Ujian yang mendewasakan - 2

1 0 0
                                    

Lexon merasa semakin bingung dengan pilihannya sendiri. Tak jarang saat sepi melanda Lexon merutuki betapa bodoh dirinya untuk mempertahankan kesepakatan yang ia buat atas kemauan Yora. Ia adalah seorang pemuda yang cukup konsisten atas segala pilihan yang diambilnya, ia juga selalu berpikir ulang serta memikirkan segala resiko yang akan didapat atas keputusannya namun entah mengapa kali ini ia begitu ceroboh. Siapa yang akan dijadikan tempatnya mengadu, Rion adik kembarnya itu pasti akan meminta dirinya untuk membuang gengsinya dan mungkin bisa dikatakan untuk memaksa Yora mengikuti keinginannya.

“Lex, are you okay?” Suara Jasmine menarik Lexon kembali ke alam nyata.

Entah sudah berapa lama ia sibuk dengan pikirannya sendiri hingga ia lupa bahwa ia sedang bersama dengan Jasmine di salah satu gerai kopi yang letaknya tak berada jauh dari kampus mereka.

“Hmmmm sorry Jas. I just feel so tired, maybe” Balas Lexon seadanya.

Tak bertanya, Jasmine berusaha menatap wajah Lexon yang memikat dirinya sambil tersenyum kecil. Menyadari mendapat tatapan dari gadis yang sejak tadi duduk di hadapannya, Lexon memicingkan kedua matanya, seolah tak mengerti. Beberapa kali ia melihat Jasmine mengerjap dengan senyum yang masih menggantung di bibirnya. Lexon melambaikan tangan hendak menyadarkan Jasmine yang mungkin saja akan terjerembab lebih dalam lagi.

“I think you are not fine Jas”

Ucapan asal Lexon membuat Jasmine tertawa kecil.

“Maybe. You know the reason for it” Balasnya sambil mengedipkan satu mata.

“What do you mean?” Lexon semakin bingung “Me? The Reason?”

Terdengar tawa kecil Jasmine lalu ia menyesap kopinya yang masih mengeluarkan asap di atasnya. Kini tatapannya kembali terarah kepada Lexon yang sepertinya sedang menunggu.

“Aku gak tahu sejak kapan pastinya, hanya saja aku suka dengan semua kenyamanan ini” Jasmine kini menggunakan bahasa tanah airnya.

Lexon tak merespon, ia masih terdiam melihat Jasmine masih dengan cara yang sama, penuh ketidak mengertian atas semua arah pembicaraan mereka.

“Sometimes i think you are so manly and it makes me comfort. You can be best friend, best brother, best enemy for my times”

Lexon mulai menangkap arah perkataan Jasmine yang berhasil membuatnya jengah. Memang pada awalnya Lexon berpikir mungkinkan Jasmine bisa menggantikan posisi Yora dalam hatinya namun saat itu ia mulai berpikir ulang.

“Hey, it is true. I’m so proud of me can be best man” Tukas Lexon dengan nada bercanda “But enemy? How about it? I think you’re wrong ,Jas”

Jasmine tersenyum kecil seraya menunduk. Ia tahu sangat, saat itu Lexon tak ingin ada pembicaraan khusus tentang mereka. Memang ia tahu bahwa Lexon sudah memiliki seseorang yang lebih dulu mengisi hari-harinya.

“Lex, listen to me please” Jasmine mencoba serius “Can you give me a chance to get your heart?”

Lexon menarik napas dalam kemudian membuangnya melalui mulut.

“Jas, selama ini aku dekat sama kamu juga karena intensitas kita ketemu di tambah lagi kamu juga berasal dari Indonesia dan itu alasan aku nyaman sama kamu. Tapi Jas, buat aku nyaman bukan berarti itu jadi jaminan kalau aku ada rasa lebih sama kamu” Terang Lexon.
Jasmine mendengarkan dengan seksama penuh harap namun ia juga diliputi rasa cemas akan jawaban yang akan ia dapatkan dari Lexon.

“For me, you’re just a friend. Aku bisa dekat sama kamu karena kamu bisa bahasa Indonesia yang buat aku nyaman dan paling penting aku yakin kamu gak akan punya rasa lebih dari teman ke aku. Sorry Jas”

“Aku pikir selama ini cowok bisa dengan mudahnya berpaling apalagi harus jalani hubungan jarak jauh” Jasmine mengatakan dengan nada rendah “Dan di sini aku bisa buat kamu lebih nyaman”

“Jasmine, setiap orang berhak bahagia dan kamu gak bisa punya pikiran seperti itu. Coba kamu posisiin diri kamu jadi cewek dalam hubungan jarak jauh, lalu cowok kamu berpaling dari kamu. Apa kamu bisa terima itu?”

“I never think about it before” Jawab Jasmine datar “Aku pikir semua cowok sama, tapi sepertinya kamu berbeda Lex. Terjebak dalam rasa nyaman dengan cewek lain sepertinya gak berlaku buat kamu. Yora is so blessed to have you Lex”

Lexon tersenyum tipis “You will find the best man who love you, Jas”

“Meski kita gak berakhir jadi pasangan tapi aku masih boleh kan jadi teman berbagi kamu Lex?”

“With my pleasure, Jas”

Tampak senyum mengembang di sudut bibir keduanya. Darlen datang bergabung dengan keduanya. Mereka mengobrol tentang banyak hal. Sering kali Darlen menggoda Jasmine dengan membuat berbagai macam rayuan yang ia miliki.cukup lama mereka menghabiskan waktu bersama.
Saat berdiri lalu menyampirkan ransel di bahu kanannya Darlen mengeluh “Berat banget deh beban ini”

“Uhhhh poor you” Jasmine berujar.

“Iyah kasihan yah aku, berat nih Jas” Ujar Darlen dengan nada manja.

“Katanya mau jadi sandaran buat aku, jadi sandaran tas begitu saja gak kuat” Jasmine membalas lagi.

Di sambut tawa dari Lexon, sedangkan Darlen menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal sambil menahan senyum di bibirnya. Mereka berjalan beriringan keluar dari gerai kopi.

“Duluan yah, harus ke kampus lagi ada bimbingan sama dosen” Pamit Jasmine.

Lexon dan Darlen serentak mengiyakan lalu melambai ke arah Jasmine yang mulai melangkah menjauhi mereka. Setelah kepergian Jasmine, terlihat Lexon menghela napas lega.

“Hey what’s wrong brother?” Darlen tampak bingung.

“Jasmine” Ujar Lexon sambil membetulkan baju dingin berwarna navy yang membungkus tubuh tingginya.

“Apa tebakan aku benar tentang perasaannya ke kamu Lex?”

Secara cepat Lexon mengangguk, lalu mereka berbincang sambil berjalan

“Jadi apa yang kamu lakukan?”

Lexon mengangkat kedua bahunya “Awalnya aku ragu dengan hubungan aku dan Yora, apa masih bisa dipertahankan, apalagi kamu tahu kan aku sempat berpikir tentang Jasmine” Lexon menarik napas cukup banyak untuk memenuhi ruang pada paru-paru nya “Argggh I can’t be the best man for her, I’m foolish”

“Lex, setiap manusia bisa melakukan kesalahan, kalau memang pikiran bodoh  itu pernah datang dalam kepala kamu setidaknya hati kecil kamu masih bisa menghentikannya” Darlen tersenyum menenangkan sahabatnya yang gundah.

“Jasmine memang gadis yang baik, tapi Yora punya sesuatu yang istimewa dalam dirinya dan itu buat aku tetap bertahan sama hubungan kami”

“Kamu gak salah Lex” Darlen membalas “That’s the best decision, I think”

Senyum mewarnai wajah Lexon di tengah cuaca dingin, ia amat bersyukur memiliki Darlen sebagai sahabat yang begitu mengerti akan dirinya.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang