Cinta tak butuh alasan - 2

1 0 0
                                    

Willem sedang bersama dengan Luca, mereka baru saja selesai main futsal, sedangkan Rion sudah kembali ke Semarang. Tak hanya kedua pemuda itu namun beberapa teman mereka duduk di pinggir lapangan dengan bermandikan keringat. Nampak tak lelah mereka masih saling melempar candaan membuat tawa mereka menggema dalam. Karena terlalu asyik bersenda gurau mereka tak menyadari bahwa ada seseorang yang baru saja tiba dan memperhatikan mereka.

“Seru banget sih kalian? Boleh gabung gak?” Sapa Yora sambil menunjukkan pizza juga minuman yang ada di kedua tangannya.

Sorakan dari kumpulan pemuda beraroma keringat membalas sapaan dari Yora, tanpa pikir panjang Yora segera bergabung lalu membuka pizza.

“Oiii jangan berebut dong” Tukas Yora.

“Namanya juga laper non” Balas Luca sambil mengunyah.

“Ihh jorok sih” Protes Yora.

“Eh yah Ra, nih kenalin Aaron” Willem memperkenalkan.

Dengan senyum ceria Yora menjabat tangan sambil memperkenalkan dirinya.

“Aaron sepupu aku Ra, dia baru pindah kuliah ke sini” Terang Willem.

Seakan mengerti Yora menangguk-angguk, kemudian tak butuh waktu lama untuk Yora terlihat dekat dengan Aaron. Willem dan Luca saling melempar pandang saat melihat Aaron juga Yora yang entah membahas sesuatu hingga membuat keduanya tertawa lepas.

“Wah udah malam nih, balik yok” Ajak Luca.

Lalu mendapat persetujuan dari yang lainnya termasuk Yora. Mereka mengemasi barang masing-masing, lalu mereka keluar dari gedung.

“Ra, kamu kesini sama siapa tadi?” Tanya Willem.

“Bareng sama kak Catlyn”

“Kok bisa? Memang kamu dari mana?”

“Tadi siang kak Catlyn minta di temenin ke mall cari kado buat suaminya”

“Romantis banget dia” Tukas Luca “Coba belum nikah, pasti aku deketin”

Tawa menghujani Luca, tiba mereka di pelataran parkir yang masih cukup ramai. Aaron juga masih bersama dengan mereka.

“Kita mau makan di mana nih?” Ajak Willem sambil masuk ke kursi kemudi.

“Gak salah kamu Will? Kan baru juga makan pizza”

“Yah Yora, aku tadi cuma makan sepotong. Mana kenyang”

Mata Yora membelalak ketika mendengar ucapan Willem padahal ia tahu jelas sahabatnya sudah memakan tiga potong pizza dengan ukuran besar.

“Ya udah dari pada kalian berdua ribut gimana makan di resto aku?” Luca memberikan usulnya.

“Traktir yah” Ujar Willem semangat.

“Memang kapan kamu pernah bayar makan di resto?” Sindir Luca membuat semua tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Willem menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menahan senyum.

Mobil yang mereka tumpangi melesat melewati lampu-lampu jalan yang berdiri kokoh. Tak memakan waktu lama hingga mereka sudah tiba area parkir resto.

“Ngomong-ngomong gak masalah nih kita habis main gak mandi dulu langsung ke sini?” Tanya Aaron bingung.

“Tenang saja, di sini sudah biasa sama keringat mereka tambah kamu satu gak akan buat semua pengunjung pulang sepertinya” Jawab Yora jahil.

Willem dan Luca tertawa kompak tanpa aba-aba. Aaron tersenyum malu dan wajah blasterannya membuat ia tampak lebih tampan. Seperti biasa mereka duduk di salah satu meja yang sengaja di buat khusus untuk Luca dan teman-temannya yang berada agak sudut. Mereka melihat-lihat menu sebelum memesan.

“Ron, kamu campuran apa sih?” Tanya Yora sambil menunggu pesanan mereka.

“Jerman sama Kalimantan” Jawab Aaron.

“Kenapa memang Ra?” Tanya Luca.

“Gak apa-apa tanya saja” Balas Yora “Kalian perhatiin deh kita jadi pusat perhatian nih di sini gara-gara ada cowok blasteran” Terang Yora.

Sesaat mereka melirik ke sekitar dan memang benar apa yang dikatakan oleh Yora. Banyak mata yang menatap ke arah meja mereka.

“Aku gak pernah deh kayaknya jadi pusat perhatian gini” Ujar Luca “Apa ini artinya aku kalah tampan dari Aaron yah”

“Luca, kayaknya bukan gitu deh, tapi mereka bosen lihat kamu tiap hari” Balas Willem asal.

Mereka tak henti tertawa, itulah yang disukai oleh Yora duduk bersama dengan kumpulan cowok-cowok yang seakan tak pernah ada beban, menertawakan hal-hal kecil bahkan tak jarang menertawakan kebodohan mereka sendiri.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang