Fakta Terungkap

2 1 0
                                    

Hampir tak pernah terlewatkan setiap liburan Lexon selalu menemui Yora atau sebaliknya Willem dan Yora yang akan berkunjung.  Ketika Willem dan Yora sedang berjalan menyusuri lorong dengan rak pada kiri kanan dalam sebuah supermarket tak sengaja bertemu dengan salah satu teman Willem.

“Wah apa kabar? Long time no see” Ujar cowok yang biasa disapa Luca.

“Ah kamu, iya udah berapa tahun gak ketemu. Beda banget kamu sekarang?”

Tawa nampak di wajah kedua pemuda yang baru saja bertemu kembali.

“By the way siapa nih?” Tanya Luca kepada Willem sambil melirik.

“Ah ya kenalin dulu, ini Yora” Willem memperkenalkan.

“Yora” Ujarnya sambil mengulurkan tangan “Nama kamu Luca? Unik yah”

Dengan malu-malu Luca tersenyum mendengar kalimat Yora.

“Nama lengkapnya Lucario” Willem menimpali.

“Wah lebih unik lagi namanya. Kenapa gak dipanggil Rio?” Tanya Yora.

“Biar beda dari yang lain kayak kata kamu” Balas Luca asal.

Yora tertawa melihat tingkah Luca, Willem ikutan tertawa.

“Cewek kamu yah? Sudah punya cewek sekarang yah?” Luca setengah berbisik.
Willem tertawa kecil “Bukan, kita temen dekat” Balas Willem.

“Yang bener nih? Yora kalau gak di akui, sama aku saja mau gak?” Canda Luca.

“Dia udah ada yang punya Luca”

“Jadi kamu kalah saing?” Luca masih menggoda.

“Waaah parah deh. Gak lah kita tuh memang dari dulu teman deket”

Yora tertawa melihat Luca yang tak henti menggoda Willem.

“Iya Luca, kita teman dekat kok” Yora menambahkan.

“Ahh gitu yah, jadi pacarnya Yora mana?”

“Yora pacarnya Lexon” Jawab Willem santai.

“Siapa? Lexon mana?” Luca mencoba mengingat-ingat “Lexon-Rion?”

Willem mengangguk mengiyakan. “Masih ingat kan kamu sama mereka?”

“Wow, gak nyangka banget. Ingatlah, sohib banget tuh” Balas Luca, ia berhenti sejenak seakan sedang berpikir.

Seakan mengerti yang ada dalam pikiran Luca, secepat mungkin Willem memberi penjelasan “Mereka udah pacaran cukup lama, dan Lexon serius”

Senyum mengembang di wajah Luca “Kamu tahu banget apa yang aku pikirin yah?” Luca mengalihkan pandangannya dari Willem ke arah Yora, beberapa detik ia mengamati Yora dengan seksama hingga Yora merasa risih “Beruntung banget Lexon bisa dapat kamu Yora” Ujar Luca.

“Maksudnya?” Tanya Yora heran.

Luca masih tersenyum menatap Yora “Jangan pergi, tetaplah ada buat Lexon”

Mendengar ucapan Luca membuat Willem menunduk, “Luca, save nomor aku hubungi kalau kamu lagi gak sibuk kita kumpul” Ujar Willem tiba-tiba.

Tanpa perlu berpikir Luca segera memasukan nomor Willem ke handphonenya, lalu ia berpamitan.

Willem serta Yora melanjutkan kembali berkeliling di supermarket sambil menunggu Lexon dan Rion datang.

“Will, maksudnya Luca apa sih?” Tanya Yora.
Sebelum menjawab Willem memberi senyum simpul “Kamu sudah dengar kan tentang masa lalu Lexon?”

Yora mengangguk “Iya Lexon sudah cerita ke aku tapi apa masih ada cerita lain tentang Lexon yang belum aku tahu?”

Seutas senyum muncul di wajah Willem, ia menggeleng “Sepertinya gak ada yang lain lagi Ra, semua sudah Lexon ceritakan ke kamu”
Tak ada pertanyaan lagi dari Yora, hanya tatapan berharap Willem akan menjelaskan jawaban dari kebingungannya.

“Lexon cerita karena gak mau ada rahasia yang harus ia tutupi dari kamu, dan salah satunya yah kayak barusan. Luca teman lama kami muncul, dia salah satu yang tahu jelas masa lalu Lexon”

“Apa Luca bukan orang baik? Apa dia gak suka Lexon?”

“Gak sama sekali, Luca malah yang selalu jaga Lexon dia juga pernah jatuh. Karena selalu ada di samping Lexon, dia mulai ikut-ikutan jadi pemabuk juga perokok berat. Tak lama dari kejadian Lexon yang hampir meninggal, orangtua Luca memindahkannya ke luar negri untuk tinggal dengan kakaknya. Lexon gak mau kamu tahu masa lalunya dari orang lain, makanya dia berani katakan semua cerita masa kelamnya sama kamu”

“Lalu gimana sama Lexon?”

“Lexon selalu menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi terhadap Luca, apalagi ia sangat terpukul karena gak bisa menemukan kontak Luca. Orangtua Luca berjanji akan mempertemukan mereka kalau keduanya sudah melepaskan masa pahit juga berdamai dengan diri masing-masing”

“Apa sekarang mereka berhubungan?”

Willem mengangkat bahu “Sepertinya Luca baru kembali kesini. Yang aku tahu jelas, Luca menyukai kamu dan dia yakin kamu yang terbaik buat Lexon”

“Sebegitu yakinnya dia sama aku? Padahal kita baru ketemu”

“Karena sebelumnya Lexon gak pernah jalan sama cewek yang polos tanpa riasan kayak kamu, semua cewek yang jalan sama Lexon terlihat seperti model dan hubungannya gak akan pernah lebih dari satu bulan”

Yora mengangguk mengerti “Aku pikir aku yang gak pantas buat Lexon, aku terlalu beruntung dapat dia”

“Jangan punya pikiran begitu, kamu punya arti lebih buat Lexon”

Tak terasa mereka sudah bosan berkeliling lalu memutuskan lebih dulu membeli tiket untuk menonton bioskop. Ketika mereka sedang mengantri Lexon juga Rion muncul bersamaan. “Lama nunggu ya? Sorry yah tadi ada urusan sedikit” Ujar Lexon merasa tak enak hati.

Senyum Yora membuat Lexon melepaskan rasa bersalahnya.

“Kita nonton berapa lama lagi?” Tanya Rion
“Makan dulu yuk, laper nih”

“Sekitar empat puluh menit lagi sih” Ujar Yora.

Setelah mendapatkan tiket mereka berempat menuju food court yang tersedia di dalam mall.

“Lex, kamu kenal Luca?” Tanya Yora.

Wajah Lexon berubah pucat saat mendengar nama yang ia kenal disebut, tanpa memandang Yora, pemuda itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Menangkap sesuatu Yora menempelkan telapak tangan kanannya ke telapak tangan kiri Lexon yang dingin seketika, hingga jari mereka saling bertaut. Seakan mendapat kehangatan dari Yora membuat pemuda itu menarik napas panjang lalu menghelanya pelan.

“Waktu tunggu kamu sama Rion aku gak sengaja ketemu sama Luca, dia gak bicara banyak tapi Willem cerita ke aku tentang dia” Yora menjelaskan.

Rion dengan Willem telah berjalan lebih dulu karena merasa lapar sehingga Lexon tak perlu merasa terganggu.

“Sejak kejadian itu aku gak pernah lagi ketemu atau berhubungan sama Luca, itu buat aku semakin bersalah karena aku gak pernah tahu kabar tentang dia”

Yora melepaskan genggamannya lalu melingkarkan tangannya ke lengan Lexon. “Kamu gak perlu lagi merasa bersalah, Luca kembali dan ia terlihat sangat baik. Sepertinya dia pun mau ketemu sama kamu Lex, dan Willem tadi sudah punya kontaknya” Yora menjelaskan.

Seketika Lexon menghentikan langkahnya membuat Yora ikut berhenti “Kenapa Lex? Ada apa?” Tanya Yora heran.

“Aku merasa bukan apa-apa, tapi kamu selalu buat aku merasa istimewa Ra”

Hanya sebuah senyum dari Yora mampu membuat Lexon untuk kembali menata hidupnya. Mereka menyusul Rion dan Willem yang sudah lebih dulu memilih tempat duduk. Yora meninggalkan ketiga pemuda untuk ke toilet.

“Yora” Terdengar suara seseorang memanggil namanya.

Sesaat Yora menoleh mencari sumber suara dan mendapatkan seseorang yang pernah ia kenal “Tante, apa kabar?” Sapanya.

“Baik, sudah lama gak ketemu. Kamu sama siapa?”

“Sama teman, tante sendiri sama siapa?”

“Ahh tante sama om, berdua saja. Kamu belum ketemu om ya?”

“Belum tante” Yora tersenyum.

“Yuk tante ajak ketemu om, tuh om di sana”
Yora melangkah mengikuti, tangannya pun masih dituntun. “Halo om” Sapa Yora.

Tampak seorang pria berusia paruh baya namun masih tampak begitu gagah menatap Yora sambil membetulkan letak kacamatanya.

“Pa, ingat gak ini siapa? Ini Yora pa” Lita berujar kepada suaminya.

“Ah iya saya ingat, apa kabar kamu Yora? Wah tambah cantik kamu, sampai om pangling lihat kamu”

“Baik kok om, ah om bisa aja” Ujar Yora sopan.
Mereka berbincang sejenak, saling menanyakan satu sama lain.

“Lex, Yora lama banget? Lihat coba” Ujar Willem.

Rion membalikan tubuhnya lalu berdiri mencoba melihat Yora dari kejauhan.

“Lex, kayaknya Yora lagi duduk di sana deh” Ujar Rion.

“Ah becanda saja kamu, nanti Lexon cemburu bahaya” Tukas Willem tak peduli.

“Beneran, aku gak bercanda” Rion menyipitkan matanya agar ia melihat lebih jelas “Loh itu kan mama papa, kok Yora bisa sama mereka sih?” Ujar Rion.

Lexon menengadah menatap Rion yang masih berdiri “Gak mungkin Ri”

“Bener...bener yang duduk samping Yora itu mama Lex” Ujar Rion.

Willem ikut berdiri dan mengikuti pandangan Rion.

“Wah bener Lex, tuh mama papa kamu”

Seketika kebingungan mulai berkecamuk dalam pikiran Lexon, segera saja ia bangkit lalu menghampiri Yora, dan benar saja yang dikatakan oleh Rion, kedua orangtuanya yang ada di sana.

“Gimana mungkin?” Tanya Lexon.

Yora cukup terkejut dengan kedatangan Lexon secara tiba-tiba “Sorry Lex, nunggu lama ya?” Tukas Yora.

Tatapan tak percaya Lexon mengarah ke mamanya “Ma....” Panggil Lexon.

Seraya menoleh ke tante Lita lalu kembali menatap Lexon “Mama?”

“Lexon? Kamu ada di sini juga rupanya, kebetulan nih” Ujar Lita “Sini bareng sama mama saja, Rion mana?”

Tak lama Rion juga Willem menyusul “Ma, pa kok di sini juga?” Tanya Rion.

“Memang yang boleh di sini cuma kalian anak muda?” Tukas Randy.

Lalu mereka duduk bersama meskipun kebingungan masih mengintai.

“Ma, mama sama papa kenal Yora?” Tanya Lexon.

“Iya kenal dong, kamu juga kenal sama Yora, dunia kecil ya” Balas mama.

“Gimana ceritanya ma kok bisa kenal sama Yora?” Tanya Rion.

“Ah kalian ingat gak dulu mama pernah cerita ada anak cewek yang jadi semangat buat Ethan sebelum dia meninggal karena leukimia? Yora ini orangnya” Terang mama dengan ceria.

Seperti melihat cahaya kilat yang menyilaukan, Lexon terkejut. Sosok cewek yang diceritakan oleh Ethan sepupunya dulu adalah Yora, seorang cewek yang selalu dibanggakan Ethan adalah gadis yang kini ada bersamanya.

“Ethan kan gak punya foto cewek itu ma, tante Mery juga gak pernah kasih tahu yang mana orangnya kan?” Rion bertanya lagi.

“Waktu Ethan masuk rumah sakit Yora ada di sana dan mama ketemu Yora beberapa kali di sana. Tapi saat itu Yora masih belum tahu kalau Ethan mengidap leukimia” Lita menjelaskan dengan pandangan menerawang.

“Atas permintaan Ethan jadi semua keluarga menutupi hal itu dari Yora sampai akhirnya Yora tahu dan yang buat papa salut dia gak pergi tapi tetap jadi semangat buat Ethan” Randy ikut menambahkan.

Yora hanya tersenyum lemah sambil tertunduk mengingat Ethan.

“Kok bisa begini ya” Ujar Willem yang menatap Yora iba “Jujur aku pun gak tahu cerita ini”

“Hmm tante om, kita mau nonton nih mau ikut gak?” Tanya Yora.

“Ahh gak, tante mau belanja barang dapur”

“Kalau gitu kapan-kapan kita ketemu lagi deh, gak apa-apa kan tante?”

“Iya gak apa-apa, ya udah kalian pergi saja duluan”

“Hmm iya tante filmnya sudah mau mulai” Willem menambahkan.

Keempatnya bangkit dan meninggalkan sepasang suami istri yang melanjutkan kembali acara makan mereka. Sepanjang jalan menuju ruang teater Lexon hanya terdiam, Yora juga bingung bagaimana harus membuka pembicaraan. Willem dan Rion yang melihat pun merasa kikuk dengan suasana saat itu.

“Will, duluan yuk beli popcorn sebelum kita masuk” Ujar Rion lalu ia dan Willem meninggalkan keduanya yang masih saling diam.

Yora berdeham seakan ada sesuatu di tenggorokannya, “Lex” Panggilnya hati-hati
Mereka terus berjalan, Lexon pun tak menjawab panggilan Yora namun gadis itu tahu bahwa Lexon mendengarkannya.

“Lex, sorry kalau aku sebelumnya gak pernah cerita. Aku gak seberani kamu buat cerita masa lalu, lagi pula....”

Kalimat Yora terpotong dengan ucapan Lexon “Sebaliknya aku yang merasa bersalah Ra, aku gak pernah tahu kalau kamu dulu adalah cewek yang sering Ethan ceritain dan sekarang kamu sama aku”

“Aku juga baru tahu Lex kalau ternyata kamu adalah sepupu Ethan, aku kenal mama kamu karena waktu ketemu dulu mamanya Ethan bilang kalau tante Lita kakak iparnya”

“Karena itu Yora, aku tahu kenangan Ethan pasti masih kuat di ingatan kamu dan sekarang yang aku takut kamu akan ingat Ethan setiap lihat aku. Itu artinya aku yang buka kenangan itu lagi”

“Lex, aku memang sayang sama Ethan dan kenangan itu sering buat aku sedih karena aku kehilangan dia tapi sekarang aku sama kamu dan kenangan itu gak lagi buat aku sedih karena aku belajar bersyukur pernah kenal sama Ethan”

“Mudah kalau kamu cuma bilang gitu Yora, tapi apa kamu bisa waktu sama aku gak ingat Ethan lagi?” Tanya Lexon lirih “Aku gak yakin Ra” Lexon menghela napas panjang “Yora mungkin aku butuh waktu buat mengerti semua ini” Ujar Lexon “Maaf Ra” Lalu tanpa kata lagi Lexon pergi meninggalkan Yora yang masih membatu.

Yora tersenyum kepada dirinya sendiri “Ethan, apa kabar kamu? Pengganti kamu ternyata Lexon, sepupu kamu sendiri. Gimana menurut kamu?” Yora seakan berbicara dengan angin sementara pandangannya masih menatap punggung Lexon yang semakin menjauh.

Tak ingin membuat semuanya berantakan Yora tetap melanjutkan rencananya menonton dengan Willem serta Rion kemudian ia kembali pulang dengan Willem. Layaknya sahabat, Willem membiarkan Yora tertidur selama perjalanan pulang, ia tahu bahwa Yora sedang dalam pilihan yang sulit. “Aku harap semua akan baik-baik saja, kamu dan Lexon” Willem berkata kepada Yora setengah berbisik sambil tetap fokus menyetir.

Meski kedua matanya terpejam namun Yora sama sekali tidak tidur, ia hanya merebahkan diri untuk menghilangkan beban dalam kepalanya hingga ia mendengar ketulusan dalam nada suara Willem, sahabatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Voted juga comment nya ditunggu

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang