Time will goes by - 3

1 0 0
                                    

Lexon, Melbourne....


Suasana malam itu cukup dingin membuat Lexon duduk sambil menikmati segelas wine di tangannya. Tak hanya sendiri, Darlen ada bersama dengannya seraya menyesap winenya. Entah sibuk dengan rasa wine atau sibuk dengan pikiran masing-masing, kedua pemuda itu tak saling bicara untuk beberapa saat.

“What happen Lex? You look so sad”
Lexon hanya bergeming, matanya tak beralih dari gelas kaca berkaki.

Darlen menatap sahabatnya, ia memiringkan kepala untuk melihat lebih jelas dan kembali memanggil nama Lexon beberapa kali hingga sang empunya nama tercekat, lalu menatap Darlen penuh tanya.

“Are you think about it again?” Darlen bertanya “Ohhh come on Lex. Make your day like a star, get out from your darkness”

Lexon menatap tak mengerti, dahinya berkerut mencoba mencerna ucapan Darlen.

“You are foolish, you know if your heart really want to have her but you don’t care about it. Please Lex, if you want to let her go, stop thinking that girl”

Kembali tak ada respon apapun dari Lexon, dia terlalu bingung dengan hatinya. Apa yang dikatakan Darlen memang benar, ia tahu jelas bahwa hatinya menginginkan Yora namun karena alasan yang ia pun tak mengerti membuatnya bertahan untuk tak melakukan apa pun.

Helaan napas Lexon terdengar berat “I don’t know why this feel like so ridiculous. Honesty I’m so tired, I wanna stop, but.....” Lexon menghembuskan napas melalui mulutnya sambil menggeleng kecil “I can’t”

“We called it Love” Darlen berkata tenang “Get her back”

Lexon mengerti benar apa yang kali ini dikatakan oleh Darlen, yah sangat mudah mengucapkan sebuah kata dengan ejaan C-I-N-T-A, tapi untuk mengenalnya butuh kepercayaan, mengartikannya butuh keberanian, menjaganya butuh kesetiaan, bahkan mendapatkannya butuh pengorbanan.
Merasakan lelahnya mengejar cinta yang seakan selalu menghindar selalu membuat Lexon gundah, ada kalanya ketika terlalu menyesakan ia akan berpikir untuk segera berhenti dan tak ingin berjuang, namun dari sisi yang berlawanan ia harus tetap melangkah mempertahankan hatinya karena ia tak akan mampu melepaskan Yora dari hatinya, gadis itu yang akan menjadi satu-satunya alasan.

“Darlen what do you think about me?” Tanya Lexon tiba-tiba.

“Hmmm tentang apa Lex?” Tanya Darlen mulai dengan bahasa kelahirannya “Kamu tampan, kamu menarik, kamu baik” Jawab Darlen asal.

“Jawaban macam apa itu?” Balas Lexon “Len, kalau kamu jadi aku jalanin hubungan jarak jauh begini, kamu mau berhenti atau lanjut?”

“Lanjut dong” Jawab Darlen cepat “Kenapa harus berhenti kalau yakin”

“Tapi gimana kalau pasangan kamu mau nyerah?”

“Yah aku juga berhenti lah”

“Kok gitu?” Tanya Lexon sambil mengerjap heran.

“Loh kalau kita pacaran berdua Lex, bukan sendiri jadi kalau yang cewek gak mau lanjutin kenapa harus berjuang sendiri? Males banget deh”

Sontak Lexon tertawa mendengar jawaban asal Darlen.

Setelah Lexon berhenti tertawa Darlen tersenyum “Seneng lihat kamu ketawa” Ujar Darlen “Itu kalau pikiran aku Lex tapi kamu dan Yora adalah hal yang berbeda” Darlen melanjutkan kalimatnya dengan nada serius “Kamu harus tetap berjuang buat hubungan kalian meskipun Yora nyerah”

“Kenapa ada pengecualian buat kami?”

“Karena kalau pun Yora nyerah bukan berarti dia siap lepasin kamu, kemungkinan dia cuma gak mau kamu terus berharap yang gak pasti sama dia. That’s only my oppinion brotha, but you know her more than anyone”

Wajah sendu Lexon kembali hadir mendengar pendapat dari Darlen, meskipun Tuhan belum menjawab doanya akan Yora setidaknya Tuhan tak membiarkan dirinya termenung sendiri, masih ada Darlen seorang sahabat yang menjadi tempat bertukar pikiran.

At LeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang