Sudah beberapa kali Yora bertemu dengan Rion, juga dengan Lica. Seperti waktu biasanya mereka selalu saja punya obrolan yang menarik, tak pernah kehabisan bahan. Lica juga banyak menceritakan tentang kekasihnya kepada Yora. Tak jarang juga Luca, Willem, Vemi, serta Lestha ikut bergabung dengan mereka bertiga, hanya Yora yang datang tanpa pasangan. Ia tahu hatinya sakit, rasa iri menghinggapinya ketika melihat Lica menggamit lengan Rion manja, namun ia tetap menutupinya dengan senyum merekah. Tak jarang Willem menjadi sedih ketika melihat Yora tersenyum, bahkan saat tawa lepasnya mulai mengudara membuat Willem semakin sedih, dalam hatinya ia ingin meneriaki Yora untuk berhenti tertawa karena itu semua tetap palsu. Lebih baik ia melihat Yora menangis, setidaknya akan mengurangi hatinya yang terasa sakit. Hari berlalu, Yora ingin meyakinkan kembali hatinya untuk benar-benar melepas Lexon. Kebimbangan selalu saja menjadi hal yang membuatnya lelah. Ketika waktu itu datang Yora hanya ingin berbaring di atas tempat tidurnya, menutup kedua matanya dan mulai bermimpi mengarungi malam. Hari itu mereka menghabiskan waktu akhir pekan di rumah Rion. Setelah mempersiapkan semua bahan mereka berada di taman belakang untuk pesta barbeque. Kenangan bersama Lexon terukir kembali kala Yora melewati setiap ruang di rumah Rion. Matanya terasa panas saat semua memori yang ia miliki terulang dalam otaknya.
“Yora” Panggil Rion membuyarkan video yang terputar dalam kepala Yora “Ra, aku mau tanya, gimana hubungan kamu sama Lexon?” Tanya Rion hati-hati.
Tampak keterkejutan di wajah Yora “Hmmm yah gitu deh”
Saat itu adalah waktu yang ditunggu oleh Rion, ia hanya berdua dengan Yora sedangkan yang lainnya sedang sibuk memanggang.
“Kamu belum ada niat buat hubungi Lexon?”
Gadis itu hanya bergeming tak menjawab.
“Mungkin Lexon tunggu kamu Ra” Ujar Rion ringan “Mau sampai kapan kalian seperti ini? Kesepakatan yang kalian buat juga gak ada batas Ra”
Rion tampak menunggu jawaban dari Yora namun nihil. Rion juga amat berharap Yora akan membuka mulutnya, setidaknya menanyakan kabar tentang Lexon agar dirinya dapat menceritakan kegelisahan yang Lexon rasakan jauh di sana. Sayangnya Yora tetap membeku tak ada sepatah kata pun terucap, bibirnya terkatup rapat, pikirannya mulai melayang tanpa arah. Pada akhirnya Rion mulai menyerah atas harapannya.
“Kamu berapa lama di sini?”
Rasa jengah menapaki perasaan Rion, bukan itu yang ingin ia dengar.
“Satu bulan aku di sini. Minggu depan aku harus pergi lagi”
Yora tahu dirinya berhasil membuat Rion kesal, tampak rahang Rion yang mengeras melihat sikap Yora, tapi ia tak memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya ia rasakan, ia juga tidak mengerti bagaimana ia harus memulai.
“Hei kalian sedang apa? Sini makan dulu” Panggil Willem.
Secara bersamaan Yora dan Rion berdiri dari posisi duduk masing-masing, rasa enggan bergabung muncul ketika Yora melihat tiga pasang anak manusia yang tersenyum satu sama lain, sedangkan dirinya hanya seorang diri. Willem mendekati Yora, merangkul bahu gadis itu menggiringnya bergabung dengan yang lain, saat itu Willem mengerti betul apa yang terlintas dipikiran Yora.
“You’re not alone, here I am” Willem berbisik di telinga Yora membuat gadis itu terperanjat seakan Willem mampu membaca pikirannya.
Sejujurnya ingin sekali Yora menyatakan keraguan hatinya kepada tiga pemuda itu, ia ingin mendengar pendapat dari mereka tentang rencananya untuk melepaskan Lexon. Apakah mereka bertiga akan mendukung rencana miliknya atau malah sebaliknya melarang. Entah apa yang membuatnya selalu mengurungkan niat itu karena tiap akan memulai lidahnya terasa kelu, tenggorokannya secara tiba-tiba terasa begitu kering hingga tak mampu mengeluarkan semua pikirannya. Willem satu-satunya yang sudah mengetahui niatnya, namun jawaban Willem terlalu netral ia tetap membuat hati Yora berada diantara dua pilihan sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Romanceperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...