Meskipun sudah tak lagi memiliki hubungan khusus, sikap Yora terhadap Lexon masih sama seperti sebelumnya, tak ada yang berubah. Sore itu Lexon keluar bersama dengan Willem mereka berdua duduk di salah satu kafe sambil menunggu kedatangan Rion juga teman-teman yang lainnya.
“Lex, kamu putus yah sama Yora? Kenapa?” Tanya Willem yang baru saja mendengar kabar dari Rion.
“Iya” Lexon mengangguk “Udah dua minggu yang lalu”
“Kenapa? Kalian belum ada sebulan kok sudah putus, ada yang salah? Atau kamu masih sama seperti biasa pacaran gak lebih dari sebulan? Kok aku kecewa sama kamu yah”
“Will sorry sebelumnya ada hal yang buat hubungan kita harus berhenti tapi bukan lantaran aku anggap Yora sama kayak cewek sebelumnya”
“Trus kenapa? Kalau memang beda harusnya kamu punya sikap yang berbeda juga ke Yora, tapi kenyataanya kamu memperlakukan Yora sama kayak yang lain”
“Yora memang beda dari cewek yang pernah aku temui sebelumnya, justru aku yang sudah buat kesalahan besar karena terlalu berani mulai hubungan itu, aku gak pantas buat dia, Will”
“Kenapa? Takut dia tahu masa lalu kamu? Lex, come on kamu hidup hari ini dan seterusnya, jadi buat masa lalu kamu jadi pelajaran bukan batu sandungan”
“Thanks Will, tapi memang itu kenyataannya. Jujur aku gak mau buat Yora kecewa nantinya”
Di sela pembicaraan keduanya, Rion muncul bersama dengan beberapa teman yang lainnya kemudian mereka mulai membahas rencana mereka untuk mengadakan liburan bersama keluar kota. Untuk sejenak Willem melupakan pembicaraannya dengan Lexon namun ia belum puas hanya sampai di situ, setelah selesai dengan semuanya. Willem berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Lexon sambil berkata pelan.
“Lex, aku pikir Yora bisa jadi orang yang buka hati kamu, jangan kamu pikir cuma Rion yang hatinya tertutup, kamu harus sadar kalau secara gak langsung kamu melakukan hal yang sama. Kamu terlalu takut ada seseorang yang akan kamu kecewakan nantinya”
Mendengar ucapan Willem membuat Lexon berpikir lebih lagi. Bayangan Yora selalu saja muncul dalam ingatannya, sudah satu kali ia mengecewakan Yora apakah ia masih berani mencoba untuk mendekati gadis itu lagi, pikirnya.
“Lex, kamu kenapa kok diam saja?” Tanya Rion yang duduk di balik kemudi.
Seakan tak mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, Lexon memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.
“Lex, ada apa?” Tanya Rion untuk kedua kali sambil menyenggol bahu Lexon
“Hmmm kenapa?” Balas Lexon
“Kenapa? Kamu yang kenapa? Aku dari tadi tanya kamu kenapa?”
Lexon masih diam sejenak sebelum ia menjelaskan apa yang ia bicarakan dengan Willem tadi. Kemudian Rion seakan mulai mengerti kegelisahan kakaknya.
“Jadi apa yang mau kamu lakukan?”
“Entahlah, aku juga bingung”
“Tapi mungkin memang Yora bisa buat hati kamu tenang, buktinya belakangan ini aku gak pernah lihat kamu jalan sama cewek manapun selama kamu berhubungan sama Yora”
Lexon terdiam, ia berpikir sejenak memang selama mengenal Yora kebiasaannya menerima ajakan setiap cewek mulai terhenti. Tak satu pun ajakan cewek yang mendekatinya ia terima begitu saja, ia lebih suka diam di rumah melakukan kebiasaannya yang sudah lama hilang yaitu membaca. Tak hanya Rion yang merasakan perubahan dari sikap Lexon, orangtuanya pun bertanya-tanya kepada Rion alasan yang membuat Lexon jarang keluar seperti biasanya.
“Menurut kamu aku harus gimana?”
“Kalau aku jadi kamu, aku akan tanya hati kecil, gimana perasaan aku ke Yora, dan mungkin aku akan coba mulai hubungan yang baru”
“Apa tanggapan Yora kalau dia tahu tentang masa lalu aku?”
“Apa itu yang paling penting? Setiap orang pasti punya kesalahan dan akan selalu dapat kesempatan kedua Lex. Yora berbeda dari kebanyakan cewek yang aku tahu dan mungkin aja dia akan terima masa lalu kamu”
“Apa mungkin?” Tanya Lexon lebih ke dirinya sendiri.
“Mungkin saja, kenapa gak dicoba? Gak ada salahnya kan?”
Mendengar saran dari adiknya membuat Lexon berpikir keras apa yang harus ia lakukan, haruskah ia memulai hubungan yang baru dengan Yora atau ia harus melupakan segalanya tentang gadis itu. Mobil yang dikendarai Rion masuk ke pelataran parkir rumah mereka, dengan malas Lexon keluar lebih dulu. Ia berjalan melewati orangtuanya yang sedang berada di ruang keluarga sambil menonton dengan cucu mereka.
“Baru pulang Rion? Sudah makan?” Tanya mamanya dengan lembut.
“Lexon ma” Ujar Rion dari belakang “Kita berdua sudah makan kok tadi”
Lexon tertawa kecil melihat mamanya yang masih saja sering tertukar dengan kedua anak kembarnya. Tak jarang juga ketika Lexon membuat ulah, Rion lah yang menjadi sasaran marah dari mamanya. Mereka sengaja menyamakan potongan rambut serta gaya berpakaian agar ketika mereka harus bertukar tempat tak ada orang yang menyadari.
“Kalian juga sih pake acara sama gitu penampilannya” Mama membela diri.
“Mama juga sih masa gak bisa bedain mereka” Balas papa yang sejak tadi diam.
Memang diantara kedua orangtuanya, papa selalu saja mampu membedakan kedua anaknya, dengan tepat papa selalu memanggil Rion dan Lexon.
“Ahh papa bukannya belain mama malah belain mereka” Tukas mama kesal membuat Rion dan Lexon tertawa.
“Pa, ma Lexon ke kamar dulu yah capek nih” Ujar Lexon.
“Rion juga ahh... Daaah mama” Tambah Rion berlari kecil menyusul Lexon.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa voted yah
KAMU SEDANG MEMBACA
At Least
Romanceperjuangan dua hati menentukan pilihan dalam kisah cintanya. Restu yang tak kunjung Lexon dan Yora dapatkan belum lagi diperhadapkan dengan berbagai pilihan sulit. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, Ia selalu memberikan apa yang menjadi milikmu ji...