Yora, Lampung....
Wajah Yora tampak penuh peluh, hari itu ia bangun lebih awal lalu lari pagi. Setelah berlari kurang lebih dua puluh menit ia berjalan pelan sambil sesekali membiarkan udara sejuk memenuhi paru-parunya. Bayangan Lexon datang menghampirinya seketika, Yora teringat perkataan Willem dan ia tahu ada sesuatu yang belum ia ketahui. Rasa gelisah mulai mengganggunya namun Yora tetap menjaga agar pikirannya masih dalam area positif. Sejujurnya saat Lexon beberapa kali meminta dirinya untuk memiliki komitmen dalam hubungan mereka, Yora ingin. Tapi keadaan belum memberikan izin baginya. Mungkin saja kalau Yora tak memiliki beban dalam hatinya ia akan menerima ajakan dari Lexon. Ia berhenti lalu terduduk di bahu jalan yang masih sepi, keringat masih menetes deras tak ia pedulikan. Ia menengadah ke langit luas lalu memaksa dirinya sendiri untuk tersenyum diantara kegelisahannya.
“Kita masih berada di bawah langit yang sama tapi kenapa rasanya begitu sulit” Yora berujar kepada dirinya sendiri.
Beberapa detik ia menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut yang ditekuk. Tak terasa setitik air mata jatuh begitu saja. Dadanya terasa sesak penuh rindu untuk Lexon yang tak dapat ia lihat kapan pun ia inginkan. Handphonenya bergetar, Yora mengangkat kepalanya kemudian berniat menjawab panggilan dari seseorang. Terlalu pagi sepertinya untuk mendapatkan telpon, pikir Yora. Pikirannya terhenti saat menatap nomor yang tak ia kenal, tapi hanya sekilas melihat ia tahu bahwa panggilan itu adalah dari seseorang yang sedang ia rindukan saat itu. Cepat saja kesedihan Yora berubah menjadi senyum, ia menjawab panggilan untuknya.
“Yora” Mendengar namanya disebut membuat Yora tersenyum lebar, entah mengapa saat itu ia hanya ingin mendengarkan suara Lexon tanpa membalas.
“Yora” Panggil Lexon untuk kedua kali “Jangan egois Ra, aku juga mau dengar suara kamu”
Terdengar tawa kecil Yora, tebakan Lexon begitu tepat seakan ia mampu membaca apa yang ada dalam pikiran gadisnya.
“Jangan cuma tertawa Yora” Ujar Lexon mendengar tawa Yora.
“Lex” Panggil Yora lembut “Aku kangen kamu” Ujar Yora tenang.
“Ahhh dengar suara kamu mungkin bisa buat aku berubah pikiran”
“Berubah pikiran? Maksudnya?”
“Kamu lagi apa Ra?” Lexon mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Aku habis lari pagi, nih masih istirahat sebentar”
“Apa di langit sana ada masih ada bintang?”
“Gak Lex, langit pagi ini agak mendung. Di sana?”
“Salju baru turun hari ini dan di sini gak ada matahari meskipun sudah siang”
“Lex, kemarin Willem bilang sama aku....”
Belum selesai Yora menyelesaikan kalimatnya di potong oleh Lexon “Ra, aku berniat jadi warga negara sini” Ucapan Lexon membuat Yora berhenti bernapas. “Apa kamu mau ikut aku ke sini Ra?” Tanya Lexon tanpa basa basi.
Yora sibuk dengan pikirannya sendiri, ia tak fokus lagi dengan apa yang di katakan oleh Lexon di seberang sana. Hanya berbagai pertimbangan bermunculan di balik kepalanya.
“Ra, tolong jawab aku. Aku harus gimana?”
Seakan secara tiba-tiba Yora ditarik kembali ke alam sadarnya, hatinya terasa begitu berat, namun seperti biasa ia bersikap tak ingin egois.
“Lex, kalau aku diposisi aku sekarang jujur aku pasti keberatan sama keputusan kamu, yang aku mau kamu pulang ke sini buat aku Lex” Ujar Yora dengan nada lirih “Tapi, kalau aku diposisi kamu mungkin aku akan tetap berkeras untuk jadi warga di sana karena aku berpikir di sana lah masa depan aku”
“Ra, jangan buat aku ragu. Bilang sama aku mau kamu Ra, dan aku akan pulang”
Kalau saja Yora boleh bersikap egois ia akan meminta Lexon untuk kembali namun kali itu Yora tak ingin memaksakan keinginannya “Apa pun keputusan yang kamu ambil aku akan dukung sepenuhnya Lex” Jawab Yora.
“Yora, aku mohon” Ujar Lexon dengan suara parau.
“Lexon” Yora memanggil “Aku sayang kamu”
Kalimat dari Yora membuat hati Lexon perih. Tak lama Yora memutuskan komunikasi mereka, dan Lexon pun tahu karena Yora di sana berusaha tegar.
![](https://img.wattpad.com/cover/166181908-288-k52309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Romanceperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...