Masa pengenalan karakter- 4

3 1 0
                                    

Hubungan Yora dan Rion semakin serius, ditahun pertama mereka berada pada tanggal empat belas Februari yang diketahui banyak orang sebagai hari valentine atau disebut sebagai hari kasih sayang.

“Valentine kali ini pas banget jatuh hari minggu, jadi kalian bisa rayain bareng deh” Ujar Willem sambil menyeruput minumannya.

“Apaan sih, buat aku semua hari sama saja, gak perlu tunggu valentine atau hari khusus kan buat tunjukin rasa sayang” Jawab Lexon.

“Tuh kakak aku itu, keren banget yah” Ujar Rion cekikikan.

Yora hanya senyum-senyum melihat tingkah Rion yang masih seperti anak kecil.

“Wah itu kan pemikiran kamu sebagai cowok, jangan egois dong, Yora pasti kan mau tuh rayain valentine, yah gak Ra?” Ujar Willem.

“Aku? Biasa saja, aku malah setuju sama Lexon kalau memang sayang kenapa gak tiap saat, kenapa harus tunggu ada event khusus dulu” Jawab Yora.

“Wah memang gak salah kalian jadi pasangan, satu pikiran” Tukas Willem.

“Waah pasti itu” Tambah Rion tak kalah senang.

“Kok kamu yang semangat sih Ri?” Ujar Yora “Makanya cepetan cari cewek”

“Ahh nyindir aku juga itu, sombong nih mentang-mentang udah punya cowok” Timpal Willem tak mau kalah.

Alhasil pecahlah tawa mereka karena candaan mereka terus berlanjut, hingga tak terasa matahari mulai turun.

“Eh sudah sore, aku tempat tante dulu yah” Ujar Willem “Ra kita balik jam sembilan yah biar gak terlalu malam sampai rumah”

“Oke” Balas Yora “Nanti kasih tahu saja mau ketemunya di mana”

Lalu Willem pergi lebih dulu, tinggallah mereka bertiga yang masih duduk menikmati makanan ringan yang tersedia di kafe.

“Hmmm kalau valentine gini biasanya ada tukeran kado yah” Ujar Rion tiba-tiba.
Tatapan Lexon tampak tajam mengarah kepada Rion.

“Kan tadi kita udah bahas Rion yang selalu ceria, gak perlu tunggu valentine buat begituan” Yora menimpali.

“Iya... iya..” Ujar Rion kemudian diam sejenak “Uhmmm biasanya kalau valentine gini maunya berduaan saja sama pacar” Rion tersenyum.
Lagi-lagi tatapan Lexon mengarah kepada Rion “Iya, trus kita gimana Rion?” Tanya Lexon datar.

Rion nyengir kuda “Iya yah kita bertiga, aku pergi saja deh kalau gitu” Ujar Rion seakan menyesal telah mengatakan hal yang bodoh.
Baru saja Yora akan mengatakan sesuatu, Lexon segera memegang tangan Yora seakan memberi isyarat untuk tetap diam.

“Jadi aku pergi yah nih” Ujar Rion berat hati.

“Silahkan, Makasih Rion sudah berbaik hati kasih kita kesempatan berdua” Balas Lexon dengan senyum jahil.

Rion berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan Yora dan Lexon.

“Lex kok kamu gitu sih, kasihan kan Rion. Mau kemana coba dia?” Protes Yora.

Lexon tersenyum, “Kamu belum kenal Rion, sudah biasa dia begitu nanti juga kamu tahu”

“Apaan sih Lex? Gak ngerti deh”

“Udah lupain Rion dulu, nanti juga dia balik lagi”

“Ahh masa? Yang bener”

Mereka kembali mengobrol dengan santai hingga perut mereka mulai lapar, Lexon mengajak Yora untuk makan.

“Jangan makan di kafe sini ah” Ujar Yora.

“Kamu mau makan apa?”

Seakan sedang berpikir Yora mengetuk-ngetuk kepalanya dengan jari telunjuk “Ahh makan sate saja yuk” Ajak Yora.

Lexon setuju lalu setelah membayar mereka keluar dari kafe, dengan motor mereka melaju ke warung tenda langganan Lexon.

“Kok kamu pesennya tiga porsi?” Tanya Yora setelah mendengar Lexon memesan.

“Nanti kamu juga tahu”

Pesanan mereka sudah datang, tak berapa lama kemudian muncul Rion dengan motornya. Layaknya anak kecil yang mendapat mainan, Rion tampak begitu senang melihat sate yang sudah dipesankan Lexon untuknya. Wajah Yora berubah bingung menatap Rion.

“Hai Yora” Sapa Rion sambil menggigit satenya.

“Gimana lagi ini ceritanya?” Tanya Yora menghentikan makannya.

“Aku tadi tanya sama Lexon, katanya mau makan jadi bareng deh dari pada aku makan sendiri kan” Rion menjawab agak kesusahan karena mulut yang penuh terisi makanan.

Pandangan Yora beralih ke Lexon yang senyum-senyum melihat tingkah adiknya.

“Rion selalu gitu, kalau aku jalan sama siapa saja dia gak mau ketinggalan”

“Tapi tadi kamu sendiri yang mau pergi ninggalin kita” Yora berkata kepada Rion.

“Sebenernya mau dia tuh dicegah, tapi tadi aku biarin”

“Jadi kamu kemana tadi abis dari kafe?” Tanya Yora mulai gemas.

“Keliling saja gak tahu arah sampai Lexon kirim pesan ajak makan di sini” Jawab Rion dengan senang hati.

Yora geleng-geleng melihat tingkah kakak beradik yang bersamanya. Rion begitu senang mengikuti Lexon bagaikan anak kecil, meskipun tampak tak peduli namun Yora dapat merasakan dari sikap Lexon bahwa ia sangat menyayangi adiknya. Rion yang tersedak hingga membuatnya terbatuk-batuk membawa Yora kembali ke alam sadar.

“Pelan-pelan Ri, gak akan ada yang ambil kok, kalau kurang tinggal pesan lagi” Ujar Lexon sambil memberikan adiknya segelas air.

Rasanya mendapatkan Lexon membuat Yora amat bersyukur. Lexon mengajarkannya banyak hal, dan Yora bisa bersyukur atas keadaan sederhana yang ia alami. Salah satunya menikmati tawa kakak beradik yang sedang ada bersamanya.

“Ra, kamu jadi pulang jam berapa?” Tanya Lexon.

“Ah iya nih Willem barusan tanya, aku bilang ketemu di sini”

“Jadi Willem lagi jalan kesini” Ujar Rion.

Anggukan Yora mengiyakan pertanyaan dari Rion.
.
.
.
.
.
.
.
.
Voted dan comment ditunggu yah

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang