Di bawah langit yang sama- 4

1 0 0
                                    

Lexon, Melbourne....

Selama menjalani pendidikannya banyak hal yang Lexon lakukan, salah satunya ia membantu pamannya, Aiden yang bekerja sebagai dokter hewan. Pada awalnya ia merasa tak nyaman dengan hewan-hewan itu namun lama kelamaan ia merasa amat menyukai hewan-hewan yang dibawa oleh para pemilik untuk mendapat pengobatan. Aiden memiliki seseorang yang selalu membantunya yaitu Jasmine, gadis muda yang kuliah di universitas yang sama dengan Lexon. Karena intensitas pertemuan yang cukup sering membuat Lexon dekat dengan gadis itu. Keluarga Jasmine tinggal di kota Semarang dan ia melanjutkan pendidikan sebagai perancang busana, ia mengambil kerja paruh waktu di klinik hewan milik Aiden karena ia penyuka hewan. Hari demi hari mereka menjadi teman yang baik untuk sekedar bertukar cerita. Rasa nyaman mulai menghinggapi Lexon, ia tak tahu bahwa kenyamanan lebih berbahaya dibanding rasa suka. Hal ini ia sadari saat ia mengingat akan Yora yang menunggunya kembali. Tak hanya itu ada seorang gadis yang berasal dari Malaysia dan amat menyukai Lexon, Shafira biasa ia di sapa. Sejak awal bertemu dengan Lexon entah hal apa yang membuatnya begitu tertarik akan sosok Lexon. Tak hanya itu, Shafira tak segan-segan mengatakan perasaannya kepada Lexon, namun sedikit berbeda dengan Jasmine. Sikap agresif yang ditunjukan oleh Shafira membuat Lexon justru enggan dekat dengan gadis itu. Tak ada rahasia antara Lexon dan Yora, hingga cerita tentang Shafira juga Jasmine telah ia ceritakan. Seperti biasa Yora bersikap santai tak mempermasalahkan kedekatan Lexon dengan perempuan lain karena Yora ingin selalu percaya kepada Lexon. Siang itu jalanan tampak tertutup dengan salju, Lexon berjalan dengan mantel tebalnya menuju ke rumah. Langkahnya terhenti saat ia melihat Jasmine sedang duduk dalam sebuah kafe tampak sambil memegang secangkir minuman panas, telihat dari asap yang mengepul. Beberapa detik Lexon menatap Jasmine namun setelahnya ia tersenyum saat melihat langit di atas yang mengingatkan dirinya akan Yora yang selama ini telah berjalan bersamanya. Ia kembali melanjutkan langkahnya melupakan keinginan sesaatnya untuk menemui Jasmine. Setibanya di rumah ia berjalan duduk depan perapian yang telah dinyalakan oleh istri Aiden. Rindu untuk Yora mulai memenuhi pikirannya, sekejap Lexon menatap jam tangannya kemudian menekan beberapa nomor di handphonenya. Beberapa saat ia mendengarkan nada tunggu, hingga sebuah suara dari tempat yang berbeda membuatnya tersenyum seketika.

“Really miss you Ra” Ujar Lexon dengan senyum.

“So do I” Balas Yora dari seberang sana “Gimana hari ini Lex?”

“Same like yesterday, mungkin yang beda hari ini aku terlalu kangen kamu”

Tawa kecil terdengar dari Yora, dan entah mengapa rindu yang Lexon miliki menguap begitu saja. “Ra, gimana kalau kamu ikut aku kesini?” Tanya Lexon.

Beberapa detik tak ada respon dari Yora “Lex” Panggil Yora lembut “Aku mau saja ikut kamu kesana tapi kamu tahu apa alasan aku belum bisa lakuin itu Lex”

“Apa kamu masih mau tunggu aku Ra?”

“Apa kamu percaya sama aku Lex?”

Mendengar apa yang dikatakan Yora membuat Lexon sadar akan sesuatu yang mulai ia lupakan, bagaimana ia tega mengubah hatinya dari Yora yang selalu terima semua kekurangan yang ia miliki hanya untuk dengan seseorang yang hadir begitu singkat dalam hidupnya. Lexon menganggap dirinya begitu bodoh, namun apa yang membuatnya bisa beralih kepada Jasmine karena sebelum Yora ia tidak pernah memiliki rasa untuk seseorang. Ia cenderung menutup hatinya hingga menjadikannya tampak dingin.

“Lex, kamu masih di sana?” Suara Yora memecah pikiran Lexon.

“Ra, ada yang mau aku omongin sama kamu”

“Hmm apa Lex?” Tanya Yora masih dengan nada yang sama.

“Apa kamu percaya sama aku sepenuhnya?”

“Kamu lakuin kesalahan?” Tanya Yora pelan “Aku percaya sama kamu Lex”

“Kamu inget Jasmine yang pernah aku ceritain ke kamu Ra?” Lexon menghentikan kalimatnya, ia takut salah bicara “Gak tahu kenapa aku merasa ada sesuatu yang beda”

Jantung Lexon mulai berdetak tiga kali lebih cepat, ia tak dapat membayangkan reaksi yang akan diberikan oleh Yora.

“Kamu suka sama dia Lex?” Tanya Yora tenang “Mungkin intesitas kamu ketemu sama dia yang buat kamu nyaman, aku senang kalau akhirnya di sana kamu punya tempat berbagi karena aku tahu gak mudah buat kamu untuk punya teman bertukar pikiran”

Lexon terkejut dengan apa yang ia dengar, tak menyangka sama sekali Yora dapat dengan tenang mengatakan itu semua.

“Ra, kamu gak marah?” Tanya Lexon hati-hati.

“Alasan apa aku harus marah? Lex buat aku kamu lebih dari seorang pasangan, kamu bisa jadi teman berantem, bisa jadi kakak, bisa jadi sahabat buat aku. Kalau memang Jasmine bisa buat kamu lebih bahagia dari pada aku” Yora menggantungkan kalimatnya beberapa saat “Aku rela Lex” Yora melanjutkan.

Bukan rasa senang yang menaungi hati Lexon sebaliknya hatinya terasa amat perih mengetahui hal itu diucapkan sendiri oleh Yora. Ia tahu jauh di sana Yora merasa sedih dengan apa yang sudah ia katakan kepada Lexon, namun rasa sayang yang tulus itu akan membawa hati Lexon selalu kembali kepadanya.

“Ra, makasih yah” Ujar Lexon “Yora yang aku kenal selalu bisa meyakinkan aku, sekarang aku yakin kalau hati ini milik kamu seutuhnya Ra” Ujar Lexon dengan senyum lega “Sorry yah Ra buat kamu sakit karena dengar cerita tentang Jasmine. Tapi kenapa kamu gak marah sih Ra kalau aku lihat cewek lain?” Tanya Lexon dilingkupi rasa penasaran.

“Jujur yah Lex, aku gak suka sama sekali dengar kamu sebut nama Jasmine apa lagi kamu cukup dekat sama dia tapi aku juga gak tahu kenapa dengan bodohnya aku bilang mau lepasin kamu begitu saja” Jawab Yora tanpa berusaha menutupi percikan api cemburunya “Apa ini yang namanya sayang?”

“Yora, aku gak lagi ragu sedikitpun sama kamu, kamu yang aku sayang Yora” Lexon mengatakan dengan nada lembut membuat Yora meneteskan air mata lega.

Keduanya mulai melupakan masalah Jasmine, mereka membahas hal lain yang mengundang tawa antara mereka. Langitlah yang selalu membuat kedua anak manusia itu tetap saling mengingat juga merindu meski memiliki jarak antara mereka. Lexon dan Yora percaya meskipun mereka tak selalu dapat saling menggenggam namun mereka selalu berada di bawah langit yang sama.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang