesuai sama karakternya”

“Karakter yang mana?”

Sejenak senyum jahil muncul di wajah Rion “Polosnya”

“Polos? Kayaknya dia bukan polos Ri, tapi sedikit telat mikirnya”

Tawa  Rion pecah mendengar ucapan Lexon yang terlalu jujur.

“Maksud aku juga gitu, tapi itu semua gak dibuat-buat dan aku suka”

Lexon menghentikan langkahnya menatap Rion yang ikut berhenti.

“Apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?”

Senyum ceria Rion menjawab pertanyaan Lexon “Aku gak jadi kuliah di Melbourne ah, di Semarang sini saja” Ujar Rion.

Kening Lexon tampak berkerut mendengar ucapan adiknya. Susah payah ia mencari seseorang untuk membuat adiknya kembali terbuka dengan cinta kini hanya dengan bertemu dengan seorang Angelica membuat Rion bertekuk lutut.

“Apa yang kamu suka dari dia?” Tanya Lexon memastikan.

Senyum mulai pudar dari wajah ceria Rion “Entahlah Lex, tapi saat lihat Lica buat aku mau kenal dia lebih lagi. Seperti yang kamu tahu, banyak cewek yang selalu anggap diri mereka yang terbaik dan lakuin banyak hal sesuka hati mereka tapi Lica berbeda”

“Kesan pertama kamu sudah yakin dia baik?”
Rion memberi anggukan penuh keyakinan “Lex, gimana menurut kamu?”

“Sebenernya aku gak mau kalau aku sendiri di Melbourne, tapi kalau kamu yakin sama Lica dan dia bisa buat kamu buka hati“ Lexon menghembuskan napas lewat mulut “Aku rela Ri” Lexon menatap adiknya lekat, rasa sayangnya mengalahkan keegoisan yang dimilikinya.

Rion memeluk kakaknya erat “Thanks Lex, kamu yang terbaik”

“Eh ada apa ini?” Tanya Aiden yang melihat kedua keponakannya di pelataran parkir “Siang-siang pelukan di sini, wah nanti orang kira kalian.....” Aiden menggantungkan kalimatnya membuat Lexon dan Rion tertawa.
Kemudian mereka masuk ke mobil, dalam perjalanan pulang Lexon memberitahukan kepada Aiden rencana studi mereka yang akan berubah.

“Kenapa tiba-tiba begini?”

“Gara-gara ketemu Lica” Jawab Lexon.

“Lica? Lica siapa maksud kamu Lex?”

“Angelica anak om Sander tadi om” Balas Rion.

“Oh Angel, kenapa sama dia?”

Lexon menceritakan sekilas tentang Rion yang memang tertutup hatinya untuk cinta dan kali ini Rion merasa memiliki sesuatu dengan Angelica. Mengerti dengan situasi yang ada Aiden mulai menangguk-angguk sambil tetap fokus menyetir, dalam hati ia menimbang-nimbang keinginan dua keponakannya.

“Lalu kamu gimana Lexon? Apa kamu gak iri kalau Rion di sini?”

“Sebenarnya iri om, tapi Lexon sudah janji sama Yora dan kalau di sini terbaik buat Rion, aku gak apa-apa kok. Lagian di sana kan ada om” Balas Lexon.

“Baik kalau begitu, biar om yang bilang sama papa kalian
.
.
.
.
.
.
.
.
Thanks yah masih ikutin cerita Lexon dan temen2

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang