Kesepakatan

1 0 0
                                    

Yora dan Lexon sudah saling menyayangi bahkan mungkin dapat dikatakan kalau mereka berdua saling membutuhkan namun dalam kehidupan manusia selalu saja ada masalah yang menjadi bumbu. Sebelum Lexon kembali ke Melbourne sepasang kekasih itu membuat kesepakatan bahwa mereka akan memutuskan untuk mengambil waktu dengan diri masing-masing, hal ini dilakukan untuk mengenal lagi rasa yang mereka miliki selama ini.

“Apa harus cara ini yang kita ambil Ra?” Tanya Lexon lirih.

Yora terdiam, sekilas menatap kedua manik mata Lexon yang terus saja menatapnya penuh arti, seakan ia pun bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Lexon.

“Aku yakin kamu sebenernya gak mau ambil jalan ini?”

Senyum simpul tampak di wajah Yora dengan kepedihan “Kamu kenal aku lebih dari yang lain Lex, apa bisa aku bohong sama kamu?”

Seketika Yora mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan air matanya yang terjatuh begitu saja tapi Lexon lebih dulu melihatnya.

“Yora” Lexon mengucapkan nama Yora dengan lirih “Jangan paksakan kalau kamu gak bisa lakuin Ra, aku mohon”

Ucapan Lexon membuat Yora justru semakin tak mampu membendung kesedihannya. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit malam yang bertabur bintang sekaligus berharap air matanya tak lagi terurai. Dengan lembut Lexon menarik tubuh Yora ke dalam pelukannya, tangis Yora perlahan mulai pecah dalam dekapan Lexon.

“Aku hanya berharap hubungan kita gak berhenti hanya karena hal kecil, kamu pernah bilang semua hanya sementara, sama dengan masalah dihubungan kita, aku yakin semua sementara, kita pasti bisa Ra” Lexon mengusap kepala Yora penuh sayang.

Beberapa menit Lexon membiarkan gadisnya menangis melepaskan gundah dalam hatinya, hingga ia melihat mata sembab serta wajah lelah Yora. Membuat Lexon mempererat pelukannya seakan tak akan pernah ia lepaskan.

“Lex” Yora memanggil Lexon masih dengan sisa tangisnya “Aku sayang kamu”

Mendengar ucapan Yora, hati Lexon terasa begitu lega meskipun setelah ini ia tahu jelas bahwa mereka akan tetap berhenti komunikasi untuk beberapa saat. Itulah Yora, seorang gadis yang selalu mencoba untuk bersikap konsisten karena ia tak menyukai orang yang tidak konsisten. Bulan bersinar temaram malam itu, angin bertiup cukup kencang, Lexon menanggalkan jaket yang sejak tadi ia pakai dan mengenakannya kepada Yora.

“Cari makan yuk” Ajak Lexon lalu membantu Yora berdiri dari duduknya.

Keduanya duduk bersebelahan, tangan Lexon memegang kemudi lalu melewati jalan yang hanya diterangi oleh lampu mobil mereka. Kurang lebih dua puluh menit mereka menembus malam hingga tiba di sebuah resto kecil. Mereka masuk dan menemukan Willem yang sedang tertawa lepas dengan Luca juga Rion.

“Wah dari mana aja nih couple of the year kita?” Celetuk Luca.

Yora dan Lexon segera mengambil posisi duduk, tanpa mengatakan apa-apa Lexon membolak-balikan buku menu yang ada di tangannya.

“Kenapa kalian lihat kita begitu?” Tanya Yora saat merasa mendapat tatapan aneh.

“Kalian yang kenapa?” Balas Rion.

“Kenapa apanya?” Tanya Yora tak kalah bingung.

“Lexon yang hubungi aku tanya kita di mana, sekarang datang trus diam saja” Terang Willem kepada Yora yang masih melongo.

“Laper” Balas Lexon sekenanya seraya memesan kepada seorang pramusaji.

Mendengar jawaban asal Lexon membuat Yora menahan senyum, berbeda dengan ketiga pemuda yang ada bersama dengan mereka, memasang wajah tak mengerti.

“Kita pikir kalian ribut, Lexon. Ternyata masalah kamu cuma laper?” Protes Luca.

Terdengar tawa Yora, “Kalian tuh terlalu perasaan sebagai cowok” Balas Yora.

“Bodo aaaah” Jawab ketiganya kompak sambil memalingkan wajah dari Lexon.

Hal kecil yang dapat membuat Yora tertawa lepas, padahal Lexon tahu benar perih yang dirasakan Yora saat itu. Setidaknya ia bersyukur Tuhan masih memberikan Willem, Rion, juga Luca yang Lexon yakin pasti akan menjaga Yora dengan baik ketika dirinya tak mampu menjangkau gadisnya.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang