Delapan minggu sudah Yora memiliki hubungan jarak jauh dengan Lexon. Meskipun mereka berdiri di bawah langit yang sama namun tak dapat saling menggenggam. Perkembangan zaman kini teramat canggih hingga mereka dapat dengan mudah saling komunikasi via suara namun tetap tak bisa saling memeluk. Hal itu lah yang dirasakan kedua anak manusia yang kini saling merindu. Yora tetap dengan rutinitasnya, seperti biasa ia adalah gadis yang mudah bergaul dengan siapa saja tapi saat ia mulai masuk ke dalam kamar, pikirannya mulai menerawang jauh tanpa arah. Ia merebahkan tubuhnya sambil menutup kedua matanya, otaknya mulai bekerja seolah memutar rekaman saat ia tersenyum bersama dengan Lexon. Suara dering dari handphone Yora terdengar nyaring, Yora meraih handphone di sampingnya masih dengan mata tertutup.
“Hai” Sebuah suara membawa Yora mengingat seseorang yang sedang ia rindukan, secara cepat saja ia membuka kedua matanya dan mendapatkan nomor asing tertera pada layar handphonenya.
“Apa kabar Ra” Sebuah suara kembali membuat Yora merasakan sesuatu.
“Lexon” Yora berucap dengan suara parau.
“How are you my girl, I really miss you here”
Senyum terkembang di wajah Yora saat ia yakin suara Lexon yang ada di seberang sana.
“Baik, kamu gimana di sana?” Tanya Yora.
“Hmmm karena perbedaan cuaca, awal datang kesini aku kurang baik, beberapa hari terpaksa harus rawat di rumah sakit tapi sekarang jauh lebih baik”
Rasa sedih menyelinap dalam relung Yora, ingin rasanya ia melihat Lexon.
“Ra kamu masih di sana kan? Kok kamu diam saja?”
“Iya Lex, aku masih dengar kamu. Aku cuma khawatir sama kamu, tapi aku tahu kamu pasti bisa Lex” Ucapan Yora lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri.
“Ra, aku kangen kamu. Kamu di sana gimana kerjanya?”
“Baik Lex, aku dapat teman kerja yang baik-baik mereka selalu mau bantu aku”
“Aku tahu itu, karena kamu selalu bisa menempatkan diri di mana pun. Ahh rasanya aku mau pulang lihat kamu Ra”
“Kumpulin kangen kamu Lex, aku di sini tunggu kamu kok”
Meskipun tak saling melihat namun secara bersamaan keduanya tersenyum.
“Ehh di tempat kerja kamu banyak cowoknya gak? Jangan nakal loh”
“Bukan harusnya di kampus lebih banyak ceweknya?” Balas Yora.
Terdengar tawa renyah Lexon yang dirindukan oleh Yora. Hubungan yang dimulai dari kepercayaan hingga saat terhalang jarak pun masih saja memiliki kepercayaan penuh satu sama lain.
“Banyak sih, tapi gak ada yang kayak kamu Ra”
“Maksudnya apa yah?” Yora menangkap nada jahil.
Tawa renyah Lexon terdengar lagi “Di sini gak ada cewek anti salon dan make up kayak kamu”
Yora mendengus kesal mendapat sindiran dari Lexon, namun dalam hatinya Yora senang dapat mendengar suara Lexon dan ia amat bersyukur memiliki Lexon. Malam itu mereka habiskan untuk berbicara lewat telpon hingga tak terasa waktu bergulir begitu cepat.
Setelah memutuskan sambungan telpon Yora kembali berguling-guling di atas tempat tidurnya sambil merasakan rindunya yang menguap. Dering handphonenya melepaskan dirinya dari lamunan tentang Lexon.
“Hai Yora, sudah tidur?” Tanya suara dari seberang sana.
“Kalau sudah tidur mana bisa jawab telpon kamu” Balas Yora asal.
Tawa terdengar di ujung telpon “Lexon barusan telpon aku” Ujar Rion.
“Terus kenapa? Sebelumnya dia juga telpon aku”
“Itu dia, habis telpon kamu Lexon langsung telpon aku, dia mau aku jagain kamu”
“Ahh aku bisa jaga diri sendiri Rion, lagian sekarang kamu sudah punya Lica jangan sampai dia salah paham tentang hubungan kita”
“Kamu gak usah takut, aku cerita banyak tentang kamu sama Lica dan sepertinya dia suka kamu Ra”
“Kenapa kamu ceritain tentang aku?”
“Karena aku gak mau Lica salah paham kalau aku sering hubungi kamu, dan aku juga di minta Lexon jaga kamu, jadi Lica harus tahu”
“Rion, makasih” Ujar Yora “Jujur, meski sudah terbiasa hubungan jarak jauh tapi buat aku kali ini terlalu jauh dan gak setiap saat aku bisa cari Lexon”
“Lexon sayang sama kamu dan dia akan segera pulang buat kamu. Ra, kamu harus percaya Lexon, jangan ragu” Rion meyakinkan “Buat aku Lexon kakak terbaik, dan kamu orang pertama yang buat Lexon merasa dihargai”
“Kenapa kamu bilang gitu?”
“Karena sebelumnya Lexon selalu menutup diri, dia tipe introvert. Sama kamu Lexon terlihat lebih hidup, ia punya tempat berbagi semua yang dia rasa”
“Apa Lexon yang bilang itu sama kamu?”
Rion menggeleng meskipun ia tahu Yora tak akan melihatnya “Aku merasakannya. Lexon berubah banyak Ra, dia mulai terbuka sama aku, dia gak sungkan buat minta aku selalu jaga kamu, kalau dia takut dia akan bilang. Lexon yang dulu selalu dingin dan meski kami kembar tapi aku gak pernah tahu apa yang dia rasa”
“Apa sebenernya yang buat Lexon seperti itu?”
“Kesalahan yang dulu selalu mengikat Lexon. Seakan dia gak pernah lepas dari rasa menyesal, ia merasa semua orang memandang rendah dirinya. Dan saat ketemu kamu Lexon merasa dihargai, karena kamu gak pernah mau peduli dengan masa lalunya”
Yora terenyuh mendengar penjelasan Rion, tak tepikir olehnya hanya karena sikap tak peduli tentang masa lalu Lexon membuat pemuda itu merasa begitu dihargai. Kalau saja mereka ada di tempat yang sama mungkin saja Yora akan segera menghambur dalam pelukan Lexon yang begitu ia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Romanceperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...