Kesepakatan - 2

1 0 0
                                    

Tiba hari Lexon akan terbang kembali ke negri seberang, seperti biasanya ia tak ingin Yora mengantar kepergiannya hingga Bandara karena itu hanya akan memberatkan langkahnya. Beberapa kali Lexon berkutat dengan pikirannya sendiri, pilihan mana yang harus ia ambil.

“Kenapa Lex?” Tanya Rion yang sejak tadi mengamati wajah kakak kembarnya.

Lexon hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Rion, dalam kepalanya masih saja terbayang sosok gadis yang selalu memenuhi hatinya.

Seakan memberi semangat, Luca memegang bahu kiri Lexon “Everything will be okay brother, trust me” Senyum dari ketiga pemuda yang ada di situ membuat hati Lexon terasa lebih ringan.

“Kita janji akan jaga Yora baik-baik sampai kamu balik kesini” Tambah Willem.

Setelah beberapa saat mereka bercengkrama terdengar suara yang memberi info agar para penumpang melakukan check in segera saja Lexon berpamitan. Ia menoleh mendapatkan ketiga pemuda yang begitu dekat dengannya melambai ke arahnya dan dibalasnya. Beberapa mata gadis-gadis yang ada di sana melirik ke arah Lexon yang berjalan santai dengan tas ransel dipundaknya. Tubuh tinggi tegap juga wajah yang dimiliki Lexon sepertinya mampu memberi pesona bagi para kaum hawa yang melihatnya. Namun hal itu tetap saja diabaikan karena ia sudah terbiasa dengan pandangan-pandangan yang diberikan untuknya. Tak jarang gadis berparas cantik menghampiri dirinya namun entah mengapa hatinya terlalu penuh dengan satu nama. Yora. Kini Lexon sudah menempati tempat duduknya dalam pesawat, pandangannya kosong keluar jendela. Pikirannya melambung beberapa belas jam yang lalu saat ia berdua dengan Yora.

“Ra, masih ada waktu beberapa jam buat ubah keputusan kamu”

“Lex, aku gak mau nantinya kamu menyesali masa depan kamu karena aku”

“Tapi Ra...” Kalimat Lexon terputus oleh sentuhan hangat tangan Yora pada punggung tanggannya.

“Maafin aku Lex, belum bisa buat orangtua aku yakin sama hubungan kita, kalau saja mereka setuju kamu gak perlu memilih kayak gini”
Ucapan Yora membuat Lexon menatap dirinya dalam diam.

“Kenapa kamu lihat aku kayak gitu Lex?”

“Apa aku bisa bertahan tanpa komunikasi sama kamu Ra? Aku gak yakin”

Sebuah pelukan kecil dari Yora membuat Lexon begitu nyaman, rasanya tak ingin ia melewati momen saat itu.

Suara seorang pramugari cantik memecah lamunan Lexon. Dengan sopan serta senyum sang pramugari menawarkan minuman untuk Lexon, setelahnya pandangannya kembali menerawang menatap gumpalan awan putih di luar jendela yang saling menumpuk.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang