Long distance relationship

4 1 0
                                    

“Ra, aku pergi kamu jangan nakal yah di sini” Ujar Lexon.

Senyum kecil tampak di wajah Yora seraya melirik ke arah Lexon “Aku apa kamu?” Balas Yora tak mau kalah “Kalau gak yakin kita selesaikan aja sekarang”

Rahang Lexon mengeras mendengar ucapan Yora yang memang ia ketahui hanyalah omongan kosong namun membuat Lexon merasa gemas. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Yora tangan Lexon bergerak cepat mengacak-acak rambut Yora hingga terdengar teriakan dari gadisnya itu.

“Coba bilang sekali lagi kalau kamu berani?” Tantang Lexon sambil menatap Yora penuh dengan kecurigaan.

Tak membalas, Yora hanya sibuk membenarkan rambutnya yang berantakan.

“Ra” Panggil Lexon yang merasa tak di hiraukan sambil meraih tangan Yora.

Tatapan keduanya bertemu dalam diam, seulas senyum jahil muncul di wajah Yora di detik berikutnya.

“Kenapa senyum-senyum gitu?” Tanya Lexon masih memegang tangan Yora.

“Aku pikir kalau aku nakal juga kamu gak tahu” Yora tersenyum jahil.

Langsung saja Lexon melepaskan genggamannya lalu berdiri “Bodo ah”

Segera saja Yora berlari kecil mengejar Lexon yang melangkah dengan wajah kesal “Lex” Panggil Yora sambil menggandeng lengan Lexon “Mau kemana kok aku ditinggal?” Senyum jahil masih nampak di wajah Yora.

“Makan” Jawab Lexon, kemudian ia melepaskan tangan Yora dari lengannya segera berlari sambil terkekeh membuat Yora sontak ikut berlari mengejar.

Siang itu Yora makan tak hanya berdua dengan Lexon namun juga dengan Rion dan kedua orangtua kekasihnya.

“Yora, besok kamu ikut ke Bandara kan antar Lexon?” Tanya Lita.

“Hmm kayaknya itu bukan pertanyaan yah ma” Randy menimpali ucapan istrinya.

Yora tertawa melihat adegan sepasang suami istri yang ada di hadapannya “Yora mau aja sih tante, tapi sayangnya....” Ucapan Yora di potong oleh Lita.

“Kamu gak bisa yah?” Balasnya kecewa.

“Bukan gak bisa ma” Rion menjawab “Tapi gak boleh sama Lexon”

“Kenapa gitu?” Tanya Randy yang ikutan bingung.

“Lexon bilang takut berat perginya kalau lihat Yora antar sampai Bandara” Rion menjelaskan sedangkan Lexon tetap menikmati makanannya.

“Waaah pasangan apa ini?” Tukas Randy.

Rion tersenyum “Ahh papa kayak gak pernah muda”

Tawa mereka pun pecah, Yora berbisik mengatakan sesuatu kepada Lexon namun hanya mendapatkan lirikan tajam.

“Kenapa?” Rion bertanya setengah berbisik kepada Yora.

“Kakak kembar kamu tuh, minta tolong ambil sendok sebelahnya saja gak mau” Balas Yora setengah berbisik juga.

“Kalian ngomongin apa sih kok bisik-bisik?” Tanya Lita.

Rion segera menceritakan apa yang baru saja terjadi, cepat saja Lexon mendapatkan aksi protes dari mamanya atas tindakannya.

“Lexon bilang mau Yora mandiri tante, dikasih tangan sama Tuhan yah gunain baik-baik, gitu Lexon bilang” Yora mencoba menjelaskan meski kesal dengan sikap Lexon.

“Yora...Yora... masih saja kamu belain Lexon, lagian ambil sendok kan bukan masalah Lex” Randy berujar sambil geleng-geleng tak mengerti pikiran Lexon.

“Lexon, beruntung kamu nak dapat Yora yang mau ngerti sikap aneh kamu itu” Lita menambahkan dengan nada menasehati.

Lexon hanya tersenyum sambil sesekali melirik kearah Yora.

Setelah menyelesaikan makan siang mereka pulang bersama. Seperti biasa rumah pasangan Lita dan Randy selalu ramai dengan kehadiran anak-anak serta cucu mereka. Sama seperti saat itu, ketika baru saja pulang Natha dan Vero berlari menyambut kedatangan kakek neneknya. Namun keduanya memutar haluan saat melihat Yora berjalan di belakang Lexon. Keduanya meneriakan nama Yora sambil berlari kecil.

“Tuh lihat, kita kalah kalau ada Yora, pa” Ujar Lita kepada suaminya.

Natha dan Vero berada di sisi kanan kiri menarik tangan Yora masuk ke dalam rumah untuk bermain dengan mereka. Dengan senang Yora mengikuti keduanya. Melihat yang terjadi Rion menyenggol lengan Lexon dengan sikunya “Hebat kamu pilih pasangan”

Setelah Natha dan Vero tidur siang, Yora berjalan keluar dari kamar bermain menuju dapur untuk mengambil minuman. Setelahnya ia membawa segelas air dingin lalu duduk agak jauh dari Lexon. Melihat sikap Yora membuat Lexon mengalihkan pandangannya dari layar televisi menjadi ke arah Yora.

“Kenapa?” Tanya Yora yang tahu bahwa ia sedang diperhatikan.

“Kamu yang kenapa?” Lexon balik bertanya.

“Kenapa? Kan kamu yang lihat aku dengan tatapan aneh begitu?”

“Kamu yang kenapa duduk jauh-jauh gitu?”

“Nanti kalau aku duduk deket-deket katanya kayak cewek manja” Protes Yora sambil melirik sinis.

Mendengar ucapan yang telontar dari bibir Yora membuat Lexon tersenyum, ia memegang pergelangan tangan Yora menarik agar lebih mendekat namun Yora menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak tertarik.

“Yora, sini” Ujar Lexon sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Ihh memang aku cewek apaan?” Yora menjawab sekenanya.

Sesaat Lexon tertawa kecil “Yora” Panggilnya lagi “Sini, duduk sini”

“Gak mau” Balas Yora “Aku bukan cewek manja”

“Iya... iya.. aku tahu kamu gak manja kok” Lexon terus menarik lengan Yora hingga akhirnya gadis itu menurut “Nah anak baik” Ujar Lexon sambil mengusap kepala Yora seperti anak kecil.

“Ada waktunya kamu harus jadi cewek mandiri Ra, tapi saat sama aku ada kalanya kamu boleh jadi cewek manja” Ujar Lexon menjelaskan maksudnya.

“Kenapa ada waktu untuk jadi manja?” Yora bertanya.

“Karena saat itulah aku merasa dibutuhkan” Lexon menjawab singkat namun memberikan rasa hangat yang menjalar di hati Yora.

Mendengar suara Lexon seperti mampu menghipnotis Yora, ia tersenyum mendapatkan sebuah keyakinan. Entah berdasarkan alasan apa namun Yora selalu percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lexon. Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama karena setelah mentari muncul kembali esok hari Lexon harus meninggalkan negaranya.

“Maaf yah Ra, bukan aku gak mau kamu antar tapi aku takut berubah pikiran kalau lihat kamu di Bandara” Ujar Lexon.

“Iya, aku ngerti” Yora membalas dengan nada tulus.
.
.
.
.
.
.
.
.
LDR bukan hanya ada dalam cerita tertulis atau film tapi sering kali kita juga mengalaminya. Tak jarang kepercayaan di uji dengan LDR

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang